13 May 2012

Nama Ary Ginanjar Agustian tak bisa dilepaskan dengan emotional spiritual quotient (ESQ). Ia adalah perumus ESQ, sebuah kombinasi kreatif, inovatif, dan convergen antara dua model kecerdasan emosi dan spiritual sekaligus. Deskripsinya tentang ESQ begitu elaboratif, ilmiah, dan sarat sentuhan spiritual-transendental.
Jika EQ (emotional quotient) hanya mengunggulkan segi-segi hubungan inter dan antarpersonal semata, seperti sikap empati dan simpati untuk meraih hidup sukses secara material, maka sukses material tersebut ditambah dengan satu keunggulan kualitatif SQ (spiritual quotient) berupa kebahagiaan spiritual, dengan mempererat hubungan harmonis dengan sang Pencipta. Sandaran yang digunakan Ary dalam mengembangkan ESQ adalah sebuah hadis: "Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya (EQ), dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok (SQ)."
Sebagai pebisnis, Ary mengamati begitu banyak pengusaha sukses yang memiliki kecerdasan emosi tinggi, tapi akhirnya hampa, dan tak tahu bagaimana menjalani hidup secara benar dan penuh makna. Mereka ini sedang menderita beragam penyakit seperti existensial illness, spiritual crises, spiritual illness, spiritual alienation, spiritual pathology, spiritual emergency, dan sebagainya, yang kesemuanya menunjukkan proses fragmentasi diri dari "pusat diri" (self-centre). Ary yang lahir di Jakarta, 24 Maret 1965 itu mempelajari rahasia yang ada di balik sukses setiap orang di dalam dan luar negeri, dan berkesimpulan bahwa dalam setiap sukses besar didorong penerapan kecerdasan spiritual.
Melalui ESQ ini, Ary tidak saja ingin mengobati penyakit spiritual, tapi juga menunjukkan arah dan tujuan hidup hakiki bagi manusia modern agar dapat meraih hidup sukses secara material, melaui pengembangan segi-segi kecerdasan emosi, dan juga meraih hidup sukses secara spiritual, melalui pengembangan aspek kecerdasan spiritual.
Ary baru dikenal lingkungan dekatnya sebelum 2001. Sesudah itu, namanya dikenal semakin luas karena ia meluncurkan bukunya Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Buku itu menjadi best seller, mengalami cetak ulang empat kali dan mendapat pujian dari berbagai kalangan. Menteri Negara BUMN, Sugiharto, termasuk penikmat buku itu.
Sejak terbitnya buku itu, mendadak Ary mendapatkan banyak tawaran kursus dan pelatihan ESQ dari berbagai kalangan, khususnya dari kelompok eksekutif dan perusahaan-perusahaan yang ingin merawat kualitas SDM yang profesional. Tawaran ini bisa dimaklumi karena selama ini orang yang hanya mengenal EQ-nya Daniel Goleman dan SQ-nya Ian Marshall ingin mengetahui ESQ-nya Ary.
Pelatihan ESQ ala Ary ini mendapat sambutan luas. Perusahaan-perusahaan besar mengirimkan karyawannya, tidak terkecuali BUMN seperti Perum Peruri, Garuda Indonesia, Pertamina, dan Pusri. Untuk mengikuti pelatihan selama tiga hari, setiap peserta harus membayar biaya sebesar Rp. 2,5 juta. Setelah pelatihan ESQ, mereka dapat memetik manfaat. "Kinerja karyawan kami menjadi lebih baik, target produksi tahun lalu bisa dicapai sebelum tutup tahun," kata kepala divisi Humas Pusri, Djakfar Abdullah.
Hal itu dimungkinkan terjadi, karena lewat ESQ karyawan diasah ketajamannya tentang integritas, komitmen, konsistensi, daya tahan, ketulusan, dan nilai-nilai lain. "Ini yang mengubah sikap dan berpengaruh pada kinerja perusahaan," tambah Djakfar.
Menneg BUMN Sugiharto, yang diangkat sebagai alumni pelatihan ESQ mengakui, bahwa banyaknya alumni yang mencapai 120 ribuan orang membuktikan ESQ memiliki daya magnet yang luar biasa. "Anda bisa jadi master intelektual, tapi jika spiritual kosong, bisa jadi maling seperti Al Capone karena sulit mengendalikan emosi," kata Sugiharto. Baginya, orang harus positif dalam segala segi IQ, EQ, dan SQ. Karena itu, dalam berbagai kesempatan, ia menganjurkan pimpinan dan karyawan BUMN untuk mengikuti kursus ESQ.n 
sumber : Republika

0 komentar:

Popular Posts