28 January 2013




Laporan internal manajemen, apa yang anda bayangkan? Oke saya ubah pertanyaannya: Sebagai orang akuntansi dan keuangan, laporan apa saja yang sudah anda pelajari di bangku kuliah? Menjurnal, jurnal umum, buku-buku (kas, piutang, urang), buku besar, neraca percobaan, laba rugi, neraca, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas, betul? Tetapi TIDAK “Laporan Internal Manajemen”. Jenis laporan ini tidak ada di dalam kurikulum akuntansi, keuangan manapun.
Sekarang bayangkan. Anda di wisuda sebagai sarjana akuntansi, dan sangat beruntung anda langsung diterima bekerja di sebuah perusahaan sebagai pegawai akuntansi/pembukuan. 6 bulan bekerja, memiliah-milah nota, menulis check, input data sampai bikin buku besar. Tiba-tiba boss anda di bagian keuangan (controller) meminta anda membuat ‘Laporan Kas’ untuk dipakai meeting manajemen minggu depan. Apa yang akan anda lakukan?
Itulah yang saya alamai di masa-masa bekerja pertama kali sebagai pegawai di bagian akuntansi dan keuangan. Mendengar kata ‘Laporan Kas’, saya langsung teringat pada “Laporan Arus Kas”, tentu saya minta sama chief accounting-nya. Lalu saya serahkan kepada boss. Apa yang terjadi?
Ditolak. Dia bilang sudah punya laporan arus kas periode sebelumnya. Yang dia butuhka adalah laporan kas untuk manajemen. Bukan laporan arus kas! Beruntung saya memiliki boss yang bersedia menjelaskan apa yang dia mau, dan mengapa dia tidak mau menggunakan laporan keuangan yang biasanya (yang saya pelajari di bangku kuliah). Dia menyampaikan beberapa fakta yang baru saya ketahui setelah bekerja:
  • Fakta-1. Tidak semua manajer dan eksekutif bisa membaca laporan keuangan—karena tidak semua dari mereka memiliki disiplin ilmu akuntansi. Mereka berasal dari berbagai disiplin ilmu, kompetensi dan bidang keahlian. “Bukankah setiap bagian—sedikit-banyaknya—berurusan dengan masalah administrasi dan keuangan?” mungkin anda berpikir seperti itu. Betul. Lanjutkan ke fakta ke-2.
  • Fakta-2. Memang ada beberapa manajer dan eksekutif yang memahami akuntansi dan keuangan, tetapi mereka tidak memiliki tanggungjawab di semua bagian. Sehingga yang mereka perlu perhatikan dan pikirkan hanya segala sesuatu yang ada di wilayah kerjanya saja. Sementara itu, laporan keuangan (laba rugi, neraca dan laporan arus kas) menyajikan informasi keuangan untuk keseluruhan perusahaan.
  • Fakta-3. Mereka membutuhkan informasi dan data keuangan untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan terjadi nyaris setiap menit, setidaknya setiap hari. Sehingga yang dibutuhkan adalah informasi dan data keuangan hari ini, atau minggu ini. Mereka tidak bisa menunggu laporan keuangan yang baru akan ada di akhir bulan!
Fakta yang mengagetkan sekaligus membuat saya merasa sangat bodoh, memang. Tidak bisa saya bayangkan laporan seperti apa yang mereka mau.
Untuk anda, tidak perlu mengalami kekagetan apalagi merasa bodoh seperti saya saat itu. Anda beruntung sudah mengetahuinya sekarang. Itulah tujuan saya menuliskan ini. Agar anda nanti tidak kaget lagi.
Dan, kabar baiknya: tidak ada aturan pasti, tidak ada standar resmi mengenai bagaimana laporan internal manajemen dibuat. Demikian juga dengan isi maupun format laporannya. Senagiannya bersumber dari laporan keuangan, sebagiannya lagi tidak. Untuk mengetahui apakah laporan internal manajemen yang anda hasilkan bagus atau tidak, tergantung pada seberapa mampu anda menyajikan data dan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen (para manager).
Yang perlu dipahami dalam hal ini, laporan ini adalah semacam alat. Alat untuk membantu mereka mengambil keputusan. Misalnya, dari ‘Laporan Kas’ untuk internal manajemen, para manajer berharap bisa mengetahui: bagaimana posisi kas perusahaan per hari ini, besok, lusa, hingga minggu depan, dari sejumlah kas yang di anggarkan (budget) untuk departemennya, berapa yang sudah terpakai, berapa yang belum, apakah ada penyimpangan budget, dan seterusnya.
Sehingga yang perlu anda pastikan dalam laporan internal yang anda buat adalah:
  • Data yang disajikan adalah valid (sesuai dengan kenyataan, dengan perhitungan yang benar)
  • Formatnya mudah dipahami—susunan kolom dan barisnya, logis
  • Tidak terlalu rumit, tetapi cukup untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Jenis, isi, dan format laporan internal manajemen antara satu perusahaan dengan perusahaan lain akan berbeda—tergantung karakter manajemen dan perusahaan itu sendiri. Secara umum, ada beberapa jenis laporan internal manajemen yang sering diminta oleh manajemen perusahaan. Setidanya 6 jenis, yaitu:
1. Laporan Kas (Cash Reports) – Laporan yang menyajikan posisi kas setiap hari atau minggu, perbandingan kas dengan forecast dan budget, perbandingan kas periode sebelumnya)
2. Laporan Status (Status Reports) – Laporan yang menyajikan kinerja keuangan dan operasional perusahaan per hari atau minggu. Memuat perbandingan antara kondisi sebenarnya yang sedang terjadi dengan budget dan forecast.
3. Laporan Gaji (Payroll Reports) –Laporan dapat memberi informasi: Sampai per laporan dibuat, sudah berapa kewajiban gaji dan upah perusahaan terhadap pegawai—per departemen, per orang? Sekaligus mebandingkan data tersebut dengan budget dan forecast.
4. Laporan Penjualan dan Biaya (Sales and Expenses Reports) – Laporan yang menyajikan capaian penjualan sampai per tanggal laporan, sudah berapa persen yang tercapai dibandingkan dengan forecast. Data disajikan per customer (pelanggan) atau per nama marketer/salesman. Di sisi lainnya juga menyajikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan hingga laporan yang telah dibuat, apakah masih dalam toleransi budget, bagaimana perbadingannya dengan forecast.
5. Laporan Marjin (Margin Reports) – Laporan yang menyajikan informasi mengenai marjin (nilai penjualan dikurangi harga pokok penjualan) per jenis barang (item) dan per customer (pelanggan). Laporan ini juga dapat memberi gambaran mengenai barang mana saja yang sampai pada saat laporan dibuat mencetak marjin (laba kotor) tinggi, mana yang rendah, dengan pisah batas dan parameter tertentu. Juga, menyajikan informasi mengenai penjualan ke customer (pelanggan) mana yang memberi marjin tinggi, mana yang rendah.
6. Laporan Kapasitas (Capacity Reports) – Laporan ini khas untuk perusahaan berjenis manufaktur (industri/pabrikan). Laporan yang menyajikan kapasitas produksi perusahaan secara global, per bagian/divisi, hingga per satu nit mesin. Sekaligus menampilkan data, kapasitas mesin per tanggal laporan dibuat, berapa persen terisi. Sehingga secara kesuluruhan dapat diketahui mesin mana saja yang bekerja dengan kapasitas penuh dan mana yang tidak.
Kedengarannya lumayan banyak dan cukup memusingkan ya? Bisa saya mengerti, karena di bangku kuliah anda tidak pernah diajarkan. Bahkan business school-pun tidak secara spesifik membahas hal ini. Ya jelas mereka tidak ajarkan, karena hal seperti ini hanya diketahui bila sudah bener-benar masuk dan bekerja di dalam perusahaan—sementara bapak dan ibu dosen kan selalu ada di kampus. Tapi jangan khawatir, di lain kesempatan saya akan buat tulisan yang mmemberi anda panduan cara membuat ‘Laporan Internal Manajemen’ (terutama 6 jenis laporan ini), satu-per-satu, selangkah-demi-selangkah. Okay?


