03 April 2012




Berasal dari masa sekitar 2500 SM, prasasti Ebla memberikan keterangan teramat penting mengenai sejarah agama-agama. Sisi terpenting mengenai prasasti Ebla, yang ditemukan para ahli arkeologi pada tahun 1975 dan yang sejak itu telah menjadi pokok bahasan dari banyak penelitian dan perdebatan, adalah terdapatnya nama tiga orang nabi yang disebutkan dalam kitab-kitab suci.
Penemuan prasasti Ebla setelah ribuan tahun dan informasi yang dikandungnya sungguh sangat penting dari sudut pandang perannya dalam memperjelas letak geografis kaum-kaum yang disebutkan dalam Al Qur'an.
Sekitar 2500 SM, Ebla adalah sebuah kerajaan yang meliputi suatu wilayah yang di dalamnya termasuk ibukota Syria, Damaskus, dan Turki bagian tenggara. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan di bidang kebudayaan dan ekonominya, namun setelah itu, sebagaimana yang menimpa banyak peradaban besar, menghilang dari panggung sejarah. Tampak dari catatan yang terawetkan tersebut bahwa Kerajaan Ebla merupakan pusat utama kebudayaan dan perdagangan di masanya.(1) Penduduk Ebla memiliki sebuah peradaban yang membangun lembaga-lembaga arsip negara, mendirikan perpustakaan-perpustakaan dan mencatat aneka perjanjian perdagangan secara tertulis. Mereka bahkan memiliki bahasa mereka sendiri, yang disebut sebagai Eblaite.

Sejarah Agama-Agama Zaman Dahulu
Peran penting sesungguhnya Kerajaan Ebla, yang dianggap sebagai sebuah keberhasilan besar bagi arkeologi klasik ketika pertama kali ditemukan di tahun 1975, mengemuka dengan ditemukannya sekitar 20.000 prasasti dan penggalan tulisan paku. Naskah ini empat kali lebih banyak daripada seluruh naskah bertulisan paku yang diketahui para arkeolog selama 3.000 tahun terakhir.
Ketika bahasa yang digunakan dalam prasasti-prasasti tersebut diterjemahkan oleh seorang berkebangsaan Italia Giovanni Pettinato, penerjemah naskah-naskah kuno dari Universitas Roma, nilai penting prasasti tersebut semakin dipahami. Alhasil, penemuan Kerajaan Ebla dan kumpulan naskah negara yang luar biasa tersebut tidak hanya menarik perhatian di bidang arkeologi, tapi juga bagi kalangan agamawan. Hal ini dikarenakan selain nama-nama seperti Mikail (Mi-ka-il) dan Thalut (Sa-u-lum), yang berperang bersama Nabi Dawud, prasasti-prasasti ini juga menuliskan nama-nama nabi yang disebutkan di dalam tiga kitab suci: Nabi Ibrahim (Ab-ra-mu), Nabi Dawud (Da-u-dum) dan Nabi Ismail (Ish-ma-il). (2)

Pentingnya Nama-Nama yang Disebut dalam Prasasti Ebla
Nama para nabi yang ditemukan dalam prasasti Ebla memiliki nilai teramat penting karena ini adalah kali pertama nama-nama tersebut dijumpai dalam naskah bersejarah setua itu. Informasi ini, yang berasal dari zaman 1500 tahun sebelum Taurat, sangatlah mengejutkan. Kemunculan nama Nabi Ibrahim di dalam prasasti tersebut menyatakan secara tertulis bahwa Nabi Ibrahim dan agama yang dibawanya telah ada sebelum Taurat.
Para sejarawan mengkaji prasasti Ebla dari sudut pandang ini, dan penemuan besar tentang Nabi Ibrahim dan misi yang diembannya menjadi bahan penelitian dalam kaitannya dengan sejarah agama-agama. David Noel Freedman, arkeolog dan peneliti Amerika mengenai sejarah agama-agama, melaporkan berdasarkan penelitiannya nama-nama nabi seperti Ibrahim dan Ismail di dalam prasasti tersebut. (3)

