24 May 2012

Sebuah bocoran dari surat kabar Haaretz, yang terbit di Israel. Mengabarkan mengenai Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak yang tengah berbicara dengan para agen mossad. Menurut Ehud Barak, Israel tak perlu susah untuk menggali berbagai informasi mengenai dunia Islam, mulai dari peta politik, kekuatan, jaringan hingga perpecahan diantara umat Muslim sendiri di negeri mereka. "Mencari informasi dunia Islam hingga kekuatannya tak perlu dengan susah payah, banyak umat Islam yang sudah menjadi agen kita tanpa mereka sadari" jelas Ehud Barak. Berbagai perpecahan umat Islam bisa jadi adalah hal yang luar biasa bagi Israel, tetapi yang lebih luar biasa lagi adalah mereka (umat Islam) dengan sendirinya membocorkan berbagai informasi peta kekuatan Islam. Ungkap Ehud Barak. Menurut Ehud Barak, bahwa berbagai informasi yang hilir mudik seperti memuat berbagai keburukan pemimpin dunia Islam, "demarketing" partai Islam oleh Umat Islam sendiri, saling terpecahnya umat Islam mengenai berbagai pandangan. Ini merupakan sebuah senjata yang lebih utama daripada nuklir Israel yang mereka punyai. Kekuatan Islam sebenarnya hanya terletak pada ketika mereka saling berpecah. Ehud Barak mengatakan "Nuklir kita mungkin bisa menghabisi Iran dan Hamas tetapi kekuatan ideologi mereka masih bisa berkembang kuat diberbagai negara yang mendukungnya, hanya satu yang bisa menghabisi mereka. Kita buat berbagai isu untuk memecah belah Islam" Mossad telah lama mengumpulkan berbagai informasi dari setiap negara-negara muslim, baik berbagai informasi mengenai keunggulan hingga kekurangan negara tersebut. Tak lupa menyelidiki kebiasaan para pemimpin negara di negara-negara muslim. Tak sedikit umat Islam yang tanpa sadar menjadi agen inteligen Israel dengan "ikhlas" dan sukarela. Mereka ini biasanya berkedok LSM ataupun ormas, dengan memuat berbagai data keburukan negara-negara muslim bisa jadi hal ini merupakan informasi gratis dan menjadi sangat memudahkan agen Mossad dalam memetakan kekuatan umat Islam. Masihkan anda mempublikasikan keburukan negara-negara Muslim? Jika iya, selamat anda layak menjadi Agen Mossad! sumber
Maha karya penulisan kitab Islam generasi Salaf teramat banyak diciptakan. Imam Suyuthi misalnya, menulis tak kurang 600 kitab. Demikian juga Imam Nawawi di Kitab-kitab itu hanya berupa tulisan tangan dan untuk membacanya butuh keahlian khusus. Jadi, tak semua orang mampu membacanya. Itulah yang disebut manuskrip atau naskah kuno (mahthuthat) Kabanyakan manuskrip (mahthutha) ditulis oleh penulisnya sendiri. Contohnya kitab Al Majmu’ah Al Fatawa, ditulis oleh Ibnu Taimiyah. Tapi ada juga yang ditulis oleh para murid dan sahabatnya, seperti kitab Al Umm. Kitab ini sejatinya bukan tulisan Imam Syafi’i, akan tetapi hasil dikte Imam Syafi’i kepada beberapa muridnya. Mereka adalah Al Muzani, Rabi’ bin Sulaiman Al Buwaiti. Manuskrip adalah bukti atas eksistensi pengetahuan sebuah umat dan dalil atas sebuah peradaban. Tentu, jika manuskrip umat Islam tidak terjaga dengan baik, apalagi musnah atau pindah ke tangan pihak lain, bagaimana hendak menyatakan bahwa umat ini pernah memiliki peradaban cemerlang?” (Hamud bin Abdullah, Direktur Urusan Mahthuthat, Kementrian Urusan Mahthutat dan Pengetahuan Oman) “ Ilmu itu meliputi tafsir, Hadits, fikih, sejarah Islam, dan bahasa. Bahkan umat ini tidak akan benar-benar menjadi umat tanpa “kekayaan itu”,” demikian menurut Bahkan ia berpendapat, menjaga manuskrip adalah fardhu kifayah. Jika tidak ada yang melakukan, maka semua umat Islam berdosa. Buku-buku (Islam) yang sudah dicetak saat ini, amat sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan jumlah manuskrip yang tersimpan di perpustakaan-perpustakaan yang tersebar di pelbagai negara. (Syaikh Abdul Aziz Rajhi, Ketua Divisi Kajian Manuskrip di Universitas Umar bin Abdul Aziz Saudi). Doktor Hisam ‘Afanah dari Universitas Al Quds telah mendata jumlah manuskrip yang ia lakukan hingga tahun 1948. Hasilnya, ada 262 juta jilid manuskrip yang masih menumpuk di pelbagai perpustakaan. Belakangan, tersiar kabar bahwa jumlah sesungguhnya mencapai ratusan juta jilid. Kadang, buku-buku yang telah dicetak pun terdapat banyak kesalahan, hingga perlu merujuk manuskrip untuk mengoreksinya. Kasus ini sering terjadi, dimana buku-buku hasil cetak beredar luas tanpa tahqiq atau si muhaqiq (orang yang men-tahqiq) tidak memiliki kemampuan cukup. Hasilnya, buku tersebut beda dengan manuskrip aslinya. Seperti kasus kitab Siyar A’alam An Nubala, karya Imam Dzahabi, terbitan Dar al Ma’arif Mesir tahun 1953. Menurut Syeikh Shu’aib al Arna’uth, di dalam kitab ini terdapat lebih dari seratus kesalahan. Juga terjadi pada buku Al Adzkar karya Imam Nawawi yang diterbitkan Dar Huda, Riyadh, tahun 1984. Syaik Abdul Qadir Al ‘Arnau’uth, muhaqiq kitab tersebut menjumpai kesalahan fatal setelah kitab itu beredar. Ada perubahan judul dan hilangnya beberapa teks. Hingga akhirnya buku tersebut ditarik dari pasar. Demikian juga kitab Dhafar Al Amani, karya Imam Laknawi yang diterbitkan oleh Dar Al Buhuts Emirat, tahun 1995. Menurut Syeikh Abdul Fatah Abu Ghuddah, di dalam kitab ini ditemukan lebih dari 678 kesalahan. Itulah fungsi manuskript sebagai alat acuan penulisan kitab sat ini untuk menghindari penyimpangan/bias kesalahan dari aslinya. Manuskrip pula yang menjadi bukti betapa tingginya peradaban Islam masa lampau. Ia ibarat saksi bisu dari kejayaan Islam. sumber