Peluang karir untuk anak akuntansi dan keuangan luas, bahkan mungkin tak terbatas, asal mau mencari. Dasar logikanya, setiap organisasi—apapun bentuk dan badan hukumnya—pasti melibatkan unsur-unsur berikut ini untuk menjalankan aktivitasnya:
  • Aset (kas dan non-kas);
  • Utang; dan
  • Piutang
Perusahaan berorientasi profit (manufaktur, dagang, jasa, termasuk KAP di dalamnya), sudah pasti melibatkan unsur-unsur tersebut, sehingga peluang karir di dalam perusahaan dan KAP—seperti sudah kita ketahui—memanglah sangat terbuka bagi orang akuntansi dan keuangan.
Di luar KAP dan perusahaan, dimanapun ada aktivitas yang melibatkan unsur-unsur di atas, dalam volume yang cukup besar, di sana pasti ada peluang bekerja bagi orang akuntansi dan keuangan. Jika fokus ide karir anda, selama ini, masih di seputaran KAP dan perusahaan saja, mungkin sudah waktunya untuk melihat keluar wilayah itu.
Di kesempatan ini, sambil menunggu jelang Tahun Baru 2013, JAK ingin mengajak anda untuk mengeksplorasi berbagai peluang karir akuntansi dan keuangan di luar KAP dan di luar perusahaan, siapa tahu bisa menjadi bahan pertimbangan dalam merencanakan karir di 2013.
Nah, di wilayah mana saja peluang itu terbuka dan persiapan apa saja yang diperlukan untuk memasuki masing-masing wilayah tersebut?
Ada 3 wilayah atau sektor utama, di luar KAP dan perusahaan, yang peluang karirnya terbuka bagi orang akuntansi dan keuangan, yaitu:
  • Sektor Non-Profit (non-profit sector)
  • Sektor Pemerintah (governmental sector)
  • Sektor Pendidikan (educational sector)
Mungkin tidak seluas perusahaan dan KAP, tetapi tetap saja ada peluang untuk berkarir di sana. Kita bahas satu persatu; organisasi macam apa (persisnya) yang ada di masing-masing wilayah itu dan persiapan seperti apa yang diperlukan untuk masuk kesana.