Nama-Nama Lain di dalam Prasasti
Sebagaimana disebutkan di atas, nama-nama yang ada di dalam prasasti adalah nabi-nabi yang disebutkan di dalam tiga kitab suci, dan prasasti tersebut jauh lebih tua daripada Taurat. Selain nama-nama ini terdapat pula hal-hal lain dan nama-nama tempat di dalam prasasti tersebut, yang dengannya dapat diketahui bahwa penduduk Ebla adalah para pedagang yang sangat berhasil. Nama Sinai, Gaza dan Yerusalem, yang tidak terlalu jauh letaknya dari Ebla, juga terdapat di dalam tulisan tersebut, yang menunjukkan bahwa penduduk Ebla memiliki hubungan yang sangat baik dengan tempat-tempat tersebut di bidang perdagangan dan kebudayaan. (4)
Satu rincian penting yang diketahui dari prasasti tersebut adalah nama-nama wilayah seperti Sodom dan Gomorrah, tempat berdiamnya kaum Luth. Diketahui bahwa Sodom dan Gomorrah adalah sebuah wilayah di pesisir Laut Mati tempat bermukimnya kaum Luth dan tempat di mana Nabi Luth mendakwahkan risalahnya dan menyeru masyarakat untuk hidup mengikuti nilai-nilai ajaran agama. Selain dua nama ini, kota Iram, yang tercantum di dalam ayat-ayat Al Qur'an, juga di antara yang tersebut di dalam prasasti Ebla.
Sisi paling penting untuk dicermati dari nama-nama ini adalah bahwa selain dari naskah-naskah yang disampaikan oleh para nabi, nama-nama tersebut belum pernah muncul di dalam naskah mana pun sebelumnya. Ini adalah bukti tertulis penting yang menunjukkan bahwa para nabi yang medakwahkan risalah satu agama yang benar di masa itu telah mencapai wilayah-wilayah tersebut. Dalam sebuah tulisan di majalah Reader's Digest, tercatat di masa itu bahwa terdapat pergantian agama dari penduduk Ebla selama masa pemerintahan Raja Ebrum dan bahwa masyarakat mulai menambahkan imbuhan di depan nama-nama mereka dalam rangka meninggikan nama Tuhan Yang Mahakuasa.

Janji Allah Adalah Benar…
Sejarah Ebla dan prasasti Ebla yang ditemukan setelah 4.500 tahun sesungguhnya mengarahkan kepada satu kebenaran yang teramat penting: Allah telah mengirim utusan-utusan kepada penduduk Ebla, sebagaimana yang Dia lakukan ke setiap kaum, dan para utusan ini menyeru kaum mereka kepada agama yang benar.
Sebagian orang memeluk agama yang sampai kepada mereka sehingga mereka berada di jalan yang benar, sedangkan yang lain menentang risalah para nabi dan lebih memilih kehidupan yang nista. Tuhan, Penguasa langit dan bumi, dan segala sesuatu di antara keduanya, mewahyukan kenyataan ini dalam Al Qur'an:

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. An Nahl, 16: 36)

SUMBER ; http://www.harunyahya.com/





Maret akan segera usai. Bulan April menjelang. Ada suatu kebiasaan jahiliah yang patut kita waspadai bersama sebagai seorang Muslim; 1 April sebagai hari April Mop. April Mop sendiri adalah hari di mana orang-orang diperbolehkan menipu dan berbohong kepada orang lain. Tapi tahukah Anda apakah April Mop itu sebenarnya?
Sejarah April Mop
Sebenarnya, April Mop adalah sebuah perayaan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara salib yang dilakukan lewat cara-cara penipuan. Sebab itulah, mereka merayakan April Mop dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan dalih sekadar hiburan atau keisengan belaka.

