25 March 2012





Tadi malam ketika lagi asyik baca-baca di blog seorang teman. Saya menemukan satu artikel menarik yang menginspirasi saya untuk tulisan ini. Topik utamanya tentang cewek yang berjilbab atau ber-hijab. Otak mungil kesayangan saya pun langsung mengingat beberapa teman saya yang juga memakai jilbab, namun saya merasa, kok penampilan dan kepribadian mereka ada yang rasanya aneh ya?. Kok begitu?.

Hemm, teman-teman saya tersebut memang memakai jilbab. Tetapi penampilan dan kepribadian mereka saya pikir sama sekali tidak sesuai dengan mahkota yang mereka gunakan tersebut. Ada beberapa teman saya yang jelas-jelas memakai jilbab tetapi mereka menggunakan jilbab hanya karena disuruh atau bahkan dipaksa oleh orang tua dan lingkungannya, tanpa niat tulus ikhlas dari diri sendiri. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya sikap yang malah terlihat seperti penolakan atau pembangkangan yang dilakukan. Contohnya, ada beberapa teman perempuan yang menggunakan jilbab karena merasa terpaksa dan mengakibatkan perempuan tersebut begitu sudah keluar dari lingkungan pengawasan orang tuanya, dia serta merta menanggalkan jilbab yang digunakan.

Atau bahkan yang lebih membuat saya heran, ada beberapa teman saya yang menggunakan jilbab hanya sebagai kamuflase, seolah-olah jilbab hanya dianggap seonggok kain tak bemakna. Seperti seorang teman saya yang menggunakan jilbab hanya untuk menutupi rambut pirangnya yang dicat rambut, agar tidak terkena razia guru di sekolah, ada juga berjilbab tapi berbaju ketat. Atau yang lebih aneh, ada yang menggunakan jilbab hanya untuk terlihat alim dan mengalihkan perhatian orang dari perutnya yang membuncit alias kobun alias bunting alias HAMIL!!.

Dan kalau berbicara soal kepribadian, saya menganggap bahwa seorang wanita atau perempuan yang memutuskan diri untuk memakai jilbab atau minimal memakai jilbab karena disuruh, hendaklah mampu menjaga tutur kata dan sikap yang digunakan. Karena masih banyak saya jumpai, banyak teman perempuan berjilbab yang masih sering terlihat ketawa ngakak tak tertahankan, genit, cenderung frontal dengan lawan jenis. Aduh-aduh, jangan begitu dong sist.

Jilbab itu sendiri menurut saya ialah suatu 'sarana' yang digunakan oleh kaum perempuan dengan keuntungan untuk menjaga diri dari dari hal-hal buruk yang mungkin terjadi. Hal-hal buruk itu bisa datang dari orang lain yang berniat jahat atau diri sendiri yang sering lupa dan khilaf. Kenapa saya menyebutnya sebagai sarana?, karena menggunakan jilbab saya anggap sebagai suatu pilihan. Sarana memuliakan diri yang di beri oleh Allah SWT, yang bisa dipilih atau ditolak. Soal akibat dan dampak yang akan terjadi, benar-benar ditanggung oleh sang pemilih.

Karena bagi saya keputusan seorang mahluk istimewa yaitu perempuan untuk berjilbab, hanya berhak ditentukan oleh pribadi perempuan itu sendiri. Masalah orang tua yang berkeinginan untuk memiliki anak yang berjilbab, yaa terserah masing-masing. Tetapi menurut pengalaman yang saya lihat selama ini, anak-anak yang dipaksa, ditekan untuk berjilbab, cenderung memiliki sifat pembangkangan yang tinggi. Mereka menjadi buta akan arti dan lebih menganggap bahwa mahkota yang mereka gunakan hanyalah sebuah alat pengekang yang diberikan orang tua, tanpa mengetahui maksud baik yang diberikan oleh orang tua.

Jika anda berpikir bahwa saya seorang fundamental atau berpikiran kolot, jawabannya sama sekali tidak. Saya dibesarkan di keluarga yang menjunjung tinggi sikap bebas berpendapat dan memilih keputusan. Bukan karena Ibunda saya berjilbab, lantas pikiran saya terdoktrin untuk berangagapan, muslimah berjilbab harus begini, tidak boleh begitu, sama sekali bukan. Tulisan ini murni nurani saya. Seandainya Allah memberikan takdir kepada saya untuk mendapat jodoh perempuan berjilbab, ya tentu saja Alhamdulilah. Seandainya tidak dapat yang berjilbab, ya tentu juga masih Alhamdulilah.

Jujur saya sendiri tidak membeda-bedakan antara wanita yang berjilbab dan tidak. Sepanjang wanita itu mampu menjaga sikap dan terlihat inner beauty-nya, saya pasti jatuh cinta, hehehe. Saya percaya yang namanya cinta itu dari hati, bukan dari mata.

Tidak sependapat dengan tulisan saya Berjilbab tapi kok Begitu? , tak jadi masalah. Anggaplah tulisan ini dibuat oleh remaja sok tahu yang gaya-gayaan menulis tentang hijab. Karena memang saya sadar bagi beberapa orang, topik tentang jilbab sangatlah sensitif


1 komentar:

HMKuman said...

Ada percakapan antara seorang sheikh(S) dan seorang athies (A):

(A) Kenapa Islam memerintahkan kaum wanitanya untuk menutup seluruh badannya ? (sambil terus mengunyah permen yg dibawa)

(S) (diam sebentar dan bertanya)
Apa yg kau makan?

(A) Permen
(S) Boleh saya minta beberapa?
(A) Silahkan

Sheikh tsb mengambil dua permen, membuka salah satunya dan membiarkan yg lain tetap terbungkus.
Sheikh td membuang keduanya ke pasir.

(S)Coba anda pilih dari kedua permen itu.

Si atheis memilih permen yg masih terbungkus dan membuang yg terbuka.

(S) Kenapa anda memilih yg terbungkus?
(A) Karena yg terbungkus lebih bersih dan sehat, sementara yg terbuka itu penuh dengan kotoran.
(S) Itulah cara Islam memandang dan menghormati kaum wanita.

Popular Posts