09 March 2012




"Bangun tidur anda minum apa? Aqua? (74% sahamnya milik Danone prsh Perancis) atau Teh Sariwangi (100% saham milik Unilever Inggris. Minum susu SGM (milik Sari Husada yg 82% sahamnya dikuasai Numico Belanda). Lalu mandi pake Lux dan Pepsodent (Unilever, Inggris). Sarapan berasnya beras impor Thailang, gulanya jg impor.

Santai abis makan rokoknya Sampoerna ( 97% saham milik Philip Morris Amerika). Keluar rumah naik motor/mobil buatan Jepang, Cina, India, Eropa tinggal pilih. Sampe kantor nyalain AC buatan Jepang, Korea, Cina. Pake komputer, hp (operator Indosat, XL, Telkomsel smwnya milik asing; Qatar, Singapur, Malaysia).

Yuk belanja ke Carefour, punya Perancis klo gitu ke Alfa (75% sahamnya Carefour). Bgmn dg Giant? Ini punya Dairy Farm Internasional, Malaysia pemilik yg sm dg Hero. Malam2 iseng ke Circle K dari Amerika. Ambil ATM di BCA, Danamon, BII, Bank Niaga ah semuanya udh milik asing walaupun namanya msh Indonesia.

Bangun rumah pake semen Tiga Roda Indocement skrg milik Heidelberg Jerman (61,70%). Semen Gresik milik Cemex Meksiko, Semen Cibinong punyanya Holcim (Swiss). Masih banyak lagi kalo mau diterusin. Btw Blackberry anda pun buatan Cina, beda tipis sama saya punya buatan Canada.




KOS ( Kristen Ortodoks Syiria ) merupakan salah satu sekte aliran kristen yang ajarannya sangat persis dengan Islam dari cara berpakaiannya yang memakai peci/kopiah, baju koko, sajadah dan juga jilbab. Terlebih lagi dalam cara beribadahnya, ajaran ini mengenal sholat dengan 7 waktu, yaitu:

• Sa’atul awwal (shubuh),
• Sa’atuts tsalis (dhuha),
• Sa’atus sadis (Zhuhur),
• Sa’atut tis’ah (ashar),
• Sa’atul ghurub (maghrib),
• Sa’atun naum (Isya’),
• dan Sa’atul layl (tengah malam/tahajud).

Selain shalat, KOS juga memiliki pokok-pokok syari’at yang mirip dengan Islam, seperti:
1. KOS berpuasa 40 hari yang disebut shaumil kabir yang mirip puasa ramadhan
2. KOS memiliki puasa sunnah di hari Rabu dan Jum’at yang mirip dg Puasa Sunnah senin dan kamis
3. KOS mewajibkan jama’ahnya berzakat 10% dari penghasilan kotor (bruto)
4. Kalangan perempuan KOS juga diwajibkan mengenakan Jilbab & jubah yang menutup aurat hingga mata kaki
5. Pengajian KOS juga menggunakan tikar/karpet (lesehan), layaknya umat Islam mengadakan pengajian
6. Mengadakan acara Musabaqoh Tilawatil Injil dengan menggunakan Alkitab berbahasa Arab
7. Mengadakan acara rawi dan shalawatan ala KOS mirip apa yang dilakukan oleh sebagian kaum muslim
8. Mengadakan acara Nasyid, bahkan sekarang sudah ada Nasyid “Amin Albarokah“ & Qasidah Kristen (dengan lirik yang mengandung ajaran Kristen berbahasa Arab)



Meski terlihat sangat santun dan membiasakan berbahasa Arab (Ana, Antum, Syukron, dsb), tetapi mereka tetaplah Kristen. Kitab suci mereka tetap saja Alkitab, dan mereka tetap menuhankan Yesus dalam Trinitas. Hanya metodologi da’wah yang menyerupai umat Islam karena KOS berasal dari Syria. KOS tidak memakai 12 syahadat Iman Rasuli umat Kristen, sebagai gantinya mereka memakai ”Qanun al-Iman al-Muqaddas”. Penggunaan istilah islam sangat sering dijumpai, seperti ”Sayyidina Isa Almasih” untuk penyebutan Yesus. Mereka juga memakai Injil berbahasa Arab (Alkitab AlMuqaddas).
Meskipun ajaran KOS dg ajaran Islam sangat mirip dalam pelaksanaannya, akan tetapi KOS dan Islam sangat jauh berbeda dari segi Tauhid atau keyakinan. Prinsip ajaran KOS masih berputar sekitar masalah trinitas, yaitu mengakui adanya Tuhan bapak, Tuhan anak dan Ruh kudus.