Biasanya orang akan menjawab bahwa April Mop—yang hanya berlaku pada tanggal 1 April—adalah hari di mana kita boleh dan sah-sah saja menipu teman, orangtua, saudara, atau lainnya, dan sang target tidak boleh marah atau emosi ketika sadar bahwa dirinya telah menjadi sasaran April Mop. Biasanya sang target, jika sudah sadar kena April Mop, maka dirinya juga akan tertawa atau minimal mengumpat sebal, tentu saja bukan marah sungguhan.
Walaupun belum sepopuler perayaan tahun baru atau Valentine’s Day, budaya April Mop dalam dua dekade terakhir memperlihatkan kecenderungan yang makin akrab di masyarakat perkotaan kita. Terutama di kalangan anak muda. Bukan mustahil pula, ke depan juga akan meluas ke masyarakat yang tinggal di pedesaan. Ironisnya, masyarakat dengan mudah meniru kebudayaan Barat ini tanpa mengkritisinya terlebih dahulu, apakah budaya itu baik atau tidak, bermanfaat atau sebaliknya.
Perayaan April Mop berawal dari suatu tragedi besar yang sangat menyedihkan dan memilukan? April Mop, atau The April’s Fool Day, berawal dari satu episode sejarah Muslim Spanyol di tahun 1487 M, atau bertepatan dengan 892 H.
Sejak dibebaskan Islam pada abad ke-8 M oleh Panglima Thariq bin Ziyad, Spanyol berangsur-angsur tumbuh menjadi satu negeri yang makmur. Pasukan Islam tidak saja berhenti di Spanyol, namun terus melakukan pembebasan di negeri-negeri sekitar menuju Perancis. Perancis Selatan dengan mudah dibebaskan. Kota Carcassone, Nimes, Bordeaux, Lyon, Poitou, Tours, dan sebagainya jatuh. Walaupun sangat kuat, pasukan Islam masih memberikan toleransi kepada suku Goth dan Navaro di daerah sebelah barat yang berupa pegunungan. Islam telah menerangi Spanyol.
Karena sikap para penguasa Islam yang begitu baik dan rendah hati, banyak orang-orang Spanyol yang kemudian dengan tulus dan ikhlas memeluk Islam. Muslim Spanyol bukan saja beragama Islam, namun sungguh-sungguh mempraktikkan kehidupan secara Islami. Tidak saja membaca Al-Qur’an, namun bertingkah-laku berdasarkan Al-Qur’an. Mereka selalu berkata tidak untuk musik, bir, pergaulan bebas, dan segala hal yang dilarang Islam. Keadaan tenteram seperti itu berlangsung hampir enam abad lamanya.
Selama itu pula kaum kafir yang masih ada di sekeliling Spanyol tanpa kenal lelah terus berupaya membersihkan Islam dari Spanyol, namun selalu gagal. Maka dikirimlah sejumlah mata-mata untuk mempelajari kelemahan umat Islam Spanyol.
Akhirnya mereka menemukan cara untuk menaklukkan Islam, yakni dengan pertama-tama melemahkan iman mereka melalui jalan serangan pemikiran dan budaya. Maka mulailah secara diam-diam mereka mengirimkan alkohol dan rokok secara gratis ke dalam wilayah Spanyol. Musik diperdengarkan untuk membujuk kaum mudanya agar lebih suka bernyanyi dan menari daripada membaca Al Qur’an. Mereka juga mengirimkan sejumlah ulama palsu untuk meniup-niupkan perpecahan ke dalam tubuh umat Islam Spanyol. Lama-kelamaan upaya ini membuahkan hasil.
Akhirnya Spanyol jatuh dan bisa dikuasai pasukan salib. Penyerangan oleh pasukan salib benar-benar dilakukan dengan kejam tanpa mengenal peri kemanusiaan. Tidak hanya pasukan Islam yang dibantai, tetapi juga penduduk sipil, wanita, anak-anak kecil, orang-orang tua. Satu-persatu daerah di Spanyol jatuh.