Peluang Karir Akuntansi dan Keuangan di Sektor Non-Profit

Masuk dalam sektor non-profit, antara lain:
1. Yayasan (Foundation)
Apakah yayasan memerlukan pegawai akuntansi dan keuangan? Jelas IYA. Bayangkan Bill Gates’s Foundation (untuk internasional) atau Yayasan Ciputra atau Bakrie Foundation (untuk skup nasional) misalnya, berapa perputaran aset mereka? Berapa besaran kas yang digunakan setiap bulannya?
Sangat besar, bahkan mungkin lebih besar dari perusahan menengah. Saya tidak bisa bayangkan bagaimana mereka melakukan pengelolaan tanpa akuntansi dan keuangan.
Yayasan-yayasan besar seperti itu bahkan mengelola banyak bidang kegiatan (semacam devisi dalam perusahaan berorientasi profit). Tak sedikit yayasan yang harus melaporkan posisi keuangan mereka dalam kondisi teraudit oleh akuntan publik. Di yayasan sebesar itu, susunan pegawai akuntansinya lengkap, layaknya perusahaan besar.
Tentu lebih banyak yayasan yang tergolong kecil dan menengah, namun merekapun tetap memerlukan pegawai akuntansi dan keuangan, sekurang-kurangnya mungkin Bookkeeper, yang pekerjaannya masih harus dievaluasi oleh akuntan dan konsultan pajak di akhir tahun.
Secara keseluruhan bisa saya sampaikan di sini bahwa, peluang karir di yayasan sangat terbuka bagi orang akuntansi dan keuangan. Mereka juga butuh orang khusus yang mampu menangani pembukuan dan pelaporan keuangan.
Apa yang perlu dipersiapkan untuk berkarir di yayasan?
Yayasan atau foundation, dalam menjalankan aktivitasnya, tak beda jauh dengan perusahaan yang berorientasi laba. Namun ada beberapa hal yang khas, dilihat dari aspek akuntansi, antara lain: pendapatan mereka sebegian besar berupa donasi (sumbangan) yang berasal dari penyandang dana (baik tetap maupun tak tetap), aktiva tetap mereka mungkin sebagian besar diperoleh dari donasi (sumbangan) juga, tidak mengenal istilah modal, tidak mengenal istilah laba (karena mereka tergolong nirlaba).
Sehingga yang perlu dipersiapkan, antara lain:
  • Ketrampilan mengoperasikan komputer, ini basic, sudah pasti harus.
  • Mahir menggunakan aplikasi komputer seperti Excel dan words, juga basic, harus.
  • Mampu mengoperasikan software akuntansi tertentu juga penting.
  • Menguasai teknis akuntansi keuangan secara umum (mulai dari pencatatan hingga pelaporan), harus.
  • Menguasai perlakuan akuntansi khusus yayasan (organisasi non-profit), kuasai PSAK 45 (Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba) akan menjadi nilai tambah.
  • Menguasai teknis perhitungan dan pelaporan pajak, khusus yayasan (organisasi non-profit), juga bisa menjadi nilai tambah.
2. Koperasi
Apakah koperasi memerlukan pegawai akuntansi dan keuangan? Jelas IYA. Namun seperti halnya yayasan, ukuran atau skala koperasipun bermacam-macam, mulai dari skala kecil hingga besar. Yang paling pasti, koperasi—seberapapun skalanya—wajib lapor pajak, artinya minimal ada pembukuan sebagai dasar untuk membuat laporan pajak, meskipun mungkin sederhana.
Aktivitas koperasi yang paling dasar adalah simpan-pinjam, dari-dan-untuk anggota. Dalam skala yang cukup besar, koperasi juga melayani simpan-pinjam bagi publik, terutama pedagang kecil di pasar-pasar atau toko kelontong. Untuk itu, sudah tentu butuh pencatatan dan pelaporan yang akurat dan akuntabel, disamping pengelolaan operasional.
Satu dasawarsa terakhir ini, koperasi tidak lagi sekedar bergerak di bidang simpan-pinjam, Tak sedikit koperasi yang bergerak di bidang perdagangan. Koperasi yang tergolong besar bahkan memiliki jaringan minimarket, gerai, outlet, hingga supermarket dimana-mana.
Saya tidak bisa bayangkan bagaimana mereka beroperasi tanpa akuntansi dan keuangan. Salah satu klien saya adalah koperasi yang cukup besar, mereka bahkan memiliki bagian akuntansi, keuangan dan pajak yang lengkap, layaknya industri, usaha dagang dan jasa. Sehingga saya berani mengatakan bahwa peluang berkarir di koperasi juga sangat terbuka.
Apa yang perlu dipersiapkan untuk berkarir di Koperasi?
Koperasi orientasinya memang non-profit dan khusus melayani anggotanya, namun aktivitasnya sudah menyerupai perusahaan non-koperasi. Sehingga baik perlakuan akuntansi maupun pajaknya tidak jauh berbeda. Untuk koperasi yang bergerak di bidang perdagangan sama persis seperti usaha dagang (trading dan retailer) pada umumnya yang didalamnya ada pembelian, persediaan, harga pokok penjualan, piutang dan hutang dagang.
Ada kekhasan, yang tentu diatur secara khusus, baik dari sisi akuntansi maupun perpajakan. Salahsatu yang khas dari koperasi adalah pendapatan koperasi, khususnya yang bergerak dalam simpan-pinjam, dimana sebagian besarnya bersumber anggota dalam bentuk simpanan—mulai dari simpanan pokok, wajib hingga sukarela. Keuntungan yang dibagikan tidak disebut dividen, melainkan “sisa hasil usaha” (SHU).
Sehingga yang perlu dipersiapkan sama seperti di yayasan, hanya saja ada beberapa tambahan skill khusus yang harus dikuasai selain hal-hal yang sifatnya basic, antara lain:
  • Perlakuan akuntansi khusus koperasi (kuasai PSAK 27 untuk koperasi umum dan PSAK 104 untuk Koperasi Syariah).
  • Teknis penghitungan dan pelaporan pajak tertentu khusus untuk koperasi yang bisa jadi agak berbeda (baik berupa pengecualian yang meringkan maupun kewajiban tambahan).
3. LSM Dan NGO
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Non-Govermental Organization(NGO) ini posisinya agak unik. Saking uniknya, nyaris tidak bisa dibedakan. Tentu saja mereka memiliki kekhasan masing-masing (mohon dikoreksi jika saya keliru), antara lain:
  • Dibandingkan dengan yayasan (pada umumnya), ‘LSM-dan-NGO’ didirikan untuk tujuan yang sangat khusus (dalam cakupan bidang wilayah yang jauh lebih spesifik)—ada yang khusus mengkampanyekan pencegahan HIV misalnya, khusus menangani anak terlantar, mengkampanyekan anti-korupsi, Hak Asasi Manusia (HAM), konservasi dan pelestarian lingkungan hidup (baik yg khusus fauna, flora tertentu, atau wilayah tentu seperti pantai, danau, dlsb).
  • Khusus Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang belakangan ini sangat marak (mungkin ada ribuan di seluruh Indonesia dari daerah sampai pusat), adalah badan yang didirikan untuk mengkampanyekan kepentingan khusus, yang diinisiasi oleh individu, kelompok orang atau organisasi, non pemerintah, baik dari dalam negeri atau luar negeri, dengan bidang konsentrasi bermacam-macam seperti di atas.
  • Non-Govermental Organization (NGO) hampir sama dengan LSM, hanya saja yang menginisiasi dan mendirikan adalah: organisasi, orang atau sekelompok orang PEMERINTAH, yang secara struktural maupun fungsional tidak ada kaitannya dengan pemerintah. Artinya: meskipun dimaksudkan untuk mensukseskan program pemerintah, operasionalnya tidak dibawah pengawasan pemerintah, tidak menggunakan uang negara/pemerintah daerah, hasil kerjanyapun tidak dilaporkan kepada pemerintah, melainkan kepada inisiator. Contoh yang paling banyak adalah NGO-NGO yang dinisiasi dan didirikan oleh badan dunia seperti United Nations (UN), badan kesehatan dunia (WHO), Unicef, Unesco, dan lain sebagainya.
Itu awalnya NGO. Belakangan, dari pengamatan saya (penulis) pribadi, penyebutan “Yayasan”, “LSM” dan “NGO” sudah susah dibedakan. Ada LSM yang menyebut dirinya NGO, atau NGO yang karakternya menyerupai LSM, saya tidak tahu mengapa demikian.
Yang paling penting bagi kita akuntan dan calon akuntan: adakah peluang karir di LSM dan NGO?
Jawabannya: ADA, tidak berbeda dengan yayasan, mereka juga butuh akuntansi dan perpajakan.
Namun ada catatan penting yang perlu diketahui; Khususnya LSM belakangan ini, cenderung bersifat temporal (bersifat sementara), setidaknya jika dibandingkan dengan Yayasan dan NGO. Mengapa? Karena bidang konsentrasi mereka cenderung spesifik yang bisa jadi merupakan kampanye untuk susuatu yang sifatnya temporal. Tentu ada banyak LSM yang bertahan cukup lama.
Apa yang perlu dipersiapkan?
Sama persis seperti bekerja di yayasan. Perlakuan akuntansi yang diterapkanpun sama yaitu: akuntansi untuk entitas nirlaba (non-profit organization), PSAK 45.
Peluang karir akuntansi di sektor non-profit sudah kita bahas, selanjutnya kita eksplorasi peluang akuntansi di sektor pemerintah.

