11 March 2012


Secara umum darah manusia terbagi dalam golongan A, B, O, AB, dari empat golongan tersebut ternyata mempunyai keunikan masing-masing yang mempengaruhi karakter seseorang.

Di Jepang, ramalan tentang seseorang lebih ditentukan oleh golongan darah daripada zodiak atau shio. Kenapa?

Katanya, golongan darah itu ditentukan oleh protein-protein tertentu yang membangun semua sel di tubuh kita dan oleh karenanya juga menentukan psikologi kita.

SIFAT SECARA UMUM
A = terorganisir, konsisten, jiwa kerja-sama tinggi, tapi selalu cemas (karena perfeksionis) yang kadang bikin orang mudah sebel, kecenderungan politik: "destra"
B = nyantai, easy going, bebas, dan paling menikmati hidup, kecenderungan politik: "sinistra"
O = berjiwa besar, supel, gak mau ngalah, alergi pada yang detil, kecenderungan politik: "centro"
AB = unik, nyleneh, banyak akal, berkepribadian ganda, kecenderungan politik

BERDASARKAN URUTAN
Yang paling gampang ngaret soal waktu:
B (karena nyantai terus)
O (karena flamboyan)
AB (karena gampang ganti program)
A (karena gagal dalam disiplin)

Yang paling susah mentolerir kesalahan orang:
A (karena perfeksionis dan narsismenya terlalu besar)
B (karena easy going tapi juga easy judging)
AB (karena asal beda)
O (easy judging tapi juga easy pardoning)

Yang paling bisa dipercaya:
A (karena konsisten dan taat hukum)
O (demi menjaga balance)
B (demi menjaga kenikmatan hidup)
AB (mudah ganti frame of reference)

Yang paling disukai untuk jadi teman:
O (orangnya sportif)
A (selalu on time dan persis)
AB (kreatif)
B (tergantung mood)

Kebalikannya, teman yang paling tidak disukai:
B (egois, easy come easy go, maunya sendiri)
AB (double standard)
A (terlalu taat dan scrupulous)
O (sulit mengalah)

MENYANGKUT OTAK DAN KEMAMPUAN
Yang paling mudah kesasar / tersesat:
B
A
O
AB

Yang paling banyak meraih medali di olimpiade olah raga:
O (jago olah raga)
A (persis dan matematis)
B (tak terpengaruh pressure dari sekitar. Hampir seluruh atlet judo, renang dan gulat jepang bergoldar B)
AB (alergi pada setiap jenis olah raga)

Yang paling banyak jadi direktur dan pemimpin:
O (karena berjiwa leadership dan problem-solver)
A (karena berpribadi "minute" dan teliti)
B (karena sensitif dan mudah ambil keputusan)
AB (karena kreatif dan suka ambil resiko)

Yang jadi PM jepang rata-rata bergolongan darah O (berjiwa pemimpin)
Mahasiswa Tokyo Universita pada umumnya bergol darah : B

Yang paling gampang nabung:
A (suka menghitung bunga bank)
O (suka melihat prospek)
AB (menabung karena punya proyek)
B (baru menabung kalau punya uang banyak)

Yang paling kuat ingatannya:
O
AB
A
B

Yang paling cocok jadi MC adalah orang yang bergolongan darah A (kaya planner berjalan)

MENYANGKUT KESEHATAN
Yang paling panjang umur:
O (tidak mudah stress, antibody-nya paling joss!)
A (hidup teratur)
B (mudah cari kompensasi stress)
AB (amburadul)

Yang paling gampang gendut:
O (nafsu makan besar, makannya cepet lagi)
B (makannya lama, nambah terus, dan lagi suka makanan enak)
A (hanya makan apa yang ada di piring, terpengaruh program diet)
AB (makan tergantung mood, mudah kena anoressia)

Paling gampang digigit nyamuk adalah orang yang bergolongan darah O (darahnya manis)

Yang paling gampang flu / demam / batuk / pilek:
A (lemah terhadap virus dan pernyakit menular)
AB (lemah terhadap hyangiene)
O (makan apa saja enak atau tidak enak)
B (makan, tidur tidak teratur)

Pada acara makan-makan di sebuah pesta:
O (banyak ngambil protein hewani, pokoknya daging-dagingan)
A (ngambil yang berimbang, 4 sehat 5 sempurna)
B (suka ambil makanan yang banyak kandungan airnya seperti soup, soto, bakso dsb)
AB (hobby mencicipi semua masakan, "aji mumpung")