Granada adalah daerah terakhir yang ditaklukkan. Penduduk-penduduk Islam di Spanyol (juga disebut orang Moor) terpaksa berlindung di dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Tentara-tentara salib terus mengejar mereka. Ketika jalan-jalan sudah sepi, tinggal menyisakan ribuan mayat yang bergelimpangan bermandikan genangan darah, tentara salib mengetahui bahwa banyak muslim Granada yang masih bersembunyi di rumah-rumah. Dengan lantang tentara salib itu meneriakkan pengumuman, bahwa para Muslim Granada bisa keluar dari rumah dengan aman dan diperbolehkan berlayar keluar Spanyol dengan membawa barang-barang keperluan mereka.
Orang-orang Islam masih curiga dengan tawaran ini. Namun beberapa dari orang Muslim diperbolehkan melihat sendiri kapal-kapal penumpang yang sudah dipersiapkan di pelabuhan. Setelah benar-benar melihat ada kapal yang sudah disediakan, mereka pun segera bersiap untuk meninggalkan Granada dan berlayar meninggalkan Spanyol.
Keesokan harinya, ribuan penduduk muslim Granada keluar dari rumah-rumah mereka dengan membawa seluruh barang-barang keperluan, beriringan berjalan menuju ke pelabuhan. Beberapa orang Islam yang tidak mempercayai pasukan salib, memilih bertahan dan terus bersembunyi di rumah-rumah mereka. Setelah ribuan umat Islam Spanyol berkumpul di pelabuhan, dengan cepat tentara salib menggeledah rumah-rumah yang telah ditinggalkan penghuninya. Lidah api terlihat menjilat-jilat angkasa ketika mereka membakari rumah-rumah tersebut bersama dengan orang-orang Islam yang masih bertahan di dalamnya.
Sedang ribuan umat Islam yang tertahan di pelabuhan, hanya bisa terpana ketika tentara salib juga membakari kapal-kapal yang dikatakan akan mengangkut mereka keluar dari Spanyol. Kapal-kapal itu dengan cepat tenggelam. Ribuan umat Islam tidak bisa berbuat apa-apa karena sama sekali tidak bersenjata. Mereka juga kebanyakan terdiri dari para perempuan dengan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Sedang para tentara salib telah mengepung mereka dengan pedang terhunus.
Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara salib segera membantai umat Islam Spanyol tanpa rasa belas kasihan. Jerit tangis dan takbir membahana. Seluruh Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman.
Tragedi ini bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah yang kemudian diperingati oleh dunia kristen setiap tanggal 1 April sebagai April Mop (The April’s Fool Day). Pada tanggal 1 April, orang-orang diperbolehkan menipu dan berbohong kepada orang lain. Bagi umat kristiani, April Mop merupakan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara salib lewat cara-cara penipuan. Sebab itulah, mereka merayakan April Mop dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan dalih sekedar hiburan atau keisengan belaka.
Bagi umat Islam, April Mop tentu merupakan tragedi yang sangat menyedihkan. Hari di mana ribuan saudara-saudaranya se-iman disembelih dan dibantai oleh tentara salib di Granada, Spanyol. Sebab itu, adalah sangat tidak pantas juga ada orang Islam yang ikut-ikutan merayakan tradisi ini. Siapapun orang Islam yang turut merayakan April Mop, maka ia sesungguhnya tengah merayakan ulang tahun pembunuhan massal ribuan saudara-saudaranya di Granada, Spanyol, 5 abad silam.
Jadi, perhatikan sekeliling Anda, anak Anda, atau Anda sendiri, mungkin terkena bungkus jahil April Mop tanpa kita sadari. (sa/berbagaisumber/eramuslim)



