18 February 2012


Di tengah himpitan ekonomi dan berbagai masalah korupsi mafia hukum di Indonesia, pemimpin masih saja ada yang mengeluhkan soal kenaikan gaji.

Padahal bila bercermin dari sejumlah kisah para sahabat Nabi Muhammad SAW yang menjadi khalifah, banyak hikmah yang bisa diambil oleh pemimpin di Indonesia.


Khalifah Abu Bakar RA

Khalifah pertama, Abu Bakar RA, baru saja diangkat menjadi khalifah. Keesokan harinya Abu Bakar tetap berdagang ke pasar. Umar bin Khattab yang melihatnya tentu heran dan mengingatkan Abu Bakar kalau ia sekarang sudah menjadi pemimpin negara.

Abu Bakar menjawab, dia tetap harus bekerja untuk mempertahankan hidup keluarganya. Mendengar jawaban itu, barulah Umar dan sahabat lainnya berembuk untuk menggaji Abu Bakar. Hingga akhir hayatnya, Abu Bakar meninggalkan harta satu sprei tua dan seekor unta yang merupakan kekayaan negara. Unta itu pun dikembalikan ke kas negara dan digunakan oleh penggantinya, Umar.

Di lain waktu, ada kisah lagi tentang istri Abu Bakar yang ingin membeli sedikit manisan. Namun Abu Bakar mengatakan dirinya tidak punya uang yang cukup untuk membeli manisan. Pasangan inipun sepakat untuk menghemat uang belanja mereka untuk ditabung membeli manisan.

Setelah beberapa hari menabung, terkumpullah uang untuk manisan tersebut. Istri Abu Bakar menyerahkan uang itu ke suaminya untuk dibelikan manisan. Alih-alih membeli manisan, Abu Bakar malah berkata ke istrinya, kalau ternyata harta mereka masih berlebih hingga sanggup membeli manisan. Abu Bakar dan istrinya tak jadi membeli manisan, mereka menyerahkan uang dari tabungan itu ke Baitul Mal.

Khalifah Umar bin Khattab

Ketika Umar sudah berkuasa beberapa waktu, Ali bin Abu Thalib dan sejumlah sahabat sepakat untuk menaikkan gaji Umar yang sudah menjadi khalifah. Namun, mereka enggan menyampaikan langsung ke Umar karena sungkan dan takut Umar marah. Akhirnya, Ali dan para sahabat menemui putri Umar, Hafsah, memintanya untuk memberitahukan ke ayahnya.

Hafsah setuju. Namun usulan naik gaji itu ditolak mentah-mentah oleh Umar. Umar dengan marah meminta Hafsah untuk memberitahu siapa yang mengusulkan dia menerima kenaikan gaji. Ia ingin memberi pelajaran kepada pengusul kenaikan gaji itu.

Umar kemudian meminta Hafsah menceritakan bagaimana Nabi Muhammad SAW sewaktu menjadi khalifah. Kata Hafsah, Rasulullah hanya mempunyai dua pasang baju, selembar kain kasar untuk alas tidur, makan roti dengan tepung kasar yang dicampur garam.

Umar berkata pada Hafsah, bahwa Rasulullah dan Abu Bakar RA telah memberi contoh bagaimana hidup sederhana seorang khalifah. Maka Umar akan mengikuti contoh kedua tokoh tersebut.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Khalifah Umar bin Abdul Aziz terkaget-kaget ketika ia mendapat sepotong roti hangat dan harum dari istrinya. Kontan saja Umar bertanya, darimana asal roti lezat itu. Istrinya menjawab kalau roti itu dibuat dari upayanya menyisihkan uang belanja.

Umar lantas meminta Baitul Mal memotong gajinya setara dengan biaya pembuatan roti itu. Umar mengatakan pada istrinya, kalau ia akan mengganti harga roti itu karena ia merasa telah memakan harta umat demi kepentingan pribadi.