Peluang Karir Akuntansi dan Keuangan Sektor Pemerintah

Meskipun tidak ada yang namanya departemen (bagian) akuntansi, kantor dan badan-badan pemerintah pun memerlukan orang-orang khusus yang menguasai bidang akuntansi dan keuangan, seperti layaknya di organisasi swasta.
Khusus Departemen Keuangan—yang entah mengapa sekarang disebut “Kementrian Keuangan (Kemenkeu)”—memang sudah memiliki sekolah dan lembaga pendidikan sendiri, STAN untuk Ditjen Anggaran, Bea Cukai dan Pajak misalnya. Pun demikian, masih membuka pintu bagi Diploma 3 dan Sarjana Akuntansi dari universitas umum.
Di luar Kemenkeu, BPK dan PPATK, peluang bagi orang akuntansi dan keuangan juga terbuka. Hal itu bisa dilihat dari lowongan kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS), di berbagai departemen mulai dari pusat hingga daerah (termasuk di pemda propinsi dan kabuten/kabupaten kota), jelas secara eksplisit menyebutkan persayaratan tertentu, yaitu: “lulusan Diploma atau Sarjana Jurusan Akuntansi.” Artinya, kantor dan lembaga pemerintah non-departemen keuanganpun butuh orang-orang khusus yang menguasai bidang akuntansi dan keuangan.
Di luar Kemenkeu, bidikan karir di sektor pemerintah yang paling prestise dan sesuai untuk orang akuntansi adalah di kantor-kantor “inspektorat”.
Mungkin tidak semua adik-adik mahasiswa tahu bahwa setiap depertemen (kementrian) memiliki badan khusus yang disebut “inspektorat” yang bekerja secara independent untuk khusus melakukan pemeriksaan (audit) dan pengawasan di masing-masing lingkungannya.
Audit dan pengawasan, di sektor pemerintah, secara garis besar terbagi menjadi 2, yaitu: audit kinerja dan audit keuangan, yang melibatkan pekerjaan memeriksa, menganalisa, minimal membandingkan antara anggaran dan realisasi anggaran—mulai dari perencanaan, hingga perampuangan suatu proyek. Di badan inilah lulusan akuntansi paling banyak dibutuhkan dan bisa menerapkan ilmunya secara maksimal.
Khusus di daerah, pekerjaan audit dan pengawasan terhadap pemda dan badan-badan usaha daerah (PDAM misalnya) dilakukan oleh suatu badan khusus yang disebut “Badan Pengawas Daerah” (Bawasda). Badan inilah, sejak diberlakukannya otonomi daerah (OTDA), yang melakukan fungsi sebagaimana layaknya kantor inspektorat di pusat. Sehingga, bidikan karir PNS di daerah yang paling bagus untuk orang akuntansi adalah Bawasda.
Dari paparan sederhana di atas, jelas terlihat bahwa peluang karir bagi orang akuntansi dan keuangan di sektor pemerintah juga sangat terbuka.
Apa yang perlu dipersiapkan untuk bekerja di sektor pemerintah (PNS)?
Secara umum, konon (maaf saya belum pernah mengalaminya sendiri), yang diperlukan hanya ijasah (baik D3 maupun Sarjana Jurusan Akuntansi), tak ada yang lain.
Banyaknya “rumor-miring” menganai transfaransi penerimaan PNS (test CPNS), menurut saya pribadi, tidak perlu menjadi kekhawatiran apalagi membuat ragu-ragu. Jangan. Anda orang akuntansi dan keuangan, memiliki hard-core value yang sangat khusus, berfikir rasional adalah salah satu wujud nyata dari value tersebut. Jangan mudah mempercayai hal-hal yang belum tentu kebenarannya. Coba dan buktikan sendiri, itu baru orang akuntansi sejati namanya.
Saran saya, khusus untuk rekan akuntan dan calon akuntan yang ingin berkarir di sektor pemerintah, kuasai akuntansi sektor pemerintah (Govermental Accounting), termasuk mempejari peraturan pemerintah yang khusus mengatur penerapan akuntansi di sektor pemerintah, PP 71 misalnya.
Bagaimanapun juga, setelah bekerja di kantor atau badan pemerintah anda masih membawa nama baik almamater Jurusan Akuntansi. Tunjukan bahwa orang Akuntansi, di lungkungan manapun, selalu menjunjung tinggi kompetensi, akuntabilitas dan profesionalitas. Bikin almamatermu bangga, beri contoh yang baik kepada adik-adik mahasiswa akuntansi, agar mereka semakin semangat belajar akuntansi. Jangan sebaliknya.
Paling buntut, kita eksplorasi kemungkinan karir di sektor pendidikan….

Peluang Karir Akuntansi dan Keuangan di Sektor Pendidikan

Akuntansi memiliki bidang profesi khusus kompartemen “Akuntan Pendidik”—khusus untuk akuntan yang mengajar, di sekolah-sekolah dan universitas-universitas, baik negeri maupun swasta.
Kawan akuntan dan calon akuntan yang berminat mengajar (menjadi pendidik), peluang di sektor pendidikan juga tak kalah terbukanya. Melihat perkembangan dunia pendidikan—khususnya swasta—yang begitu pesat belakangan ini, peluang di sektor pendidikan menjadi semakin luas.
Khususnya di universitas (baik Diploma 3 maupun S1), menurut kawan-kawan di edukasi, kebutuhan akan kelas akuntansi meningkat hingga 3-6 kali lipat, selama kurun waktu 5 tahun belakangan ini. Jika dijaman saya kelas akuntansi hanya ada 2 kelas per universitas (itupun tak sampai 40 orang), saat ini sudah sampai 3 kelas pagi dan 3 kelas sore. Belum lagi di swasta dan kursus-kursus, peminat akuntansi tergolong tinggi.
Tak kalah menariknya, menurut infomarmasi kawan akuntan pendidik, gaji guru dan dosen belakangan ini meningkat drastis, khususnya yang berstatus PNS. Menjadi pendidik saja, sebenarnya sudah sangat bagus, mulia, menyebarkan ilmu. Apalagi sekarang gaji guru dan dosen semakin meningkat, tentu menjadi bahan pertimbangan yang sangat menarik. Belum lagi kesempatan memperoleh “tugas belajar“—yang jauh lebih besar peluangnya dibandingkan di luar sektor pendidikan—untuk meningkatkan komepetensi, dengan mengambil program S2 atas biaya instutusi.
Menjadi akuntan pendidik, jika memang memiliki minat mengajar, kenapa tidak? Tak kalah cerah dibandingkan berkarir dalam perusahaan atau Kantor Akuntan Publik (KAP).

sumber : http://jurnalakuntansikeuangan.com/2012/12/peluang-karir-akuntansi-dan-keuangan-di-luar-kap-dan-perusahaan/



AkuntansiJenis Akun dan Nama Akun

Apa itu Akun Secara Umum?

