01 March 2012


Kepulauan Karibia meliputi sekitar 19 negara kecil, seperti Guyana, Trinidad dan Tobago, Suriname, dan lainnya. Kawasan ini cukup terkenal di seantero dunia karena keindahan alamnya. Tak mengherankan jika Karibia menjadi salah satu tujuan wisata paling populer.
Setiap tahun, para turis asal Amerika dan Eropa berkunjung ke sana untuk menikmati wisata pantai dan laut. Efeknya, masyarakat lokal dapat menarik keuntungan cukup besar dari industri pariwisata ini.
Di antara penduduk setempat, terdapat pula komunitas Muslim yang telah tinggal di Karibia sejak lama. Jumlah mereka pun cukup besar sehingga turut memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang pemuka agama setempat, al-Hajj Naseer Ahmad Khan, mengatakan, saat ini umat Islam sudah berintegrasi dalam berbagai profesi. ”Saya kira, masa depan kami akan sangat cerah,” paparnya.
Ahmad Khan, yang juga ketua Islamic Missionaries Guild International, sebuah lembaga keagamaan yang berkedudukan di Guyana, menjelaskan, jumlah umat Islam di kepulauan Karibia mencapai sekitar 400 ribu jiwa. Mereka tersebar di sejumlah negara di kawasan ini, yakni Barbados, Grenada, Dominika, Pueto Rico, Kepulauan Virgin, dan Jamaika.

Konsentrasi terbesar umat Islam berada di Guyana dengan populasi mencapai 120 ribu jiwa. Adapun di Trinidad dan Tobago serta Guyana masing-masing terdapat sekitar 100 ribu jiwa.
Meski begitu, di Trinidad-lah pusat keislaman kawasan ini, bahkan kerap menggelar kegiatan berskala internasional. Pangeran Arab Saudi, Muhammad ibn Faisal, misalnya, pernah datang ke Trinidad untuk menghadiri sebuah perhelatan konferensi dakwah. Di negara ini, terdapat sekitar 85 masjid.
Trinidad dan Tobago terletak di bagian selatan Karibia. Negara ini memiliki aneka ragam budaya dari masyarakat yang multikultural yang dilingkupi sikap tenggang rasa, pembauran agama, dan kebudayaan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat.
Selain Islam, dua agama terbesar lainnya adalah Kristen dan Hindu. Negara kepulauan yang pada awalnya diduduki oleh bangsa Spanyol, Inggris, dan Prancis ini amat kuat dipengaruhi sejarah perbudakan dan kuli kontrak. Keduanya memberi sumbangan terbesar bagi keragaman budaya di Trinidad.
Adalah dua orang tokoh agama, yaitu Nizam Mohammed yang merupakan mantan politikus serta Noor Mohammed Hassanali yang gencar menyosialisasikan dan menyebarkan agama Islam. Kiprah mereka dalam berdakwah di masjid-masjid telah membangkitkan ghirah (semangat) keislaman di kalangan komunitas Muslim.
Tahun lalu, keduanya dipercaya memberikan khotbah Idul Fitri. Ribuan umat Islam (diperkirakan mencapai 4 ribu orang) memenuhi lapangan besar di Jean Pierre Cultural Complex di Port-of-Spain. ”Muslim di Trinidad, kendati tidak terlampau besar, sangat terorganisasi,” ungkap Imtiaz Ali (32 tahun), seorang Muslim Trinidad.
Negara ini, sambungnya, terbagi menjadi dua generasi umat Islam. Pertama, yang masih memegang teguh tradisi. Mereka dikatakan sulit menerima Islam yang dinamis. Sedangkan, kelompok kedua adalah generasi muda Muslim.”Tahun sebelumnya, ada sekitar 100 orang dari Trinidad yang menunaikan ibadah haji ke Makkah dan sebagian besar berasal dari generasi muda,” ungkap Ali.
Kontribusi umat
Dari mana asal usul umat Islam di Karibia? Ali, Naseer Ahmad Khan, dan lainnya merupakan keturunan Muslim yang berasal dari sebuah provinsi di India, Uttar Pradesh.
Nenek moyang mereka itu pertama kali tiba di kawasan ini sekitar tahun 1845. ”Yang membawanya adalah para tuan tanah setempat. Orang-orang Islam dijanjikan kesejahteraan dengan memperoleh tanah. Tapi, janji tinggal janji, akhirnya banyak yang meninggal karena menderita,” imbuh Ali.
