19 March 2012


Bagi warga negara Indonesia dan warga Jakarta khususnya, Monumen Nasional yang lazim disebut Tugu Monas sudah tidak asing lagi. Berada tepat di jantung ibukota negara dan pemerintahan Republik Indonesia, Tugu Monas menjulang
tinggi mengalahkan kemegahan bangunan-bangunan di sekelilingnya.Menurut sejarahnya, bangunan setinggi 128,70 meter ini dibangun pada era Presiden Sukarno, tepatnya tahun 1961. Awalnya, sayembara digelar oleh Sukarno untuk mencari lambing yang paling bagus sebagai ikon ibukota negara. Sang Presiden akhirnya jatuh hati pada konsep Obelisk yang dirancang oleh Friederich Silaban. Namun saat pembangunannya, Sukarno merasa kurang sreg dan kemudian menggantinya dengan arsitek Jawa bernama Raden Mas Soedarsono. Sukarno yang seorang insinyur mendiktekan gagasannya kepada Soedarsono hingga jadilah Tugu Monas seperti yang dapat kita saksikan saat ini.

Proyek mercusuar pembangunan Monumen Nasional tersebut sesungguhnya dilakukan saat kondisi keuangan negara dalam masa kritis yang sangat hebat. Pada saat itu, Sukarno juga tengah mengerjakan proyek lainnya yang mungkin dianggap lebih ‘mulia’, yakni pembangunan Masjid Istiqlal, masjid terbesar se-Asia Tenggara. Dihadapkan pada pilihan sulit, akhirnya Sukarno lebih memilih merampungkan proyek Tugu Monas daripada rumah Allah tadi. Uniknya, kedua proyek besar tersebut selesai saat Presiden Sukarno sudah tidak berkuasa lagi pasca pemberontakan G 30 S PKI.
Sukarno yang terkenal flamboyan saat itu lebih memilih Monas karena merupakan simbol phallus raksasa. Tidak aneh jika simbol ibukota negaranya adalah simbol kejantanan seorang pria (phallus). Sukarno adalah seorang visioner yang tidak tanggung-tanggung dan berpandangan jauh ke depan. Dia tidak membiarkan pembangunan phallus/lingga sendirian. Saat bersamaan, dia juga memerintahkan pembangunan ‘pasangannya’, yakni Yoni sebagai simbol perempuan, tepat di atas Monas. Jadilah Monas seperti yang terlihat sekarang, sebuah bangunan lambing penyatuan Lingga dan Yoni, simbol laki-laki dan perempuan.
Menurut penuturan Dan Brown dalam novel fenomenalnya, penyatuan Lingga dan Yoni merupakan ritus purba seksual, Persetubuhan Suci (The Sacred Sextum). Ini adalah ritual tertinggi bagi kelompok-kelompok penganut Luciferian (penyembah setan) seperti halnya Ksatria Templar dan Freemasonry.
Monas adalah The Sacred Sextum
Tugu Monas hanyalah salah satu dari obelisk-obelisk lain yang tersebar di pusat-pusat kota seluruh dunia. Obelisk tertua berasal dari kebudayaan Mesir Kuno, simbol menjulang menuju dewa tertinggi bangsa pagan purba (dan modern). Selain Kairo dan Jakarta, obelisk asli Mesir dapat kita saksikan di ibukota penguasa dunia saat ini, Washington DC Amerika Serikat. Lokasinya tepat di depan Capitol Hill tempat presiden-presiden Amerika terpilih mengucapkan sumpahnya secara turun-temurun. Obelisk atau phallus juga bisa kita jumpai tepat di tengah lapangan Basilika Santo Petrus, Vatican City, negara tempat pemimpin umat Katholik Roma sejagat raya. Phallus modern juga dapat berupa obelisk baja yang menjulang di tengah-tengah ibukota Perancis, Paris berupa Menara Eiffel.
Obelisk adalah simbol kejantanan, kekuatan, dan kekuasaan
Jika kita cermati bersama, keberadaan Tugu Monas di jantung ibukota negara Republik Indonesia adalah sebuah ejekan tak kentara terhadap sila pertama Pancasila. Monas adalah lambang Persetubuhan Suci yang dilakukan tanpa malu-malu di sekeliling rumah Tuhan. Dia mengejek Gereja Imanuel, dia mengejek Gereja Katedral, dan dia juga mengejek Masjid Istiqlal. Terhadap rumah Tuhan-rumah Tuhan yang mengelilinginya, Monas seakan mencibir, “Lihatlah aku, aku lebih tinggi dan lebih megah ketimbang kalian, dan yang pasti pengikutku lebih banyak dari penghuni kalian, hahahaha…”
Dan memang ada benarnya, Monas adalah simbol dari tabiat bangsa ini dari waktu ke waktu yang semakin tidak memiliki rasa malu. Di bawah naungannya, di antara rindangnya pepohonan dan rimbunnya semak-semak di sekitarnya, tidak siang tidak malam, banyak manusia yang melakukan ritus purba seperti yang ditunjukkan penyatuan Lingga dan Yoni, Monas. Kebanyakan pelakunya adalah muda-mudi yang tidak tahu diri dan tidak memiliki harga diri lagi.
Dan, rahasia Tugu Monas yang barangkali tidak dapat kita rasakan hingga saat ini adalah bentuk piramida silang Monas jika dilihat dari udara.
Sebelum adanya aplikasi Google Earth, tak banyak manusia yang dapat menyaksikan simbol pagan masyarakat purba (dan modern) dengan seksama seperti saat ini. Sebagai perbandingan, arahkan kursor peta Google Earth tepat di atas Piramida Giza di Kairo, Mesir. Kemudian alihkan kursor ke kota Jakarta tepat di atas komplek Tugu Monas. Jika silang Monas yang tampak dari atas tersebut kita anggap sebagai sisi-sisi piramida dan Tugu Monas yang berada tepat di tengahnya sebagai puncak piramida, terlihat ada kesamaan bentuk dan konsep antara Piramida Giza di Mesir dan ‘Piramida Monas’di Indonesia.
sumber