Sebelum era internet datang, khususnya di Indonesia, istilah “akun” (account) jarang digunakan di luar wilayah bisnis. Masyarakat umum lebih sering menggunakan kata “rekening” dibandingkan “akun”. Misalnya:
  • Orang tidak menyebut akun telepon, melainkan “rekening telepon”.
  • Orang tidak menyebut akun listrik, melainkan “rekening listrik”.
  • Orang tidak menyebut akun air, melainkan “rekening air”
  • Orang tidak menyebut akun bank, melainkan “rekening bank”.
Akun” adalah kata serapan dari bahasa inggris yaitu “account” yang artinya: tempat penampung catatan aktivitas yang tersusun secara koronologis berdasarkan sistim urut tertentu (tanggal misalnya). Sedangkat kata “rekening”, jika saya tidak keliru, adalah bahasa Belanda yang artinya “tagihan” atau dalam bahas Jerman disebut “rechnung” yang artinya juga tagihan.
Setelah era internet tiba, perlahan namun pasti, istilah “akun” makin sering digunakan oleh masyarakat umum, lalu timbul akun-akun yang sifatnya non-keuangan (non-financial accounts) misalnya: akun surat elektronik (email), akun komunitas tertentu (media sosial, forum, blog), dlsb. Saya menulis di JAK pun harus punya akun JAK terlebih dahulu :D

Anatomi Akun Secara Umum

Baik akun atau rekening listrik, telepon, bank, email, media sosial, sama-sama memiliki anatomi sebagai berikut:
  • Identitas Utama Akun (Account’s ID) – Baik itu akun keuangan maupun non keuangan, pasti memiliki identitas utama yang berfungsi sebagai pembeda antara suatu akun dengan akun lainnya. Identitas akun bisa jadi diwakili dengan nama akun atau kode-akun atau keduanya.
  • Keterangan Akun (Account’s Descriptions) – Keterangan akun, baik keuangan maupun non-keuangan sama-sama menjelaskan tentang keberadaan suatu akun, dilengkapi dengan ikhltisar (summary) dari aktivitas akun tersebut.
  • Aktivitas Akun (Account’s Activity)– Kecuali akun yang tidak aktif (idle account), baik yang keuangan maupun non keuangan, sudah pasti ada isinya, yang tiada lain adalah aktivitas yang dilakukan oleh pengguna akun terkait dengan akun tersebut. Akun email isinya berupa arsip email masuk maupun keluar. Akun bank isinya arsip catatan transaksi kas masuk dan keluar. Akun listrik isinya berupa catatan penggunaan listrik. Dan lain sebagainya.
Itu akun secara umum, sebagai pengantar.
Di tulisan ini saya akan fokus untuk membahas akun, kode akun dan bagan akun di wilayah yang sangat spesifik, yaitu: AKUNTANSI.

Apa itu Akun Menurut Akuntansi?

Akuntan dan calon akuntan, sejak di masa kuliah hingga bekerja, sudah sangat familiar dengan istilah “akun”, aktivitas harian tak jauh-jauh dari urusan akun (mulai dari urusan setup system/software akuntansi, pencatatan, pengelompokan, pelaporan, analisa, hingga pemeriksaan laporan keuangan).
Akuntan senior (baca: angkatan lama) lebih suka menggunakan istilah “rekening” atau “pos” (post) untuk menyebut akun, dalam PSAK barupun saya masih sering menemukan istilah “pos”,  itu sebabnya mengapa pekerjaan mencatat dan mengelompokan transkasi ke akun-akun sering disebut “posting”.
Mau disebut akun, rekening, pos, tak masalah. Yang jelas pengertian dan fungsinya sama saja, yaitu: sebagai penampung transaksi keuangan yang disusun secara kronologis berdasarkan tanggal transaksi. Misalnya:
  • Akun/rekening/pos “Kas” – Penampung transaksi-transkasi dalam bentuk kas (tunai)
  • Akun/rekening/pos “Penjualan” – Penampung transaksi-transaksi Penjualan
  • Akun/rekening/pos “Biaya Penyusutan Gedung” – Penampung transkasi-transkasi biaya penyusutan gedung
  • Akun/rekening/pos “Piutang Dagang” – Penampung transaksi-transkasi piutang
  • Dan seterusnya.

Mengapa Akuntansi Perlu Akun-akun?

Sederhananya seperti ini:
  • Pertama, tujuan utama akuntansi adalah untuk menyajikan informasi/data keuangan bermanfaat yang bisa dijadikan sebagai input atau bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan bisnis.
  • Kedua, agar bisa bermanfaat sebagai input dalam pengambilan keputusan bisnis, maka informasi keuangan harus bersifat: (a) akurat; (b) relevan; dan (c) mudah dipahami oleh pihak-pihak yang memerlukan (pengguna laporan keuangan: manajemen, pemegang saham, kreditur dan pemerintah).
  • Ketiga, agar mudah dipahami maka informasi keuangan perlu disajikan secara sistematis, logis, dan mudah dianalisa.
  • Keempat, agar tersaji secara sistematis, logis dan mudah dianalisa, maka informasi atau data keuangan tidak disajikan dalam kondisi mentah dan acak, melainkan harus terklasifikasi dan tersusun sedemikian rupa, sesuai dengan karakter usaha, seperti format laporan keuangan yang kita gunakan saat ini.
Itu sebabnya mengapa mekanisme proses akuntansi berlangsung secara bertahap, sebagai berikut:
  • Tahap-1. Mengumpulkan dan menganalisa bukti transaksi
  • Tahap-2. Menghitung transaksi (mengukur)
  • Tahap-3. Mencata transaksi (mengakui)
  • Tahap-4. Mengklasifikasikan transaksi ke dalam akun yang sesuai
  • Tahap-5. Menyusun laporan keuangan (melaporkan)
Catatan: Jika menggunakan software akuntansi, proses klasifikasi di tahap-4 berlangsung secara otomatis pada saat proses pencatatan (tahap-3) dijalankan.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa, akun diperlukan dalam akuntansi sebagai penampung transaksi yang telah terklasifikasi.