Di sana, para imigran ini dipekerjakan di perkebunan tebu dan tembakau dengan memakai sistem imbal tenaga. Sejak perbudakan dihapuskan di seluruh wilayah jajahan Inggris, tuan tanah menerapkan sistem itu. Pekerja tersebut tidak menerima upah sebagai konsekuensi pembayaran utang-utang mereka dan biaya perjalanan.
Karena terus dipaksa bekerja keras setiap hari, banyak pekerja Muslim asal India ini yang tak sempat mencatatkan atau menuliskan riwayat mereka serta tempat tinggal sebelumnya. ”Kini, kita menjadi tidak tahu apa pun tentang asal usul kita di India,” kata Nizam Mohammed.
Mohammed (46 tahun), lulusan sekolah tinggi di London, mengaku sama sekali tidak mengetahui apakah nenek moyangnya termasuk di antara pendatang Islam pertama dari India yang menumpangi kapal Fatel Razeck.
Dia hanya mengenal nama kedua buyutnya, yakni Kallam Meah dan Rajeem Meah. Setelah bekerja selama lima tahun memenuhi sistem imbal tenaga, Kallam melanjutkan bekerja di perkebunan kopi dan cokelat, sedangkan Rajeem memilih profesi sebagai penjahit.
Selain imigran dari India, ada lagi komunitas Muslim yang berasal dari Afrika. Mereka merupakan Suku Mandingo, suku asli Afrika Barat. Merekalah pemeluk Islam pertama yang datang ke Trinidad, tepatnya pada tahun 1777. Ketika itu, orang-orang Afrika ini dipekerjakan di perkebunan tebu sebagai budak.
Hingga tahun 1802, jumlah mereka telah mencapai 20 ribu jiwa. Tahun 1830-an, orang Islam asal Afrika ini menetap di Port of Spain. Kebanyakan tidak bisa baca tulis, namun terorganisasi berkat peran Muhammad Beth, yang telah membeli kebebasannya dari perbudakan. Mereka tetap mempertahankan agamanya, bergiat di banyak bidang, dan secara berkala kembali ke kampung halaman di Senegal.
Lainnya adalah warga Muslim dari Timur Tengah, Indonesia, Pakistan, dan sebagainya. Sejarah mencatat, sebelum Trinidad menemukan sumur minyak pertamanya, ekonomi di wilayah itu telah maju pesat. Para pendatang Muslim dulunya menekuni bidang pertanian dan perdagangan.
”Saat ini, umat Muslim cukup berperan signifikan dalam kemajuan ekonomi,” urai Mohammed. ”Banyak dari mereka berhasil mencapai posisi penting di sebuah perusahaan publik. Mereka juga selalu terlibat dalam bidang politik.”
Hal itu diamini oleh Perdana Menteri ANR Robinson. ”Umat Muslim terus memberikan kontribusi cukup besar dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari sosial, ekonomi, politik, budaya, dan pendidikan. Hal ini tentu sangatlah membanggakan,” jelasnya.
Pertumbuhan ekonomi terus dijaga. Walau harga minyak mentah dunia masih terus bergejolak, Trinidad tetap mampu mempertahankan pendapatan per kapita sebesar 6 ribu dolar AS, peringkat keempat tertinggi di kawasan barat Benua Amerika.
Tetap Giat Bekerja
Berbeda dengan Trinidad dan Tobago, kondisi negara Guyana justru banyak bergelut dengan perekonomian yang kurang menunjang. Ini sebagai akibat kebijakan ekonomi dari pemerintahan sebelumnya.
Pendapatan per kapitanya hanya 570 dolar AS sehingga menjadikannya negara termiskin ketiga di kawasan ini, setelah Haiti dan Bolivia. Sektor pariwisata di negara kecil ini juga kurang berkembang, ditambah lagi dengan harga tiga komoditas utama: beras, gula, dan baoksit, yang terus turun di pasaran dunia hingga menimbulkan inflasi. Nilai tukar uangnya pun semakin rendah.
Sebagai gambaran, jika tahun lalu satu dolar AS masih sekitar 4,25 dolar Guyana, kini nilainya sudah terjun ke 20 dolar Guyana per dolar AS. Maka, tak heran, utang luar negeri jadi andalan pembiayaan. Kini, jumlahnya sudah mencapai 1 hingga 5 miliar dolar atau mendekati 1,875 dolar AS per kapita.