Kita masyarakat Barat yang tidak mengamati dan tidak mencontoh adab makan yang diajarkan Islam, akhirnya menderita banyak penyakit. Mereka yang mematuhi kebiasaan makan menurut Islam akan sehat, dan mereka yang meniru cara makan Barat yang buruk akan sakit. Kebiasaan sehat dalam adab makan Islam seharusnya ditiru oleh masyarakat Barat”
(Profesor Hans-Heinrich Reckeweg, M.D., ahli toksikologi, Biological Therapy Vol.1 No.2, 1983)

.

“Sumber dari segala obat adalah menjaga makanan” (Hadits)
“1/3 perut untuk makanan, 1/3nya lagi untuk makanan, dan 1/3 sisanya untuk udara”. Kita mungkin sudah akrab dengan diet anjuran Rasul yang satu ini. Bisa jadi kita lakukan, atau kita abaikan. Namun sudah tahukah kita, kalau berbagai penelitian masa kini menemukan bahwa diet tersebut dapat memperpanjang umur seseorang?
Pada masa Rasulullah, ada seorang tabib yang dikirim dari Mesir ke Madinah sebagai tanda persahabatan. Namun delapan bulan kemudian, tabib ini akhirnya pulang lagi ke Mesir. Bukan karena ia tidak betah—justru ia sangat akrab dan dikenal baik oleh masyarakat di Madinah—melainkan karena selama delapan bulan ia bertugas di Madinah tak ada satupun orang sakit yang datang untuk berobat ke tempat prakteknya. Sedangkan di Mesir, jasanya mungkin lebih dibutuhkan. Sebelum pulang, tabib ini berpamitan kepada Rasulullah dan bertanya pada beliau apa rahasia umat Rasulullah selalu terlihat sehat dan tak pernah sakit. Maka Rasulullah menjawab “kami adalah umat yang tidak makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang”.
Mungkin kita ingat kalau Rasulullah SAW pernah bersabda pula dalam riwayat lain :
“Tidaklah sekali-sekali manusia memenuhi sebuah wadah pun yang lebih berbahaya dari perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tubuhnya. Jika ia harus mengisinya, maka sepertiga (bagian lambung) untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya (udara)” (Hadits Riwayat Tirmidzi, berpredikat shahih)
14 abad setelah hadits-hadits tersebut keluar, kini penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa diet ala Rasul tersebut dapat memperpanjang umur seseorang, disebut juga sebagai diet anti-aging calorie restriction (diet pembatasan kalori atau diet rendah kalori). Namun sebenarnya cara makan yang dalam bahasa planet Nibiru disebut “diet calorie-restriction” ini (bahkan digembar-gemborkan berasal dari Barat), masih menggunakan dasar diet Islam “berhenti sebelum kenyang” yang diajarkan Rasulullah.