Jenis-Jenis Dan Nama Akun Dalam Akuntansi

Dari pemaparan di atas bisa dikatakan bahwa, akun adalah representasi atau perwakilan dari suatu kelompok transaksi. Misalnya: akun “piutang dagang” adalah wakil dari transasksi-transaksi piutang dagang yang jumlahnya mungkin puluhan, ratusan atau bahkan ribuan.
Ada berapa jumlah akun dalam akuntansi, akun apa saja itu?
Disajikan dalam 2 elemen utama Laporan Keuangan, akun-akun tersebar dalam Laporan Posisi Keuangan (Neraca) dan Laporan Laba Rugi, sehingga secara keseluruhan akun-akun dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu:
1. Akun TEMPORAL (Temporary Accounts) – Adalah kelompok akun yang nilai saldonya bersifat temporal atau sementara saja, dalam pengertian: nilai saldo akun kelompok ini hanya ada selama kurun waktu suatu periode saja, untuk kemudian ditutup di akhir periode buku. Akun temporal juga sering disebut “Akun NOMINAL” (nominal accounts). Masuk dalam kelompok akun temporal atau akun nominal adalah akun-akun yang disajikan dalam Laporan Laba Rugi. Pada proses tutup buku di akhir periode seluruh akun yang masuk dalam kelompok ini “DITUTUP”, dengan kata lain nilai saldo semua akun “DI NOL-kan” dengan cara: mendebit akun “Pendapatan”; dan mengkredit akun HPP dan “Biaya Operasional”  dengan akun “Laba Rugi”. Kelompok akun ini kemudian dibagi menjadi beberapa sub-kelompok, yaitu:
a. Akun sub-kelompok “Pendapatan” (Revenue) – Terdiri dari akun yang diberi nama:
  • Penjualan (Sales) – Untuk menampung transaksi penjualan
  • Retur Penjualan (Sales Return) – Untuk menampung transkasi retur penjualan atau barang kembali (jika menggunakan metode bruto)
  • Diskon (Discount) – Untuk menampung transaksi diskon (jika menggunakan metode bruto)
  • Pendapatan Lain-lain (other revenues) – Untuk menampung transaksi pendapatan yang berasal dari aktivitas di luar aktivitas utama usaha (sering disebut peredaran di luar usaha), termasuk pendapatan bunga jasa giro dari rekening bank.
b. Akun sub-kelompok “Harga Pokok Penjualan” (Cost of Goods Sold) – Terdiri dari akun yang diberi nama:
  • Upah Buruh (Labor Cost) – Upah bagi pegawai/buruh yang dibayar secara harian atau upah satuan
  • Pembuatan Sample (Sampling) – Pembuatan sample produk sebelum produksi, termasuk bahan baku dan proses
  • Pengemasan (Packing) – Pengemasan produk, termasuk bahan baku dan proses
  • Pengiriman (Shipping) – Pengiriman barang ke pembeli, baik sample maupun produksi.
  • Listrik Pabrik (Electricity)– Penggunaan listrik yang dialokasikan untuk aktivitas produksi, termasuk penerangan, pemanas dan pendingin gudang penyimpnanan bahan baku dan barang jadi.
  • Penyusutan Bangunan Pabrik – Penyusutan bangunan pabrik dan gudang penyimpanan bahan baku dan barang jadi
  • Pemeliharaan Bangunan Pabrik – Pemeliharaan gedung, termasuk pemeliharaan instalasi listrik.
  • Penyusutan Mesin – Penyusutan mesin-mesin yang digunakan untuk proses produksi, temasuk di dalamnya mesin pendingin (non-AC), pemanas, genset.
  • Pemeliharaan Mesin – Pemeliharaan mesin produksi (lihat mesin di atas), termasuk pemeliharaan instalasi mesin.
  • Penyusutan Peralatan Pabrik – Penyusutan peralatan kerja di produksi
  • Pemeliharaan Peralatan – Pemeliharaan peralatan kerja di produksi
c. Akun Sub-Kelompok “Biaya Operasional” (Operating Expenses) – Terdiri dari akun yang diberi nama:
  • Administrasi Umum – Biaya adminstrasi umum seluruh perusahaan
  • Gaji Pegawai Kantor – Gaji pegawai tetap disemua bagian (termasuk di bag produksi)
  • Stationary & Supplies – Penggunaan stationary dan supplies seluruh bagian, termasuk toiletries, pencetakan form/blanko dan foto copy.
  • Penyusutan Bangunan Kantor – Penyusutan bangunan kantor dan bangunan-bangunan lain di luar pabrik dan gudang penyimpanan, termasuk bangunan parkir dan post penjagaan.
  • Pemeliharaan Bangunan Kantor – Pemeliharaan untuk bangunan kantor (lihat bangunan kantor di atas)
  • Penyusutan Peralatan Kantor – Penyusutan perlatan yang tidak digunakan untuk aktivitas produksi, termasuk di dalamnya komputer dan AC di seluruh bagian)
  • Penyusutan Furniture – Penyusutan furniture (meja & kursi) di seluruh bagian perusahaan
  • Pemeliharaan Furniture – Pemeliharaan untuk furniture (lihat furniture di atas)
  • Penyusutan Kendaraan – Penyusutan kendaraan operasional kantor, termasuk kendaraan dinas yang digunakan oleh executive, manajer, dan pegawai di seluruh bagian.
  • Pemeliharaan Kendaraan – Penyusutan kendaraan operasional (lihat kendaraan di atas), termasuk SAMSAT & KIR
  • Asuransi – Biaya asuransi bangunan, mesin dan pegawai.
  • Listrik Kantor – Listrik yang digunakan untuk keperluan kantor termasuk aktivitas-aktivitas yang tidak ada di bagian produksi
  • Telepon – Penggunaan telepon di seluruh bagian (fixed line dan cellular), termasuk penggunaan mobile phone yang digunakan oleh executive, manager dan pegawai yang ditanggung oleh perusahaan.
  • Perjalanan Dinas – Biaya-biaya yang timbul akibat aktivitas peralanan dinas, ticket, akomodasi, transportasi, termasuk akomodasi dan transaportasi tamu perusahaan yang berkunjung dan ditanggung oleh perusahaan.
  • Iklan & Promosi – Iklan dan promosi untuk keseluruhan bagian, termasuk iklan lowongan dari HRD.
  • Lain-Lain – Biaya-biaya operasional yang tidak bisa digolongkan kedalam akun yag telah ada.
  • Pajak Penghasilan – Pajak penghasilan perusahaan (PPh Badan)
  • Bunga – Bunga atas pinjaman baik dari bank maupun institusi lain.
2. Akun PERMANEN (Permanent Accounts) – Adalah kelompok akun yang nilai saldonya bersifat permanen alias TETAP, dalam pengertian: nilai saldo akun kelompok ini selalu tersedia, tidak pernah ditutup, selama perusahaan beroperasi. Akun permanen juga sering disebut “akun RIIL” (real account). Masuk dalam kelompok akun permanent atau akun riil adalah akun-akun yang disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan alias Neraca. Akun-akun dalam kelompok ini TIDAK PERNAH DITUTUP. Nilai saldo kelompok akun ini terus diroll alias dilanjutkan diperiode-periode berikutnya. Teknisnya, saldo akhir di suatu periode akan menjadi saldo awal di periode berikutnya. Kelompok akun ini kemudian dibagi menjadi beberapa sub-kelompok, yaitu:
a. Sub-Kelompok “Aset Lancar” (Current Assets) – Meminjam penjelasannya IAS 1 dan PSAK 1, Aset Lancar adalah aset (kekayaan perusahaan) dalam bentuk kas atau setara kas untuk menyelesaikan kewajiban (utang/laibilitas) sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan; ATAU dapat direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal laporan posisi keuangan; ATAU dapat direalisasikan dalam “siklus operasi normal” perusahaan; ATAU dimiliki untuk maksud diperdagangkan. Masuk dalam sub-kelompok ini adalah akun-akun yang diberi nama:
  • Kas Kecil – Ase berupa kas atau uang tunai yang disimpan secara fisik di dalam perusahaan (selain check)
  • Kas Bank – Aset berupa kas yang ada di bank baik dalam bentuk tabungan maupun giro
  • Investasi Jangka Pendek – Aset berupa efek ekuitas dan ekuitas sekuritas yang diperdagangkan
  • Piutang Dagang – Aset berupa tagihan kepada pelanggan yang timbul dari operasional normal perusahaan, termasuk: piutang pada pelanggan, piutang pada perusahaan afiliasi, piutang pada karywan (staf, manager, eksekutif).
  • Persediaan – Aset tersimpan, entah untuk digunakan sendiri (misal: bahan baku, barang dalam proses) atau untuk dijual ke pihak lain (misal: persediaan barang jadi).
  • Uang Muka Biaya & Deposit – Aset yang timbul akibat pembayaran dimuka untuk biaya yang manfaatnya tidak habis terpakai dalam satu periode, itu sebabnya akun ini sering diberi nama “Biaya Dibayar Dimuka.” Misalnya: sewa dibayar dimuka, asuransi dibayar dimuka, dan aset pajak tangguhan jangka pendek.
b. Sub-Kelompok “Aset Tak Lancar” (Non-Current Assets) – Aset tak lancar adalah aset (kekayaan perusahaan) yang tidak memenuhi kriteria yang disebutkan dalam kelompok “aset lancar” di atas. Masuk dalam sub-kelompok ini adalah akun-akun yang diberi nama:
  • Investasi Jangka Panjang – Aset berupa instrument investasi yang disimpan hingga jatuh tempo, yang biasanya berjangka waktu panjang, biasa disebut “held-to-maturity”.
  • Property Investasi – Aset berupa property (=tanah, bangunan/gedung) yang diperoleh bukan untuk digunakan dalam operasional perusahaan secara normal, melainkan untuk mendapat keuntungan tertentu, misalnya dengan cara disewakan atau dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi.
  • Tanah – Aset berupa tanah atau lahan yang digunakan untuk operasional persuahaan.
  • Bangunan – Aset berupa bangunan yang digunakan untuk operasional perusahaan, mulai dari tempat parkir, post satpam, gudang, pabrik, kantor, dan lain sebagainya.
  • Mesin – Aset berupa mesin yang digunakan untuk operasional perusahan, mesin apapun itu. Artinya semua mesin di seluruh bagian.
  • Peralatan – Aset berupa perlatan yang digunakan untuk menunjang kelancaran aktivitas operasional perusahaan. Artinya semua peralatan di seuluruh bagian.
  • Furniture – Aset berupa furniture dan mebeler yang digunakan oleh perusahaan, di seluruh bagian.
  • Kendaraan – Aset berupa kendaraan yang dimiliki dan digunakan untuk menunjang kelancaran operasional perusahaan, termasuk kendaraan-kendaraan dinas, baik roda dua maupun roda empat.
  • Aset Tak Berwujud – Aset tak lancar yang tidak memiliki wujud fisik akan tetapi diharapkan akan mendatangkan manfaat baik di masa kini maupun di masa yang akan datang. Misalnya: goodwill, merk, patent, copyright dan biaya organisasional, perijinan.
  • Aset Dimiliki Untuk Dijual – Aset berupa tanah, bangunan, mesin, peralatan, kendaraan, dlsb, yang segera akan dijual. Bisa jadi awalnya untuk operasional, tetapi begitu akan dijual dipindahkan ke dalam akun ini. Bisa dibilang akun ini sesungguhnya sangat jarang digunakan.
  • Aktiva Lain-lain – Aset yang tidak memenuhi kriteria lancar tetapi tidak bisa digolongkan kedalam akun aset tak lancar yang telah disebutkan di atas.
c. Sub-Kelompok “Liabiliats Lancar” (Current Liabilities) – Kewajiban atau liabilitas yang: diharapkan bisa dibayar/dilunasi dalam kurun waktu operasional normal perusahaan; ATAU yang jatuh tempo dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan dari tanggal laporan posisi keuangan; ATAU dimiliki untuk maksud diperdagangkan; ATAU perusahaan tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian laibilitas selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan. Masuk dalam sub-kelompok ini adalah akun-akun yang diberi nama:
  • Utang Dagang
  • Utang Tertulis Jangka Pendek
  • Utang Upah dan Gaji Pegawai
  • Utang Pajak
  • Utang Lain-lain
  • Pendapatan Diterima Dimuka
  • Deposit Dari Pelanggan
  • Sewa Diterima Dimuka
d. Sub-Kelompok “Liabilitas Tak Lancar” (Non-Current Liabilities) – Kewajiban atau liabiltas perusahaan yang tidak bisa diselesaikan dalam satu siklus atau satu tahun buku. Masuk dalam sub-kelompok ini adalah utang yang diberi nama:
  • Utang Bank Jangka Panjang
  • Utang Sewa Jangka Panjang
  • Promes
  • Premi Asuransi Pensiun
  • Liabilitas Pajak Tangguhan
e. Sub-Kelompok “Ekuitas Pemegang Saham” (Shareholder’s Equity) – Klaim atau kepemilikan pihak luar terhadap kekayaan perusahaan. Masuk dalam sub-kelompok ini adalah akun-akun yang diberi nama:
  • Modal Saham
  • Tambahan Modal Disetor
  • Laba Ditahan
  • Akumulasi Laba/Rugi Komprehensif Lain
Catatan Penting:
Sub-kelompok akun relative pasti dan lumrah digunakan. Sedangkan nama-nama akun yang ada dalam suatu kelompok sub-akun cenderung variatif antara satu perusahaan dengan yang lainnya, tergantung jenis dan karakter operasional perusahaan masing-masing.
Agar dapat gambaran yang lengkap dan komprehensif, terkait topik akun dalam akuntansi, saya singgung sedikit mengenai buku besar (ledger) dan saldo akun (account balance.)