”Problem terbesar di Guyana kini adalah bagaimana membayar utang negara,” papar Al-Haj Naseer Ahmad Khan. ”Tapi, setelah pergantian kepemimpinan, saya kira ada secercah harapan menuju kemajuan.” Akibat situasi ini, segenap penduduk Guyana harus bekerja keras, termasuk kalangan komunitas Muslim yang jumlahnya sekitar 15 persen dari populasi penduduk sebesar 800 ribu jiwa.
Beratnya beban kehidupan tak menghalangi umat untuk bergiat ibadah. Masjid-masjid yang jumlahnya diperkirakan mencapai 133 unit di seluruh negeri tetap ramai dengan berbagai kegiatan, termasuk di Masjid Dar al-Salaam, terletak di Ibu Kota Georgetown.
Sejatinya, di Guyana, semua pemeluk agama menikmati kebebasan menjalankan ajaran agama masing-masing. Para pegawai pemerintah yang beragama Islam bahkan mendapat jatah istirahat dua jam setiap hari Jumat agar dapat menunaikan shalat Jumat.
Kondisi serupa juga ditemui di Suriname, sebuah negara yang lebih multietnis. Umat Muslim di sini kebanyakan adalah kalangan masyarakat kelas menengah bawah dan mereka bekerja di sektor pertanian. ”Muslim di sini mengandalkan kerja keras sendiri, sementara umat Kristen dan Hindu banyak mendapatkan dukungan dana dan moral dari berbagai organisasi di Belanda, Amerika Serikat, dan India,” papar Dr Isaac Jamaludin, ketua Madjlies Moeslimien Suriname.
Pada akhirnya, ketekunan dan kegigihan umat Islam dalam bekerja memunculkan simpati dan ketertarikan dari warga kepulauan Karibia. Surat kabar El Nuevo Herald dalam satu laporannya menyebutkan, para penduduk kepulauan Karibia dalam beberapa tahun ini makin banyak yang beralih ke agama Islam.Sementara itu, harian Trinidad menyatakan alasan mengapa banyak warga memilih Islam antara lain karena tertarik dengan keseimbangan antara bekerja dan spiritualitas yang diajarkan Islam.
Mereka yang tadinya tidak punya pekerjaan, setelah masuk Islam, menjadi giat bekerja dan tidak lagi bermalas-malasan. Sebab, agama Islam mengajarkan bahwa orang-orang yang rajin bekerja akan mendapatkan balasan pahala yang besar. Hal ini berdampak pada makin meningkatnya standar kualitas kehidupan di kalangan masyarakat kepulauan Karibia.
sumber




Maladewa merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari 1.200 pulau di Samudera Hindia. Yang paling terkenal untuk pemandangan yang indah: pantai putih, pohon kelapa bergoyang-goyang, karang warna-warni dan sinar matahari berlimpah. 80 persen dari rata-rata ketinggian Maladewa kurang dari satu meter. Jika kenaikan permukaan laut terus perubahan iklim global, ini surga yang indah mungkin akan lenyap di bawah laut cepat atau lambat.
Islam hadir di Maladewa sejak berabad lampau. Seperti di banyak kawasan, agama ini dibawa oleh pedagang asal Timur Tengah dan Gujarat untuk kemudian diterima luas oleh masyarakat setempat. Maka tidak mengherankan apabila Islam telah
menjadi agama resmi semenjak 800 tahun lalu.
Memasuki zaman modern, cahaya Islam tak lantas pudar. Islam terus mengalami perkembangan, baik di tingkat pemerintahan maupun sosial kemasyarakatan. Ini misalnya ditunjukkan Presiden (saat itu-red) Mamun Abdul-Rashid dalam pidatonya bulan Juli 1984 yang tegas menyerukan, “Islam agamaku.”
Menurutnya, Islam merupakan pandangan hidup ideal. Islam juga sangat dinamis dan mampu mengikuti perkembangan zaman hingga akan membawa kemanfaatan bagi siapa pun, dimana pun dan kapan pun. “Sistem dalam Islam dapat menjangkau setiap aspek pada kehidupan bermasyarakat.”
Sebagai tindak lanjut, di bulan Nopember 1984 presiden mencanangkan proyek pembangunan komplek Masjid Jami dengan biaya 7 juta dolar AS. Upaya ini diharapkan semakin menambah ghirah keislaman pada segenap komponen masyarakat.