Berhati-hatilah jangan terkecoh…



Penulis asal Inggris Karen Armstrong mengakui bahwa Islamofobia sudah mengurat akar di kalangan masyarakat Barat. Menurutnya sikap Islamofobia di Barat merupakan dampak dari prasangka buruk terhadap Islam yang sudah dipupuk sejak beratus-ratus tahun lamanya, sejak masa Perang Salib.
Armstrong mengungkapkan hal tersebut dalam acara "Internasional Conference on Islamophobia" di Istanbul pada akhir pekan kemarin. Dalam
konferensi yang dihadiri oleh sekitar 100 cendikiawan, akademisi dan perwakilan LSM dari seluruh dunia itu, dibahas tentang berbagai persoalan yang dihadapi umat Islam saat ini dan upaya mencari solusi atas persoalan tersebut, terutama yang terkait dengan makin meluasnya sentimen anti-Islam atau Islamofobia dan kesalahan pandangan tentang Islam di kalangan masyarakat Barat.
Armstrong mengatakan, prasangka buruk terhadap Islam yang sudah terpupuk sejak masa Perang Salib itu, makin menguat ketika terjadi serangan 11 September 2001 di AS. Masyarakat Barat makin meyakini bahwa "Islam adalah agama pedang."
Menurut Armstrong, akar dari Islamofobia modern seperti yang terjadi sekarang ini lebih bersifat politis dan dipicu oleh kelompok-kelompok ekstrimis maupun teroris yang mengatasnamakan Muslim. Namun menurut Amstrong, kelompok-kelompok itu sebenarnya sama sekali tidak ada kaitannya dengan Islam maupun kalangan sekular ekstrim di Barat.
Para cendikiawan yang hadir dalam konferensi itu sepakat dengan pernyataan Amstrong bahwa akar Islamofobia sudah mengurat akar jauh sebelum peristiwa Black September. Mereka juga berpendapat bahwa media massa dan kalangan intelektual di Barat memainkan peranan besar dalam penyebaran Islamofobia.
Dalam konferensi itu disebutkan pula bahwa Islamofobia bisa berbentuk serangan secara fisik atau verbal yang langsung diarahkan pada umat Islam, atau secara tidak langsung seperti imej negatif yang kerap dimunculkan oleh media massa. Islamofobia modern makin memburuk akibat adanya kebijakan yang anti-Islam, publikasi dan aktivitas anti-Islam, terutama di daratan Eropa dan AS.
Sekretaris Jenderal Union NGO's of the Islamic World (UNIW), Necmi Sadıkoğlu, mengatakan, Islamofobia bukan hanya menyebabkan munculnya diskriminasi terhadap umat Islam tapi juga akan menjadi ancaman bagi perdamaian dunia. "Konferensi ini diharapkan bisa meningkatkan sensitivitas media massa domestik maupun asing dan bisa menghasilkan solusi untuk mengatasi fenomena Islamofobia ini, " ujarnya.
Agenda Tersembunyi Di balik Islamofobia
Dalam konferensi tersebut terjadi perdebatan seputar kemungkinan adanya agenda tersembunyi negara-negara Barat yang sengaja menghembuskan isu-isu anti-Islam.
Direktur Eksekutif Kashmiri American Council (KAC) Ghulam-Nabi Fai meyakini ada agenda tersembunyi di balik makin meluasnya sikap Islamofobia. Sementara itu, para cendekiawan menuding AS sengaja menciptakan sikap anti-Islam untuk melegitimasi kebijakan-kebijakan luar negerinya.
Louay M. Safi, Direktur Eksekutif ISNA Leadership Development Center menekankan bahwa Islamofobia merupakan senjata strategis yang digunakan untuk memarginalkan warga Muslim di AS.
"Kalangan neokonservatif di AS meyakini bahwa makin bertambah banyaknya jumlah Muslim di AS merupakan ancaman di masa depan, " ujar Safi.
Para peserta Konferensi menawarkan berbagai solusi untuk menghadapi Islamofobia. Antara lain saran untuk melakukan analisa secara mendalam terkait masalah Islamofobia dan membangun jembatan antara pihak yang mengedepankan perdamaian dengan pihak yang menyebarkan kebencian, termasuk dengan kalangan agama monoteis.
Akademisi Muslim yang kini tinggal di Swiss, Tariq Ramadhan menekankan bahwa warga Muslim juga harus bisa melepaskan dirinya dari "mentalitas sebagai orang yang menjadi korban" dan mampu menerima berbagai kritik. Ia mengingatkan umat Islam bahwa yang terpenting dalam menyebarkan Islam adalah, bahwa Islam adalah agama yang damai.
Sementara Karen Armstrong mengatakan, suka tidak suka, Islamofobia sudah mempengaruhi kebijakan-kebijakan negara Barat. "Dan kita harus menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap orang hidup berdampingan dengan damai dan harus belajar saling menghormati, " tandas Amstrong.

Popular Posts