Yang paling cepat botak:
O
B
A
AB

Yang tidurnya paling nyenyak dan susah dibangunin:
B (tetap mendengkur meski ada Tsunami)
AB (jika lagi mood, sleeping is everything)
A (tidur harus 8 jam sehari, sesuai hukum)
O (baru tidur kalau benar-benar capek dan membutuhkan)


B (paling mudah ngantuk, bahkan sambil berdiripun bisa tertidur)
O (kalau lagi capek dan tidak ada kerjaan mudah ngantuk)
AB (tergantung kehendak)
A (tergantung aturan dan orario)

Penyakit yang mudah menyerang:
A (stress, majenun / linglung)
B (lemah terhadap virus influenza, paru-paru)
O (gangguan pencernaan dan mudah kena sakit perut)
AB (kanker dan serangan jantung, mudah kaget)

Apa yang perlu dianjurkan agar tetap sehat:
A (karena terlalu perfeksionis maka nyantailah sekali-kali, tidak usah terlalu tegang dan serius)
B (karena terlalu susah berkonsentrasi, sekali-kali perlu serius sedikit, meditasi, main catur)
O (karena daya konsentrasi tinggi, maka perlu juga mengobrol santai, jalan-jalan)
AB (karena gampang capek, maka perlu cari kegiatan yang menyenangkan dan bikin lega)

Yang paling sering kecelakaan lalu lintas (berdasarkan data kepolisian):
A
B
O
AB

Sumber:




Jodoh adalah problema serius. Kemana pun mereka melangkah, pertanyaan- pertanyaan "kreatif" tiada henti membayangi. Kapan aku menikah? Aku rindu seorang pendamping, namun siapa? Aku iri melihat wanita muda menggendong bayi, kapan giliranku dipanggil ibu? Aku jadi ragu, benarkah aku punya jodoh? Atau jangan-jangan Tuhan berlaku tidak adil?

Jodoh serasa ringan diucap, tapi rumit dalam realita. Kebanyakan orang ketika berbicara soal jodoh selalu bertolak dari sebuah gambaran ideal tentang kehidupan rumah tangga. Otomatis dia lalu berpikir serius tentang kriteria calon idaman. Nah, di sinilah segala sedu-sedan pembicaraan soal jodoh itu berawal. Pada mulanya, kriteria calon hanya menjadi 'bagian masalah', namun kemudian justru menjadi inti permasalahan itu sendiri.

Di sini orang berlomba mengajukan "standardisasi" calon: wajah rupawan, berpendidikan tinggi,
wawasan luas, orang tua kaya, profesi mapan, latar belakang keluarga harmonis,
dan tentu saja kualitas ke SHALIHAN...


Ketika ditanya, haruskah seideal itu? Jawabnya ringan, "Apa salahnya? Ikhtiar tidak apa, kan ?"

Memang, ada juga jawaban lain, "Saya tidak pernah menuntut. Yang penting bagi saya calon yang SHALIH saja." Sayangnya, jawaban itu diucapkan ketika gurat-gurat keriput mulai menghiasi wajah. Dulu ketika masih fresh, sekadar senyum pun mahal.

Tidak ada satu pun dalih, bahwa peluang jodoh lebih cepat didapatkan oleh mereka yang memiliki sifat superior (serba unggul), namun kriteria tidak pernah menjadi penentu sulit atau mudahnya orang menikah. Pengalaman riil di lapangan kerap kali menjungkirbalikkan prasangka-prasangka kita selama ini.

Jodoh, jika direnungkan, sebenarnya lebih bergantung pada kedewasaan kita. Banyak orang merintih pilu, menghiba dalam doa, memohon kemurahan Allah, sekaligus menuntut keadilan- Nya. Namun prestasi terbaik mereka hanya sebatas menuntut, tidak tampak bukti kesungguhan untuk menjemput kehidupan rumah tangga.

Mereka bayangkan kehidupan rumah tangga itu indah, bahkan lebih indah dari film-film picisan ala bintang India , Sahrukh Khan. Mereka tidak memandang bahwa kehidupan keluarga adalah arena perjuangan, penuh liku dan ujian, dibutuhkan napas kesabaran panjang, kadang kegetiran
mampir susul-menyusul. Mereka hanya siap menjadi raja atau ratu, tidak pernah menyiapkan
diri untuk berletih-letih membina keluarga.