Tahun 1997 lahir undang-undang negara yang menyatakan Islam sebagai agama resmi negara. Ditetapkan pula bahwa setiap warga negara harus beragama Islam dan pengamalan agama selain Islam dilarang berdasarkan undang-undang. Perkecualian bagi orang asing yang non-Muslim, mereka bisa menjalankan ibadah sesuai kepercayaannya namun harus dilakukan secara privasi serta tidak diperbolehkan mengajak penduduk untuk berpartisipasi. Dalam hal ini, presiden merupakan ‘penguasa tertinggi penegak syariat Islam’.
“Islam telah menjadi karakteristik penduduk Maladewa karena mereka percaya Islam membawa kedamaian dan kesejahteraan,” begitu bunyi laporan International Religious Freedom Report tahun 2004. Presiden Maumoon Abdul Gayoom setahun lalu juga mengariskan kembali pendirian negara ini, yaitu tak ada agama selain Islam di negaranya. Untuk itu, presiden kemudian menginstruksikan Menteri Dalam Negeri menyusun langkah-langkah untuk mempertahankan dan menjaga kesatuan agama. Maka terbentuklah Mahkamah Tinggi Agama Islam yang dapat memberikan arahan-arahan di bidang agama. Di samping itu, disiapkan pula pedoman dan standar pelaksanaan ibadah sehingga amal ibadah umat dapat diterima di sisi Allah SWT.
Pemerintah juga melarang peredaran barang atau material apapun yang bercirikan non-Islam, namun diperbolehkan menyimpan literatur-literatur agama, seperti Injil, tapi hanya untuk kepentingan pribadi. Begitu pun penjualan pernak-pernik agama non-Islam — kartu dan pohon Natal — kecuali hanya dibatasi untuk orang asing dan turis. Langkah serta kebijakan lain adalah pelarangan bagi aktivitas penyiaran agama non-Islam serta misionaris. Peralihan agama dari Islam ke non-Islam sangat bertentangan dengan hukum syariat dan dapat berdampak bagi hilangnya hak kewarganegaraan.
Tahun 1214, hampir seluruh penduduk Maladewa memeluk Islam berkat kegigihan imam asal Arab, Abu Barakat Berberi. Begitu besar pengaruhnya hingga penguasa Hindu di sana kala itu, Dharam Sant, juga beralih ke agama Islam. Dia lantas mengubah namanya menjadi Sultan Muhammad Ibn Abdullah.
Peristiwa itu menjadi tonggak paling penting dalam perjalanan sejarah Republik Maladewa nama resmi negara ini. Hingga kini pun, masyarakat di sana selalu mengenangnya sebagai peristiwa “Revolusi Spiritual.”
Adalah cerita mistik juga yang membawa penduduk Maladewa menuju kebenaran. Negeri kepulauan di Samudera Hindia ini dihuni oleh penduduk yang hampir seratus persen beragama Islam. Sebagai negara yang berdekatan dengan India dan Sri Lanka yang sebagian penduduknya beragama Hindu dan Budha, kehadiran Islam di negara yang berpenduduk hanya 400 ribu orang itu tentu sebuah keunikan. Dan keunikan itu menjadi lengkap bila menilik ke belakang, cerita tentang awal mula Islam hadir di negeri itu.Maladewa adalah gugusan karang (atol) di selatan India. Jumlah pulau yang berserak di sekitarnya mencapai 1.200 buah. Sejak sebelum masehi, kepulauan ini telah menarik minat banyak orang. Letaknya yang strategis berada di persilangan Asia mengakibatkan tempat ini menjadi persinggahan para pedagang sebelum melanjutkan perjalanan menuju tanah Melayu.
Cerita tentang Islam di negeri ini pun tak jauh dari perjalanan para pedagang dan pengembaraan umat Islam dari tanah Arab. Muhammad Ibn Batuta, seorang pengembara asal Maroko yang mengunjungi Maladewa pada abad ke 14 memiliki catatan khusus tentang Islam di Maladewa.
Menurut dia, seorang ulama bernama Abu Barakath Yoosuf Al Barbari, satu kali singgah di Maladewa. Ia sedang dalam perjalanan dakwah dan mengembara. Saat ia tiba, rakyat Maladewa tengah dicekam ketakutan. Rannamari, penguasa laut menurut kepercayaan masyarakat kala itu, keluar dari tempatnya sebulan sekali. Ia datang untuk menjemput korban berupa seorang anak perempuan muda yang masih perawan. Jika tidak diberi, ia akan mengamuk hingga mengakibatkan bencana bagi semua orang.