1. Salah satu pembuktian hadits “cukuplah bagi anak Adam beberapa suap untuk menegakkan tubuhnya” : bahwa dalam suatu penelitian UCLA tahun 2005, tikus yang mendapatkan ransum dengan jumlah kalori yang hanya cukup untuknya bertahan hidup, ternyata hidup lebih panjang dari tikus yang mendapat ransum dengan porsi dan kalori biasa.
2. Salah satu pembuktian hadits “1/3 untuk makanan, 1/3 untuk air, dan 1/3 untuk udara” : Pada tahun 2006, Christiaan Leeuwenburgh dari Institute of Aging Universitas Florida menemukan bahwa mengurangi porsi makan sebanyak 8% saja dapat mencegah banyak kerusakan organ akibat penuaan. (Porsi makanan yang dimaksud adalah “porsi makan sampai kenyang” yang biasa dikonsumsi orang sehari-hari.)
3. Penemuan Kalluri Suba Rao, ahli biologi molekuler (2004) : Makan sedikit memungkinkan tubuh untuk lebih “berkonsentrasi” memperbaiki dirinya sendiri, sehingga kegiatan perbaikan DNA, membuang zat-zat toksin keluar tubuh, dan regenerasi sel-sel rusak dengan sel sehat dapat berlangsung lebih optimal—Sedangkan apabila kita makan banyak melebihi batasan, maka tubuh akan lebih sibuk dengan kegiatan katabolisme (menguraikan makanan-makanan itu dalam tubuh) dan “tidak sempat” memperbaiki dirinya sendiri. Inilah salah satu pengundang berbagai penyakit seperti darah tinggi, kolesterol, dll yang dapat memperpendek umur manusia zaman sekarang.
4. Pendapat salah satu ilmuwan UCLA yang meneliti diet ini, bahwa “dengan diet ini saja, manusia tidak memerlukan lagi konsumsi suplemen seumur hidupnya, karena diet ini lebih kuat dari suplemen”
Bila Anda rajin-rajin browsing situs kesehatan dari luar negeri, banyak sekali berita dan penelitian terbaru mengenai diet ala Rasulullah ini—yang sedang hangat dibicarakan sejak 10 tahun terakhir. Banyak para ahli kesehatan dan ilmuwan sepakat bahwa diet ini adalah diet anti-aging terbaik yang pernah ada; daripada sekadar membatasi pada makanan tertentu dan mengonsumsi suplemen-suplemen yang diiklankan. Jadi, kata siapa diet Rasulullah udah ketinggalan jaman!!!
Diet Apaaa????
Prinsip diet calorie restriction ada dua : (1) Makan dalam porsi lebih sedikit atau dibatasi sehingga jangan sampai kekenyangan (lebih kurang seperti kata Rasul tentang 1/3 bagian perut untuk makanan); dan (2) Yang paling utama dan terpenting dalam diet ini, memotong asupan kalori. Orang dewasa normal biasanya mengonsumsi 2000 kalori per hari, maka mulai sekarang kurangi jumlah asupan kalori sebanyak kurang lebih sepertiganya, misalnya menjadi 1200 kalori/hari. Biasanya hal ini secara otomatis dapat diperoleh dengan memotong porsi makanan.
Namun patut diingat : memotong kalori, tidak berarti memotong jumlah asupan nutrien lain. Jadi, dengan porsi makanan yang tidak banyak, tetap harus memenuhi nutrien penting untuk tubuh seperti protein, vitamin, dan mineral-mineral. Jadi bukan sembarangan makan sedikit, seperti hanya makan kerupuk seharian misalnya.
Dan perlu diketahui juga, diet calorie restriction ini tidak untuk anak-anak, ibu hamil, orang-orang anoreksia dan orang yang memiliki masalah kekurangan gizi berat, sebab bisa jadi diet ini membahayakan mereka. Diet ini dapat dimulai pada minimal umur 25 tahun hingga ke atas.
Diet calorie-restriction ditemukan tahun 1930 di mana saat itu ditemukan bahwa pengurangan kalori pada tikus dapat meningkatkan umur hidupnya dari 24 bulan menjadi 46 bulan. Penelitian yang sama juga dilakukan pada monyet, lalat buah, ikan, anjing, dan hewan lain; dan hasilnya pun tak jauh berbeda. Misalnya, tikus yang diberikan ransum rendah kalori (yang hanya cukup untuknya bertahan hidup) secara signifikan hidup lebih panjang (20-40%) daripada tikus yang diberi ransum biasa. Penelitian ini memberikan hasil sama ketika diulang. Bukti pada percobaan tikus ini sangat nyata. Pada tahun 2006, Christiaan Leeuwenburgh dari Institute of Aging Universitas Florida menemukan bahwa mengurangi porsi makan sebanyak 8% saja dapat mencegah banyak kerusakan organ akibat penuaan dan mengurangi kalori 20 – 40% dapat berefek signifikan terhadap perpanjangan umur pada tikus.
Penelitian lain di UCLA tahun 2005 oleh Phelan, “tikus hidup lebih lama ketika porsi makanan mereka dikurangi 10%. Dikurangi 20% porsinya, mereka malah hidup lebih lama lagi. Dikurangi 50%, mereka juga masih dapat hidup lebih lama. Namun bila dikurangi 60%, mereka akan kelaparan dan mati”. Jadi jelas, diet ini tidak sama dengan cara makan anoreksia (melaparkan diri secara berlebih-lebihan karena takut kegemukan).
Itu tadi pada tikus. Lalu bagaimana dengan manusia?
Jawabannya adalah : ya, bekerja. “Makanlah dalam porsi 15% lebih sedikit mulai umur 25 tahun dan Anda dapat menambah 4,5 tahun lebih panjang pada umur Anda”, demikian pernyataan Eric Ravussin, peneliti kesehatan manusia pada Pennington Biomedical Research Center, Louisiana. Ia juga mengajukan bahwa pengurangan kalori 8% saja per hari dapat memberi efek signifikan pada peningkatan kesehatan tubuh.