17 May 2012

Sumber media Israel menegaskan bahwa imperium Amerika akan jatuh dan segera runtuh, dan tanda-tanda tersebut telah muncul pada musim gugur pada dekade pertama abad duapuluh satu. Surat kabar Israel – Yediot Aharonot dalam konteks laporannya tentang tanda-tanda utama dari dekade pertama abad 21 berkaitan dengan kehancuran imperium Amerika – dimulai dengan jatuhnya simbol kekuatan ekonomi, diwakili dengan hancurnya WTC dan jatuhnya simbol militer AS, diwakili oleh runtuhnya markas besar pertahanan AS Pentagon dalam serangan 11 September 2001 – melalui adanya akumulasi defisit fiskal dalam anggara belanja pemerintah AS sebagai akibat dari perang yang tidak henti-hentinya yang mereka lakukan di Irak dan Afghanistan dan adanya krisis ekonomi global yang melanda perekonomian AS selama setahun terakhir. Yediot Aharonot menambahkan bahwa perang di Irak dan Afghanistan sangat merugikan anggaran belanja AS hampir satu triliun dollar, sementara kerugian tidak langsung sudah cukup membuat Washington bertekuk lutut meskipun terdapat surplus besar telah dicapai dalam anggaran selama tahun sembilan puluhan. Surat kabar tersebut menjelaskan bahwa indikator runtuhnya imperium Amerika lewat ekonomi semakin jelas selama tahun 2009, dengan keseluruhan defisit dalam anggaran sebesar 1,4 triliun dollar dan akan mencapai hingga 9 triliun dollar selama dekade berikutnya. Jatuhnya nilai dollar dan penurunan nilai mata uang AS terhadap mata uang dunia lain membuat AS harus menjual dollarnya dan membeli emas di banyak negara, terutama India, menurut surat kabar berbahasa Ibrani itu. Salah satu tanda lain akan runtuhnya imperium AS adalah runtuhnya hegemoni militer AS – meskipun AS memiliki kekuatan militer dan peralatan militer terbaru dan paling canggih di dunia namun untuk keikutsertaannya dalam berbagai peperangan di berbagai belahan dunia dan ketidakmampuannya dalam menghadapi kelompok-kelompok pejuang seperti Al-Qaidah dan Taliban, menyebabkan militernya runtuh secara tidak langsung. Masih menurut surat kabar Yediot Aharonot – tidak menutup kemungkinan krisis ekonomi berkepanjangan di AS akan mempercepat runtuh dan jatuhnya imperium besar AS terutama dalam kaitannya dengan akumulasi utang pemerintah AS. sumber

Popular Posts