Korban, anak perempuan malang itu, dipilih banyak orang. Ia dikorbankan dengan kesepakatan bersama rakyat. Setelah terpilih, anak perawan itu dibawa ke candi di dekat pantai sendirian. Rannamari akan menjemputnya. Esok pagi, anak gadis itu meninggal dalam kondisi mengenaskan. Ia menjadi korban keganasan dewa laut. Gadis itu meninggal dalam kondisi telah diperkosa.
Saat masyarakat tengah diliputi ketegangan, Abu Barakath datang. Ia menginap di rumah salah seorang warga yang kebetulan anaknya terpilih untuk dikorbankan kepada dewa laut yang serakah.
Abu Barakath merasakan betul kesedihan yang melanda keluarga tempatnya menginap. Ia yakin, itu cuma cerita mistik atau mitos. Dan sebagai umat Islam, ia tertarik untuk membantu keluarga tempatnya menginap dan membebaskan rakyat dari cerita tahyul atau syirik. Maka ia bersedia menjadi korban.
Abu Barakath lantas didandani layaknya anak perempuan. Ia dibawa ke candi dengan tatapan penuh heran masyarakat setempat. Pria cerdas yang memang ulama itu kemudian duduk di dalam candi tanpa sekalipun lalai dari mengingat Allah. Sepanjang malam ia tak henti membaca Alquran.
Esoknya beramai-ramai penduduk mendatangi candi. Dengan rasa penasaran mereka ingin menyaksikan apa yang terjadi pada anak perawan buatan itu. Betapa terperanjatnya, penduduk setempat saat melihat ‘anak perempuan’ yang dipersembahkan bagi dewa laut itu masih hidup. Apalagi ia tampak masih khusyuk membaca Alquran. Kegembiraan segera meliputi masyarakat Maldewa. Mereka berterima kasih kepada pahlawan yang telah mengalahkan dewa laut Rannamari.
Raja setempat mendengar kisah ini. Dia mendatangi Abu Barakath Al Barbari dan mendengarkan cerita yang sesungguhnya. Menurut keyakinan raja, kekuatan buruk telah dikalahkan oleh kekuatan suci orang mulia dan ayat suci Alquran. Serta merta dia bersyahadat dan menyatakan diri sebagai Islam. Dengan pengaruhnya, ia memerintahkan semua rakyat mengikuti langkahnya memeluk Islam. Jadilah Maladewa negeri dengan mayoritas penduduk beragama Islam.
Maladewa adalah sebuah negara Islam yang sudah eksis sejak 9 abad yang lalu dan masih mempertahankan Islam sebagai dasar negara meski negeri itu sudah berubah dari sebuah kesultanan menjadi sebuah Republik.
Maladewa mengubah dirinya menjadi sebuah kesultanan atau kerajaan Islam sejak tahun 1153. ketika Raja Maladewa Sri Tribuvana Aditiya menjadi orang Maladewa pertama yang masuk Islam kemudian diikuti istri dan anak anaknya, kalangan Istana dan di tahun yang sama seluruh Maladewa sudah beralih keyakinan kepada Islam meninggalkan agama lama mereka yaitu Hindu.
di tahun yang sama raja Aditya memerintahkan pembangunan masjid pertama di Maladewa yang mereka sebut sebagai Hukuru Miskiiy atau masjid Jum’at atau Masjid Jami bersamaan dengan pembangunan Masjid Ied yang digunakan untuk penyelenggaraan sholat Idul Fitri dan Idul Adha. Juga bersamaan dengan penghancuran kuil kuil dan patung patung peribadatan agama lama mereka.
Sama seperti Indonesia, Maladewa pun pernah di jajah oleh bangsa Eropa, bedanya mereka hanya sempat dijajah oleh Portugis selama 15 tahun (1558-1573). Di tahun 1573 Portugis tersingkir dari Maladewa akibat kekalahan perang melawan para pejuang Maladewa di bawah pimpinan Muhammad Thakurufaanu Al-Azzam.
900 tahun setelah memproklamirkan diri sebagai kesultanan, Maladewa masih berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah sebagai hokum positif Negara, meski banyak pihak terutama dari Negara Negara barat yang memandang negatif terhadap hal tersebut.
Dua masjid tua Maladewa yang didirikan oleh Sultan pertama mereka masih berdiri dan terawat dengan baik hingga kini. Unesco bahkan sudah memasukkan dua masjid tersebut bersama belasan Masjid masjid tua di Maladewa ke dalam daftar warisan budaya dunia.