Bagaimana kerja diet calorie-restriction ini memperpanjang umur, masih menjadi banyak kajian ilmiah. Misalnya pada penelitian yang dilakukan oleh Kalluri Suba Rao (2004), ditemukan bahwa diet ini dapat mencegah kerusakan DNA dan memperbaiki kinerja otak. Ketika umur kita meningkat, sel-sel tubuh kita juga ikut menua, dan kerusakan DNA akan lebih sering terjadi sehingga meningkatkan resiko penyakit degeneratif, termasuk penurunan kinerja saraf. Diet Rasul ini juga dapat meningkatkan aktivitas enzim yang terkait dengan perbaikan DNA (DNA repair).
Hal itu menurut Rao karena dengan porsi makan dan kalori yang lebih sedikit, tubuh dapat lebih “berkonsentrasi” memperbaiki dirinya sendiri seperti dengan melakukan perbaikan DNA dan membuang racun-racun keluar tubuh, daripada disibukkan oleh bekerja keras karena “mencerna banyak makanan”. Tubuh sesungguhnya memiliki kemampuan untuk memperbaiki dirinya sendiri dari kerusakan-kerusakan dalam, namun makan terlalu banyak dapat menghalangi hal tersebut. [saya rasa mungkin seperti ini juga mekanisme puasa/shaum dalam menjaga kesehatan tubuh]. Hasil temuan Rao ini diumumkan di Journal of Molecular and Cellular Biochemistry (2004).
Apabila kerusakan DNA dapat dicegah, maka penyakit-penyakit degeneratif lain yang terkait dengan penuaan dapat dicegah. “Ada banyak sekali bukti bahwa membatasi kalori dapat menurunkan resiko Anda terjangkit penyakit modern seperti diabetes, kanker, dan penyakit jantung”, ujar peneliti Universitas Saint Louis, Edward Weiss.
Weiss sendiri pernah meneliti sekelompok wanita dan pria paruh baya yang sehat dan bukan perokok (50 – 60tahun) dengan dibagi dalam tiga kelompok : kelompok diet calorie-restriction, kelompok yang berolahraga, dan kelompok kontrol (yang tidak melakukan keduanya). Kelompok diet calorie-restriction diberi diet 700 – 500 kalori per hari (normalnya seorang dewasa sehat mendapat asupan 2000 kalori per hari), sedangkan kelompok olahraga diberi diet biasa (2000 kalori) ditambah berolahraga. Hasilnya, kelompok diet calorie-restriction memiliki tingkat kesehatan yang sama dengan kelompok olahraga. Bahkan, kelompok diet calorie-restriction memiliki kadar hormon tiroid T3 (triiodotironin) paling rendah dan tingkat metabolisme lebih rendah. Kadar T3 yang lebih rendah mengakibatkan pelambatan penuaan jaringan tubuh, sedangkan tingkat metabolisme rendah mengakibatkan penurunan radikal bebas dalam tubuh.
Cukup Dengan Mengatur Makanan
Selain rentang umur lebih lama, ada beberapa keuntungan lain yang dapat diperoleh dari diet anjuran Rasul ini, seperti menurunkan kolesterol, menghindarkan obesitas, mencegah stroke, mencegah penimbunan lemak perut, sekaligus menguatkan daya seksual lebih lama. “Sebenarnya cukup dengan diet ini saja, Anda tak perlu lagi mengonsumsi suplemen-suplemen untuk mencegah penuaan atau penyakit. Karena diet ini efeknya lebih kuat dari suplemen. No patent, no gimmicks”, ujar Phelan, ahli kesehatan dari UCLA. Ia menganalogikan diet ini dengan lilin. Lilin dengan api yang kecil akan meleleh lebih lama daripada lilin dengan api besar.
Penemuan diet ini tentu saja menjadi paradoks dari kondisi dunia sekarang. Data U.S Centers for Disease Control and Prevention menunjukkan bahwa 70% orang Amerika Serikat mengalami kelebihan berat badan dan 60% penduduk dunia mengalami kelebihan berat badan. 30% penyebab dari penyakit-penyakit modern (kanker, stroke, darah tinggi, jantung) pun adalah makanan. Di mana-mana kita melihat iklan untuk menurunkan berat badan jauh lebih banyak daripada iklan menambah berat badan. Sekedar sharing, ketika saya membuka Livescience saja untuk mengakses artikel diet calorie-restriction ini, ada sekitar 12 iklan sekaligus di 1 halaman situs itu saja yang menawarkan untuk “menurunkan berat badan”, “mengurangi kebuncitan”. Banyak ahli gizi sepakat bahwa fenomena kelebihan berat badan ini disebabkan orang-orang dapat mengakses makanan di mana saja, kapan saja, walau mereka tidak merasa lapar sekalipun. Tentu ada baiknya kita mengikuti kembali anjuran Rasul :
dengan diet Rasul, tidak perlu lagi mengikuti iklan ini
dengan diet Rasul, tidak perlu lagi mengikuti iklan ini
“Sesungguhnya termasuk sikap berlebihan adalah apabila kamu makan setiap kali kamu menginginkannya” (Hadits Riwayat Ibnu Majah)
Para peneliti memperingatkan bahwa diet ini tidak membuat hidup selamanya (immortality) seperti yang digembar-gemborkan beberapa media massa, dan untuk tidak terlalu muluk berharap mencapai umur 200 tahun dengan diet ini. Yang terpenting bukanlah umur panjang itu sendiri, melainkan hidup sehat lebih lama.
Barangsiapa di antara kalian mendapati pagi dalam keadaan sehat wal afiat pada tubuhnya, aman dalam perjalanannya, dan memiliki makanan untuk hari yang akan dilaluinya, maka seakan-akan dunia ini menjadi miliknya.” (HR tirmidzi dan ibnu majah)
sumber