Kelompok Persaudaraan Ular ini oleh para sejarawan Barat sendiri diyakini berada di balik rezim-rezim besar penentang para Nabi Allah SWT. Mereka inilah para pendeta tertinggi Amon yang berada di balik kekuasaan represif Fir’aun, mereka pula yang membunuh para Nabi Allah, mereka inilah yang menghasut Herodes agar mengejar Nabi Isa a.s., mereka pula yang menghasut Paus Urbanus II agar mengibarkan bendera perang salib, mereka pula yang mendirikan Ordo Sion, Knights Templar, Freemasonry, dan sekarang mengejawantah dalam gerakan Zionisme, di mana kitab setan yang bernama Talmud menjadi kitab suci mereka.


Pernahkah Anda memikirkan gerangan apa yang menyebabkan suku-suku dan bangsa-bangsa kuno yang tersebar di berbagai pelosok dunia, berjauhan jarak beda benua, dipisahkan samudera raya, di saat listrik belum ditemukan, belum ada teve, radio, apalagi internet dan satelit, namun mereka yang tersebar tersebut telah memiliki ritual dan ‘tuhan’ yang nyaris sama? Mereka menyembah tuhan yang semuanya bercirikan api, tentunya dengan berbagai nama dan simbol, namun pada hakikatnya adalah satu. Mari kita simak beberapa contoh kecil dari peradaban kuno dunia yang terserak di berbagai belahan bumi:
-Di Irak sejarah mencatat seorang raja pertama di bumi yang bernama Namrudz (atau Nimrodz). Selain raja pertama, sejarah juga mencatat Namrudz sebagai manusia pertama yang melakukan incest dengan mengawini ibu kandungnya yang bernama Semiramis. Di zaman kekuasaan Namrudz inilah lagi-lagi sejarah mencatat dibentuknya institusi kepolisian yang diperintahkan oleh Namrudz untuk memata-matai Nabi Ibrahim as. Raja yang bertahta di Babylonia ini masih keturunan dari Nabi Nuh a.s. dari Kusy.
Dalam zamannya, penyembahan terhadap matahari merupakan salah satu ritual penting. Ritual Namrudz inilah yang diadopsi menjadi ritual bangsa pagan Roma Kuno dan berabad kemudian diadopsi jadi penyembahan Dewa Matahari yang dilakukan setiap 25 Desember. Hari penyembahan Dewa Matahari (The Sun of God) dilakukan setiap hari Minggu (Sun-Day) disebut sebagai Kebaktian. Inilah cikal bakal kebaktian dari umat kristiani.
-Di Persia, hidup pula kaum Majusi yang dikenal sebagai suatu kaum penyembah Api (Zoroasterian), yang disimbolkan sebagai Tuhan Matahari (Ahuramazda).
"Sisa-sia peninggalan Raja Namrudz"
-Bangsa Yunani kuno (Greek) memiliki banyak dewa-dewi seperti halnya bangsa pagan Roma. Salah satu dewanya adalah Dewa Matahari yang juga disebut Helios. Bahkan untuk berkhidmat kepada dewa ini, dibangun sebuah kota yang dinamakan sebagai Heliopolis (Kota Cahaya).
"Ilustrasi Helios, dewa matahari"
-Bangsa pagan Roma mengenal Dewa Mithra (Mithraisme) sebagai Dewa Matahari, yang merupakan pengaruh dari ritual Persia.
-Di Mesir berkuasa Dinasti Pharaoh atau Fir’aun. Di Mesir kuno, kita akan melihat banyak sekali kemiripan pola ritual dengan Raja Namrudz yang banyak memiliki ritual penyembahan terhadap Tuhan Matahari. Fir’aun sendiri menyebut dirinya sebagai Raja Cahaya. Di Mesir ini, Dewa Matahari disebut sebagai Ra.
-Di Amerika Selatan yang ribuan mil jauhnya dari Jazirah Arab dan Persia, suku Inca, suku Maya, dan suku Aztec, mereka semua juga memiliki ritual penyembahan terhadap Dewa Matahari terdapat Kuil Matahari. Suku Inca menyebut Dewa Matahari dengan istilah Inti, suku Aztec menamakannya Virachocha, dan suku Maya menamakan Dewa Matahari dengan sebutan Kukulchan.
Karena banyaknya kemiripan ritual-ritual di ketiga suku besar Amerika Selatan ini dengan ritual Mesir kuno, seperti membangun piramida, pembalseman mayat raja dan pangeran menjadi mumi, dan juga penyembahan terhadap Dewa Matahari, maka banyak sejarawan menganggap ada orang dari Mesir Kuno yang pernah berkunjung ke Amerika Selatan. Hal ini masih sebatas dugaan.
"Piramid suku Aztec, dibuat untuk memuja dewa matahari"
-Bangsa Jepang sampai sekarang masih menganut agama Sinto yang inti ritualnya merupakan penyembahan terhadap Dewa Matahari, Amaterasu. Di saat Jepang masih menjajah Indonesia dalam Perang Dunia II, tiap pagi saat matahari terbit rakyat Indonesia dipaksa untuk menghadapkan badan ke arah matahari terbit dan membungkukkan badannya untuk menghormati Dewa Mataharinya Nippon.
-Kaum Syirian (Suriah) kuno juga mengenal Dewa Matahari yang disebutnya Adonis dan Atis.
-Di India, masyarakatnya sampai sekarang masih mempercayai Dewa-Dewi yang disebutnya Btara dan Btari. Salah satunya adalah Btara Indra atau juga disebut Btara Surya yang merupakan Dewa Matahari.
"Kuil tempat penyembahab Dewa Matahari di Peru"
Belum ada satu pun sejarawan yang berhasil menemukan jawaban mengapa semua bangsa kuno ini memiliki ritual penyembahan terhadap sesuatu yang bercirikan api. Yang ada baru sebatas dugaan-dugaan. Kebanyakan anggapan menyebutkan jika sejak dulu manusia telah menganggap terang atau cahaya (yang berasal dari api) sebagai zat yang bisa menolong mereka, kebalikan dari gelap yang diasosiasikan sebagai kekuatan jahat yang harus dihindari dan diperangi. Sebab itu mereka menyembah api. Ini tentu baru dugaan sederhana.