Kehidupan keluarga tidak berbeda dengan kehidupan individu, hanya dalam soal ujian dan beban jauh lebih berat. Jika seseorang masih single, lalu dibuai penyakit malas dan manja, kehidupan keluarga macam apa yang dia impikan?

Pendidikan, lingkungan, dan media membesarkan generasi muda kita menjadi manusia-manusia yang rapuh. Mereka sangat pakar dalam memahami sebuah gambar kehidupan yang ideal, namun lemah nyali ketika didesak untuk meraih keidealan itu dengan pengorbanan. Jika harus ideal, mereka menuntut orang lain yang menyediakannya. Adapun mereka cukup ongkang-ongkang kaki. Kesulitan itu pada akhirnya kita ciptakan sendiri, bukan dari siapa pun.

Bagaimana mungkin Allah akan memberi jodoh, jika kita tidak pernah siap untuk itu? "Tidaklah Allah membebani seseorang melainkan sekada sesuai kesanggupannya

Ketika sifat kedewasaan telah menjadi jiwa, jodoh itu akan datang tanpa harus dirintihkan.
Kala itu hati seseorang telah bulat utuh, siap menerima realita kehidupan rumah tangga, manis atau getirnya, dengan lapang dada. Jangan pernah lagi bertanya, mana jodohku?
Namun bertanyalah,sudah

DEWASAKAH AKU..???

Sumber:



Salah satu dampak dari merokok adalah gangguan yang dapat menyebabkan penyakit jantung. Sebuah penelitian baru mengungkapkan bahwa perokok wanita terutama wanita muda lebih berisiko terkena penyakit jantung dibanding perokok pria pada umunya.

Penelitian ini memperlihatkan sistematis dan analisis dari data yang diterbitkan oleh kelompok penelitian yang memiliki empat database online. Hal tersebut dilakukan untuk membuat variasi pada penelitian sebelumnya yang sulit menyatakan apakan perbedaan jenis kelamin mempengaruhi peningkatan risiko terkena penyakit jantung.

Penelitian tersebut menemukan 86 kelompok kasus yang terjadi sejak 1 Januari 1966 hingga 31 Desember 2010 dengan menggunakan perbedaan metodologi. Rentang usia yang dilibatkan dalam penelitian ini dari usia 5 sampai 40 tahun.

Data tersebut melibatkan hampir empat juta orang dalam proses penelitiannya dengan menggunakan metode acak pada perbedaan berat badan secara terbalik. Hal ini berguna untuk memberikan para peneliti perkiraan risiko relatif (RR) dan rasio risiko relatif (RRR) pada pria dan wanita.

Salah satu peneliti yaitu, Dr Rachel Huxley dari University of Minnesota dan rekannya Dr Mark Woodward dari John Hopkins University, menemukan bahwa dalam 75 kelompok penelitian, yang melibatkan 2,4 juta orang, berisiko untuk mengidap penyakit jantung koroner. Ternyata perokok wanita 25 persen lebih berisiko daripada perokok pria. Ini meningkat rata-rata dua persen setiap tahunnya dibanding faktor risiko kardiovaskular lainnya. Demikian seperti yang dikutip Medikal Xpress. com, Jumat (12/8/2011).

Data dari analisis lain mengumpulkan 53 penelitian risiko relatif yang berhubungan dengan tingkat usia. Penelitian ini melibatkan 3,3 juta orang, yang juga menunjukkan risiko penyakit jantung koroner secara signifikan, penelitian ini kembali menunjukan bahwa wanita lebih berisiko daripada laki-laki. Ketika peneliti melihat risiko pada usia yang berbeda, wanita dengan rantang usia 60 sampai 69 tahun merupakan yang paling berisiko.

Studi tersebut dipublikasikan pada situs resmi The Lancet, belum diketahui dengan mengapa terjadi perbedaan yang sangat signifikan terkait tingkat risiko penyakit jantung koroner yang jelas ini terjadi karena perbedaan fisik (seperti tingkat lemak tubuh, yang dikenal dapat menyimpan racun), atau perbedaan perilaku seperti menghirup atau intensitas merokok.

sumber



Popular Posts