18 March 2012



Yahudi sebagai sebuah bangsa digdaya di akhir zaman seperti ini, memiliki sebuah kunci “keberhasilan” dalam menjalankan misinya. Rumus mereka terletak dalam hal pendidikan.
Yahudi sadar betul bahwa penanaman nilai-niai Yahudi adalah kunci dalam mengokohkan indentitas diri mereka. Ya sebuah bangsa kecil yang menjadi besar dan memiliki arti penting dalam menguasai dunia saat ini.
Di tengah sekularisasi dunia yang diciptakan mereka, Yahudi justru tampil dalam semangat militanisme yang
terinternalisasi baik dalam kehidupan mereka. Bagi Yahudi, sekularisasi hanya berlaku bagi dunia Islam,
namun bagi mereka tidak. Bahwa Al Qur’an hanya menjadi kitab suci berdebu bagi orang Islam, memang iya. Akan tapi sebaliknya bagi mereka, taurat adalah segala-galanya rujukan dalam menjalankan ritme kehidupan.


Eksplorasi ini bukan dalam tujuan untuk melemahkan semangat kita sebagai umat muslim, -kita adalah umat mulia yang diberikan Allah kenikmatan berupa dienul Islam dalam jiwa kita,- tapi ini adalah ajang muhasabah, intropeksi, dan juga antisipasi bahwa pada akhirnya kita akan berbenturan dengan mereka, ya dalam arti yang sebenarnya: Al Masihuddajal di pihak kaum kufar dan Al Mahdi di barisan kaum muslimin.