Di tengah kota Male, kota yang berupa sebuah pulau kecil lebih besar sedikit dari Pulau Penyengat tempat berdirinya masjid putih telur Sultan Riau di Propinsi Kepulauan Riau, kini berdiri kokoh sebuah masjid baru sekaligus sebagai Islamic center maladewa bantuan dari Negara Negara arab, Pakistan, Brunei dan Malaysia.
Di Maladewa, Islam begitu penting. Itu sebabnya, jangan heran jika setiap hari Jumat juga begitu penting di Maladewa. Itu sebabnya pula, sariatu—hukum-hukum syariah di Dhivehi juga sangat penting. Itu sebabnya pula di Maladewa, mulai dari presiden, jaksa agung, departemen dalam negeri, dan majelis-majlis begitu penting.
Di pulau itu, masjid atau lebih dikenal sebagai miski, menjadi simbol penting pusat Islam dipraktikkan. Setiap hari Jumat, toko dan kantor di kota-kota dan desa sudah tutup sekitar pukul 11 pagi.
Selalu ada masjid di beberapa pelosok Maladewa. Kebanyakan bangunan masjid dicat putih dan terbuat dari batu karang dengan menggunakan seng atau jerami sebagai atapnya.
Di Malé, Islamic Center dan Masjid Besar yang dibangun pada tahun 1984 dengan dana dari negara-negara Teluk Persia, Pakistan, Brunei, dan Malaysia, berdiri elegan. Pada awal tahun 1991 saja, Maladewa sudah memiliki total 725 masjid dan 266 masjid berbeda untuk perempuan.
Di Maladewa, lima belas menit sebelum adzan, semua toko dan kantor tutup. Selama bulan Ramadan, semua kafe dan rumah makan juga tutup, dan hanya buka menjelang waktu berbuka dan pada pada malam hari.
sumber



Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.
Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu.
Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai.
Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya dihadapan dunia Internasional.
Apa yang membuat Napoleon ini lebih memilih Islam daripada agama lamanya, Kristen ?
Berikut penuturannya sendiri yang pernah dimuat dimajalah Genuine Islam, edisi Oktober 1936 terbitan Singapura.

"I read the Bible; Moses was an able man, the Jews are villains, cowardly and cruel. Is there anything more horrible than the story of Lot and his daughters ?"
"The science which proves to us that the earth is not the centre of the celestial movements has struck a great blow at religion. Joshua stops the sun ! One shall see the stars falling into the sea... I say that of all the suns and planets,..."
"Saya membaca Bible; Musa adalah orang yang cakap, sedang orang Yahudi adalah bangsat, pengecut dan jahat. Adakah sesuatu yang lebih dahsyat daripada kisah Lut beserta kedua puterinya ?"
(Lihat Kejadian 19:30-38)
"Sains telah menunjukkan bukti kepada kita, bahwa bumi bukanlah pusat tata surya, dan ini merupakan pukulan hebat terhadap agama Kristen. Yosua menghentikan matahari (Yosua 10: 12-13). Orang akan melihat bintang-bintang berjatuhan kedalam laut.... saya katakan, semua matahari dan planet-planet ...."
Selanjutnya Napoleon Bonaparte berkata :
"Religions are always based on miracles, on such things than nobody listens to like Trinity. Yesus called himself the son of God and he was a descendant of David. I prefer the religion of Muhammad. It has less ridiculous things than ours; the turks also call us idolaters."
"Agama-agama itu selalu didasarkan pada hal-hal yang ajaib, seperti halnya Trinitas yang sulit dipahami. Yesus memanggil dirinya sebagai anak Tuhan, padahal ia keturunan Daud. Saya lebih meyakini agama yang dibawa oleh Muhammad. Islam terhindar jauh dari kelucuan-kelucuan ritual seperti yang terdapat didalam agama kita (Kristen); Bangsa Turki juga menyebut kita sebagai orang-orang penyembah berhala dan dewa."
Selanjutnya :
"Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans."
"Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda disetiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam."
Akhirnya ia berkata :
"In the name of God the Merciful, the Compassionate. There is no god but God, He has no son and He reigns without a partner."
"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tiada Tuhan selain Allah. Ia tidak beranak dan Ia mengatur segala makhlukNya tanpa pendamping."
Napoleon Bonaparte mengagumi AlQuran setelah membandingkan dengan kitab sucinya, Alkitab.
Akhirnya ia menemukan keunggulan-keunggulan AlQuran daripada Alkitab, juga semua cerita yang melatar belakanginya.

sumber

Popular Posts