Artikel kesehatan kali ini membahas resiko diabetes yang bisa terjadi pada ibu hamil, apa saja penyebab dan cara pencegaannya mari kita simak.
Tak hanya obesitas atau kelebihan berat badan yang bisa memicu timbulnya penyakit diabetes melitus. Tekanan darah tinggi atau praeklamsia yang tak jarang dialami ibu hamil, juga menjadi faktor risiko diabetes pada ibu hamil tersebut di kemudian hari.
Perkiraan tentang dua kondisi tersebut sebagai faktor risiko diabetes pada perempuan, merupakan kesimpulan hasil studi baru pada lebih 1 juta orang yang dipublikasikan dalam PLOSMedicine, pekan lalu.
Studi ini dipimpin oleh Denice Feig dari University of Toronto, Kanada. Dijumpai bahwa praeklamsi (tekanan darah tinggi, retensi cai’an, dan terdapat protein pada urin) atau hipertensi gestasional (tekanan darah tinggi terkait kehamilan) membuat ibu hamil berisiko dua kali lebih besar terdiagnosis diabetes beberapa tahun setelah melahirkan, dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami kedua kondisi tersebut.
Berlipat 13 Kali
Peneliti juga menemukan bahwa bila dikombinasikan dengan diabetes gestasional (diabetes terkait kehamilan), praeklamsia atau hipertensi kehamilan, akan meningkatkan risiko itu menjadi 13 kali lipat jika dibandingkan hanya dengan diabetes kehamilan saja.
Temuan ini penting dan menambah daftar faktor risiko diabetes sehingga dokter bisa melakukan edukasi pada ibu hamil dengan riwayat praeklamsia atau hipertensi gestasional.
Kesimpulan tersebut didapat para peneliti setelah mempelajari database kesehatan Kanada yang komprehensif yang mengidentifikasi para perempuan yang melahirkan di rumah sakit di Ontario antara tahun 1994 hingga 2008, yang mengalami praeklamsia, hipertensi kehamilan, atau diabetes kehamilan.
Para peneliti kemudian mencatat dari Ontario Diabetes Database, apakah dalam kurun 180 hari setelah melahirkan hingga Maret 2011, di antara para perempuan itu ada yang mengalami diabetes.
Dalam studi itu 1.010.068 ibu hamil dianalisis,22.933 di antaranya mengalami praeklamsia,27.605 orang memiliki hipertensi kehamilan, dan 30.852 diabetes kehamilan saja. Sebanyak 2100 orang memiliki diabetes kehamilan dan hipertensi kehamilan, sementara 1476 orang mengalami diabetes kehamilan dan praeklamsia. Pada periode selanjutnya, 35.077 (3,5 persen) perempuan didiagnosis mengalami diabetes.
Dalam analisisnya, para peneliti menemukan bahwa peningkatan risiko diabetes di masa datang 1,95 kali lebih tinggi pada perempuan dengan hipertensi kehamilan, 2,08 kali lebih tinggi pada ibu hamil dengan praeklamsia, dan 12,77 kali lebih tinggi pada ibu hamil dengan diabetes gestasional.
Bila ada kombinasi, risiko melonjak menjadi 18,49 kali lebih tinggi pada diabetes gestasional dengan hipertensi gestasional dan 15,75 kali lebih tinggi pada diabetes gestasional dengan praeklamsia.
Dalam studi berbasis populasi yang besar ini, para peneliti menemukan bahwa adanya praeklamsia atau hipertensi gestasional selama kehamilan menjadi prediktor kuat untuk terjadinya diabetes beberapa tahun setelah kehamilan. Adanya praeklamsia atau hipertensi pada ibu hamil dengan riwayat diabetes gestasional, meningkatkan risiko diabetes menjadi lebih tinggi lagi.
Konseling dan Skrining
kesehatan ibu, terutama mengingat penyakit terkait obesitas juga meningkat,” ujar para peneliti, seperti dikutip Medicolnewstodoy.