Apa Itu Buku Besar (Ledger) dan Apa Hubungannya Dengan Akun?

Seperti telah disimpulkan di atas, akun adalam penampung transaksi-transaksi keuangan. Kumpulan transaksi-transaksi dalam suatu akun inilah yang disebut “Buku Besar” atau “Ledger”. Sehingga, bisa dibilang bahwa nama suatu akun sekaligus menjadi nama suatu ledger atau buku besar.
Misalnya: Atasan di kantor meminta, “Tolong kirimi saya ledger Penjualan Januari 2013”, artinya: anda diminta untuk mengirimkan data transaksi Penjualan bulan Januari 2013. Data itu bisa anda peroleh dengan mengambil data yang ada di dalam AKUN “Penjualan.”
Contoh Ledger Penjualan (Januari 2013):
01 Jan 2013, Saldo Awal Penjualan = Rp 0
03 Jan 2013, Penjualan ke PT. ABC = Rp 35,000,000 >>> Positive
03 Jan 2013, Diskon Penjualan ke PT. ABC = (Rp 5,000,000) >>> Negative
15 Jan 2013, Penjualan ke PT. XYZ = Rp 70,000,000 >>> Positive
19 Jan 2013, Penjualan PT. DEF = Rp 25,000,000 >>> Positive
31 Jan 2013, Retur Penjualan PT. XYZ = (Rp 15,000,000) >>> Negative
31 Jan 2013, Saldo Akhir = Rp 110,000,000 >>> Positive

Apa Itu Saldo Akun?

Jika atasan tidak punya cukup waktu untuk melihat rincian transaksi, mungkin dia bertanya “Berapa saldo penjualan Januari 2013?”.
Nah, apa itu saldo?
Seperti terlihat dalam contoh ledger sederhana di atas, masing-masing transaksi yang ada dalam suatu akun, memiliki nilai bersatuan Rp (atau USD/EURO/AUD/Yen/Real/dlsb) yang bisa jadi bernilai positive (menambah) atau negative (mengurangi).
Jika semua transaksi bernilai positive dikumpulkan menjadi satu kelompok lalu ditempatkan di suatu sisi dalam format “T-ACCOUNT”, dan semua transaksi bernilai negative dikumpulkan menjadi satu kelompok lalu ditempatkan di sisi lainnya, maka akan timbul selisih. Nah, selisih antara total transaksi bernilai positive dengan negative inilah yang disebut ‘SALDO” atau “BALANCE”.
Jika saya tempatkan dalam format T-Account, maka contoh ledger Penjualan Januari 2013 di atas akan nampak sebagai berikut:
Bagan Akun - T Account
Saldo Per 31 Januari 2013 adalah Rp 110,000,000 yang tiada lain adalah “selisih” atau “penyeimbang” antara total transaksi yang bernilai negative (mengurangi) dengan yang bernilai positive (menambah). Karena bersifat menyeimbangkan inilah maka disebut “balance” atau “saldo”. Saldo di awal periode disebut “Saldo Awal”, sedangkan yang di akhir periode disebut “saldo akhir”.
Contoh:
Menggunakan contoh ledger Penjualan di atas:
  • Berapa “saldo awal” akun penjualan Januari 2013? Jawab: 0 (nol).
  • Berapa “saldo akhir” akun penjualan Januari 2013? Jawab: Rp 110,000,000
Catatan Penting:
Ada 2 catatan penting yang ingin saya sampaikan, khususnya untuk rekan calon akuntan yang belum pernah bekerja:
Pertama, pada pekerjaan akuntansi yang sesungguhnya, di era komputerisasi sekarang ini, anda tidak akan menggunakan T-Account. Tampilan buku besar (ledger) yang sesungguhnya, baik di Excel atau software akuntansi, sama persis seperti contoh ledger di atas, anda TIDAK AKAN PERNAH MENJUMPAI YANG NAMANYA T-ACCOUNT.
Transaksi dalam buku besar atau ledger cukup ditampilkan berurut berdasarkan tanggal, tentunya dengan nilai positive dan negative pada masing-masing transaksi. Nilai negative dalam ledger mungkin hanya berupa tanda minus (-) atau angka berwarna merah atau angka di dalam tanda kurung (000). Saldo bisa diketahui hanya dengan menjumlahkan keseluruhan nilai transaksi baik positive maupun negative.
Kedua, dalam praktek pekerjaan sehari-hari, yang namanya “saldo” tidak selalu di akhir periode (akhir bulan/kwartal/semester/tahun). Bisa saja atasan atau anggota manajemen yang lain meminta “Berapa saldo penjualan hari ini?” atau “Berapa saldo piutang kemarin”, dan lain sebagainya.
Contoh:
Menggunakan contoh ledger penjualan tadi, jika atasan bertanya “Berapa saldo tanggal 15 Januari 2013?
Jawab: Rp 100,000,000.
Darimana dapat angka tersebut?
Dari hasil penjumlahan saldo awal januari dan transaksi-transaksi penjualan sepanjang 1 s/d 15 Januari 2013, sebagai berikut:
01 Jan 2013, Saldo Awal Penjualan               = Rp 0
03 Jan 2013, Penjualan ke PT. ABC                = Rp 35,000,000 >>> Positive
03 Jan 2013, Diskon Penjualan ke PT. ABC = (Rp 5,000,000) >>> Negative
15 Jan 2013, Penjualan ke PT. XYZ                = Rp 70,000,000 >>> Positive
15 Jan 2013, Saldo Akhir                                    = Rp 100,000,000
Bagaimana jika jumlah transaksi mencapai ribuan? Anda bisa menggunakan Excel tentunya.
Lebih bagus lagi jika menggunakan software atau aplikasi akuntansi. Dengan software, setiap kali anda mencatat suatu transaksi, software akan secara otomatis mengklasifikasikannya ke dalam akun yang sesuai. Sehingga, praktis, saldo akun bisa diketahui sewaktu-waktu, tidak selalu harus di akhir periode (bulan/kwartal/semester/tahun).
Anda masih mengikuti? Sudah ngantuk atau malah pusing?
Sampai di sini, bisa disimpulkan beberapa hal:
  • Akun, adalah penampung transaksi-transaksi keuangan yang sudah terklasifikasi.
  • Akun-akun, di kelompokan ke dalam sub-sub akun.
  • Sekumpulan sub-akun, membentuk jenis akun (temporal dan permanent) yang juga menjadi komponen utama laporan keuangan (Laba Rugi dan Neraca).
  • Buku Besar (Ledger), adalah kumpulan transaksi-transaksi yang ada dalam suatu akun.
  • Saldo Akun, jika menggunakan format T-Account, adalah selisih atau penyeimbang antara total nilai transaksi bernilai negative dengan positive. Sedangkan jika memakai ledger yang tidak berformat T-account, maka saldo akun adalah total keseluruhan nilai transaksi—baik positive maupun negative—yang ada di dalam suatu akun.
  • Saldo Akhir, adalah saldo di akhir periode.
  • Saldo Awal, adalah saldo di awal periode.
Pembahasan topik akun, jenis dan nama akun, dalam akuntansi, saya pikir sudah lebih dari cukup (Ucapan terimakasih kepada Mas Unyu yang telah membantu saya editing dan format tulisan).
sumber:http://jurnalakuntansikeuangan.com/2013/01/akuntansi-dasar-akun-jenis-dan-nama-akun-menurut-akuntansi/

Popular Posts