Menurut Rabbi Lev Baesh, Direktur pada The Resource Center for Jewish Clergy of InterfaithFamily.com, Taurat adalah lebih dari sebuah kitab suci. Ia menjadi pengacu dalam seluruh pembelajaran moral dan etika bagi orang tua dalam mendidikan anak seorang anak Yahudi.
Dalam tulisannya, Teaching Jewish Values To Your Children, pakar Parenting Yahudi itu menulis,
Pengajaran Taurat adalah tentang bagaimana mengajari seorang individu Yahudi berperilaku yang benar. Dimulai dari bagaimana mereka mampu mengurus diri sendiri, peduli terhadap sesama Yahudi, memiliki kepedulian tentang arti perjuangan, dan pembinaan terhadap generasi mendatang.
Rabbi yang aktif dalam kampanye pendidikan keluarga ini mengaku bahwa pendidikan seorang anak Yahudi tidak akan bisa dijalankan dengan misi sekularisme, dimana keluarga Yahudi terlepas dari millah mereka. Dimana terputusnya ajaran agama Yahudi dalam tiap keluarga Yahudi. Seorang keluarga Yahudi harus mendekatkan diri kepada ajaran agamanya.
Oleh karena itu, ia menekankan bahwa keberhasilan pendidikan Yahudi tidak akan terlepas pada tiga hal yang mutlak harus dimiliki seorang keluarga Yahudi, yakni bagaimana pelajaran Taurat harus diberikan kepada seorang anak, bagaimana menciptakan sebuah masyarakat Yahudi di sekitar keluarga, dan kesinambungan dalam menjalankan ibadah agama.
Dengan terlibat pada tiga hal ini, maka seseorang Yahudi memiliki fondasi kuat untuk mengajarkan nilai-nilai Yahudi bagi generasi berikutnya. “Akhirnya, jika Anda ingin menjadi guru terbaik dari nilai-nilai Yahudi, pertama menjadi murid terbaik Anda sendiri” pungkasnya
Rupanya, konsep yang ditawarkan rabbi terebut benar-benar terjalan baik di Israel. Jika di negeri ini anak-anak sudah sangat dekat dengan rokok, bahkan kita tidak asing mendengar berita seorang anak kecil yang sudah merokok dari umur dua tahun, di Israel merokok adalah sebuah hal tabu, jika tidak mau dikatakan haram.
Ya bangsa picik itu memang jahat. Ditengah Yahudi menjadi aktor produsen asap mematikan itu, namun di saat itu pula mereka mengukutuk penggunaan (bahkan pelarangannya) di negeri mereka sendiri. Perlu dicatat, Philip Morris, pabrik rokok terbesar di Amerika menyumbangkan 12% dari keuntungan bersihnya ke Israel.
Saat ini jumlah perokok di seluruh dunia mencapai angka 1,15 milyar orang, jika 400 juta diantaranya adalah perokok Muslim, berarti umat muslim menyumbang 35% dari jumlah perokok dunia. Laba yang diraih oleh produsen rokok bermerek Marlboro, Merit, Benson, L&M itu setiap bungkusnya pun mencapai 10%.
DR. Stephen Carr Leon yang pernah meneliti tentang pengembangan kualitas hidup orang Israel atau orang Yahudi. Mereka memiliki hasil penelitian dari ahli peneliti tentang Genetika dan DNA yang meyakinkan bahwa nikotin akan merusak sel utama yang ada di otak manusia yang dampaknya tidak hanya kepada si perokok akan tetapi juga akan mempengaruhi "gen" atau keturunannya.
Pengaruh yang utama adalah dapat membuat orang dan keturunannya menjadi "bodoh"atau "dungu". Jadi sekali lagi, jika penghasil rokok terbesar di dunia ini adalah orang Yahudi ! Tetapi yang merokok, bukan orang Yahudi. Ironis sekali. Siapakah yang kemudian menjadi konsumen asap-asap rokok buatan Negara Zionis itu? Anda, orangtua anda, atau anak kita? Hanya kita yang bisa menjawab.
Dan yang lebih mengkhawatirkan lagi, kita sebagai umat Islam justru meninggalkan pilar asasi kita kepada seorang anak, yakni pendidikan Tauhid dan Al Qur'an sejak usia dini. Kita umat Islam kadang lebih sibuk pada asesoris parenting, seperti konsep "jangan katakan tidak" dan lain sebagainya. Pernah kami mendengar kenapa pendidikan Al Qur'an seperti menghafal diabaikan pada usia dini oleh psikolog muslim, dikarenakan mengganggu kognisi seorang anak. Ironis. (EraMuslim)


Popular Posts