Tentara Iblis
Karena peradaban umat manusia berawal dari Tanah Arab dan sekitarnya, maka penelusuran yang bijak tentang asal-muasal ritual tersebut di atas juga harus dilacak dari wilayah ini.
Di muka telah disebutkan jika Adam-Hawa diikuti iblis turun ke bumi. Adam dan Hawa bertemu dan beranak-pinak. Sedangkan Iblis terus menghasut anak cucu Adam agar mau dijadikan bala-tentaranya yang memiliki satu tujuan: memalingkan manusia dari ketauhidan.
Disebabkan ritual kelompok iblis ini senantiasa mempergunakan simbol ular, maka sejarawan J. Robinson yang banyak melakukan penelusuran tentang kelompok-kelompok rahasia kuno menyebut kelompok ini sebagai Brotherhood of the Snake atau Kelompok Persaudaraan Ular.
Maka sejarah akan selalu dihiasi dengan konflik dan peperangan antara kelompok yang menyerukan ketauhidan dengan kelompok yang berusaha menentangnya. Antara al-haq melawan al-bathil. Antara pengikut Adam a.s. melawan kelompok Iblis. High Priestess Maxine Dietrich dalam artikelnya berjudul Teachings of Ancient Egypt: The Brotherhood of the Snake (2002) menulis, “Setan membentuk kelompok Persaudaraan Ular bagi para manusia pengikutnya agar mereka bisa merasakan kondisi kejiwaan dan spiritualitas tingkat tertinggi.”
Kelompok Persaudaraan Ular ini oleh para sejarawan Barat sendiri diyakini berada di balik rezim-rezim besar penentang para Nabi Allah SWT. Mereka inilah para pendeta tertinggi Amon yang berada di balik kekuasaan represif Fir’aun, mereka pula yang membunuh para Nabi Allah, mereka inilah yang menghasut Herodes agar mengejar Nabi Isa a.s., mereka pula yang menghasut Paus Urbanus II agar mengibarkan bendera perang salib, mereka pula yang mendirikan Ordo Sion, Knights Templar, Freemasonry, dan sekarang mengejawantah dalam gerakan Zionisme, di mana kitab setan yang bernama Talmud menjadi kitab suci mereka.
Asal-usul kelompok ini sangat gelap. Namun sejarah mulai menemukan titik terang tatkala Bani Israil banyak melakukan apa yang telah mereka lakukan. Terlebih dalam perjalanannya selama berabad-abad, kaum ini mewarisi seluruh cirri-ciri, cara pandang, sikap hidup, ideologi, dan segala hal yang tadinya dimiliki oleh kelompok pemuja setan tersebut. Kitab suci al-Qur’an banyak sekali memaparkan tindak-tanduk kaum ini dan menyematkan berbagai nama bagi mereka yang keseluruhannya mengacu kepada pembangkangan terhadap ketauhidan.
Dan seperti yang sudah ditoreh dalam lembaran sejarah berabad-abad lamanya, tonggak kehadiran kaum ini bisa dilihat dalam suatu episode kehidupan sekelompok umat manusia di Pegunungan Harran, Irak Utara, di saat Nabi Ibrahim a.s. hidup.
sumber


Popular Posts