Ditambahkan para peneliti, riwayat praeklamsia atau hipertensi gestasional selama hamil, seharusnya membuat para dokter lebih waspada dan memberikan konseling kepada ibu hamil agar melakukan pencegahan serta skrining diabetes.
Dr.Thach SonTran dari University of Adelaide, di Australia, yang tidak terlibat dalam studi ini juga menyatakan agar perempuan yang mengalami hipertensi kehamilan dengan atau tanpa diabetes gestasional harus dianggap sebagai populasi berisiko tinggi urtuk terkena diabetes.
“Semua perempuan dengan riwayat hipertensi kehamilan, harus menerima konse ing tentang potensi peningkatan risiko diabetes, dan mengikuti skrining serta mendapat intervensi pencegahan,”lanjutnya.
Cara Mencegah
*CUKUPI ASUPAN SERAT
Cara ini akan mengurangi risiko diabetes dengan memperbaiki kontrol kadargula darah, menurunkan risiko penyakit jantung, dan mempertahankan berat badan yang sehat. Makanan kaya serat misalnya sayuran, bebuahan, kacang polong, gandum, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
* AKTIFKAN FISIK
Olah raga teratur akan membantu Anda menurunkan kadargula darah, menurunkan berat badan, dan meningkatkan sensitivitas terhadap insulin. Meski hamil, Anda harus tetap teratur berolah raga, dengan jenis yang disesuaikan.
Olah raga teratur, menurut suatu studi, akan mengurangi risiko diabetes hampir 60 persen.
* JAGA BERAT BADAN SEHAT
Ibu hamil pun tidak boleh kelebihan berat badan. Penambahan berat badan normal pada ibu hamil yang memiliki berat badan normal sebelum hamil adalah 12,5 sampai 17,5 kg.
Jika sebelum hamil berat badannya berlebih boleh bertambah berat badan sekitar 7,5 -12,5 kg, dan kalau sebelum hamil berat badannya kurang. sebaiknya berat badan waktu hamil pertambahannya sekitar 14-20 kg.
Tak hanya obesitas atau kelebihan berat badan yang bisa memicu timbulnya penyakit diabetes melitus. Tekanan darah tinggi atau praeklamsia yang tak jarang dialami ibu hamil, juga menjadi faktor risiko diabetes pada ibu hamil tersebut di kemudian hari.
Perkiraan tentang dua kondisi tersebut sebagai faktor risiko diabetes pada perempuan, merupakan kesimpulan hasil studi baru pada lebih 1 juta orang yang dipublikasikan dalam PLOSMedicine, pekan lalu.
Studi ini dipimpin oleh Denice Feig dari University of Toronto, Kanada. Dijumpai bahwa praeklamsi (tekanan darah tinggi, retensi cai’an, dan terdapat protein pada urin) atau hipertensi gestasional (tekanan darah tinggi terkait kehamilan) membuat ibu hamil berisiko dua kali lebih besar terdiagnosis diabetes beberapa tahun setelah melahirkan, dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami kedua kondisi tersebut.
Berlipat 13 Kali
Peneliti juga menemukan bahwa bila dikombinasikan dengan diabetes gestasional (diabetes terkait kehamilan), praeklamsia atau hipertensi kehamilan, akan meningkatkan risiko itu menjadi 13 kali lipat jika dibandingkan hanya dengan diabetes kehamilan saja.
Temuan ini penting dan menambah daftar faktor risiko diabetes sehingga dokter bisa melakukan edukasi pada ibu hamil dengan riwayat praeklamsia atau hipertensi gestasional.
Kesimpulan tersebut didapat para peneliti setelah mempelajari database kesehatan Kanada yang komprehensif yang mengidentifikasi para perempuan yang melahirkan di rumah sakit di Ontario antara tahun 1994 hingga 2008, yang mengalami praeklamsia, hipertensi kehamilan, atau diabetes kehamilan.
Para peneliti kemudian mencatat dari Ontario Diabetes Database, apakah dalam kurun 180 hari setelah melahirkan hingga Maret 2011, di antara para perempuan itu ada yang mengalami diabetes.
Dalam studi itu 1.010.068 ibu hamil dianalisis,22.933 di antaranya mengalami praeklamsia,27.605 orang memiliki hipertensi kehamilan, dan 30.852 diabetes kehamilan saja. Sebanyak 2100 orang memiliki diabetes kehamilan dan hipertensi kehamilan, sementara 1476 orang mengalami diabetes kehamilan dan praeklamsia. Pada periode selanjutnya, 35.077 (3,5 persen) perempuan didiagnosis mengalami diabetes.
Dalam analisisnya, para peneliti menemukan bahwa peningkatan risiko diabetes di masa datang 1,95 kali lebih tinggi pada perempuan dengan hipertensi kehamilan, 2,08 kali lebih tinggi pada ibu hamil dengan praeklamsia, dan 12,77 kali lebih tinggi pada ibu hamil dengan diabetes gestasional.
Bila ada kombinasi, risiko melonjak menjadi 18,49 kali lebih tinggi pada diabetes gestasional dengan hipertensi gestasional dan 15,75 kali lebih tinggi pada diabetes gestasional dengan praeklamsia.
Dalam studi berbasis populasi yang besar ini, para peneliti menemukan bahwa adanya praeklamsia atau hipertensi gestasional selama kehamilan menjadi prediktor kuat untuk terjadinya diabetes beberapa tahun setelah kehamilan. Adanya praeklamsia atau hipertensi pada ibu hamil dengan riwayat diabetes gestasional, meningkatkan risiko diabetes menjadi lebih tinggi lagi.
Konseling dan Skrining
kesehatan ibu, terutama mengingat penyakit terkait obesitas juga meningkat,” ujar para peneliti, seperti dikutip Medicolnewstodoy.
Ditambahkan para peneliti, riwayat praeklamsia atau hipertensi gestasional selama hamil, seharusnya membuat para dokter lebih waspada dan memberikan konseling kepada ibu hamil agar melakukan pencegahan serta skrining diabetes.
Dr.Thach SonTran dari University of Adelaide, di Australia, yang tidak terlibat dalam studi ini juga menyatakan agar perempuan yang mengalami hipertensi kehamilan dengan atau tanpa diabetes gestasional harus dianggap sebagai populasi berisiko tinggi urtuk terkena diabetes.
“Semua perempuan dengan riwayat hipertensi kehamilan, harus menerima konse ing tentang potensi peningkatan risiko diabetes, dan mengikuti skrining serta mendapat intervensi pencegahan,”lanjutnya.
Cara Mencegah
*CUKUPI ASUPAN SERAT
Cara ini akan mengurangi risiko diabetes dengan memperbaiki kontrol kadargula darah, menurunkan risiko penyakit jantung, dan mempertahankan berat badan yang sehat. Makanan kaya serat misalnya sayuran, bebuahan, kacang polong, gandum, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
* AKTIFKAN FISIK
Olah raga teratur akan membantu Anda menurunkan kadargula darah, menurunkan berat badan, dan meningkatkan sensitivitas terhadap insulin. Meski hamil, Anda harus tetap teratur berolah raga, dengan jenis yang disesuaikan.
Olah raga teratur, menurut suatu studi, akan mengurangi risiko diabetes hampir 60 persen.
* JAGA BERAT BADAN SEHAT
Ibu hamil pun tidak boleh kelebihan berat badan. Penambahan berat badan normal pada ibu hamil yang memiliki berat badan normal sebelum hamil adalah 12,5 sampai 17,5 kg.
Jika sebelum hamil berat badannya berlebih boleh bertambah berat badan sekitar 7,5 -12,5 kg, dan kalau sebelum hamil berat badannya kurang. sebaiknya berat badan waktu hamil pertambahannya sekitar 14-20 kg.