Inilah teladan yang patut kita tiru dari tiga pemimpin islam di masa lalu.




Seorang pengusaha muda yang sukses dan kaya raya terpaksa harus menghadapi ajalnya karena kanker kulit yang parah akibat sensitifitas tidak normal terhadap sinar matahari.
Sebelum meninggal, kepada dua anaknya yang masih belia ia berpesan :

"Ayah akan mewariskan seluruh kekayaan dan usaha ini pada kalian berdua. Ayah hanya memberi dua pesan utama agar kalian sukses dan kaya raya seperti ayah tapi bisa menikmatinya lebih lama."



"Pertama jangan biarkan sinar matahari menyinari kulitmu secara langsung terlalu lama, karena mungkin gen kanker kulit ini menurun pada kalian."

"Kedua, dalam bisnis, jangan pernah menagih hutang pada pelanggan."

Setelah memberi pesan tersebut sang ayah meninggal, tanpa sempat memberi penjelasan yang lebih banyak. Kedua anak tersebut berjanji akan memenuhi permintaan ayah mereka.

Kedua anak tersebut dibesarkan oleh ibunya. Setelah cukup umur, sang ibu memberi keduanya usaha yang diwariksan ayah mereka.

Sepuluh tahun kemudian, salah satu anak menjadi anak yang sangat kaya raya, sedangkan satu lagi bangkrut menjadi sangat miskin.

Sang ibu akhirnya bertanya, kenapa salah satu menjadi miskin sedangkan yang satu menjadi kaya. Padahal keduanya memegang teguh nasehat ayah mereka.

Anak yang miskin berkata pada ibunya.
"Ibu, bagaimana saya tidak miskin. Ayah berpesan agar selalu menghindari matahari. Jadi setiap pagi aku harus pergi pakai kendaraan, sewa mobil, naik taksi, sekalipun sebenarnya jaraknya dekat dan bisa jalan kaki. Tentu saja hidup saya menjadi boros. Lalu ayah berpesan jangan menagih hutang kepada klien. Tentu saja bisnis saya tidak berjalan baik. Setiap kali ada yang menunggak saya tidak bisa menagih sehingga lama kelamaan modal saya habis. Saya jadi bangrut dan miskin!"

Lalu sang ibu menengok ke wajah anak yang kaya raya, menunggu jawaban.
Kepada sang ibu anak yang kaya berkata;
"Wahai ibu, saya menjadi kaya raya seperti ini karena mengikuti nasehat akhir ayah. Karena ayah meminta saya menghindar dari matahari, maka saya selalu pergi ke kantor sebelum matahari terbit. Kalau dekat saya bisa jalan kaki tanpa perlu takut sinar matahari karena belum terbit. Karena saya selalu datang pagi pegawai jadi ikut disiplin tidak berani terlambat. Sedangkan ketika pulang, saya selalu menunggu matahari terbenam, jadi jam kerja saya selalu di atas rata-rata orang lain. Lalu ayah berpesan jangan menagih hutang pada klien. Karena itu saya menerapkan sistem cash and carry, sehingga arus kas perusahaan saya sangat maju."

Demikianlah akhirnya sang ibu tahu bagaimana nasehat yang sama bisa menghasilkan penafsiran yang berbeda dan hasilnya jauh berlawanan.

Sahabat, Milyaran Kaum Muslimin mempunyai Kitab Suci yang sama yaitu Al-Qur’an tapi mengapa kualitas kaum Muslimin diseluruh Dunia tidak sama ?

Tidak sedikit Kaum Muslimin memperlakukan Al-Qur’an hanya sebagai BACAAN untuk ibadah, Tidak sedikit Kaum Muslimin yang memahami Al-Qur’an dengan Pemahaman Masa Lalu Saja, terjebak dengan Tafsir-tafsir klasik melupakan Tafsir Kekinian yang yang terhampar luas dalam Al-Qur’an itu sendiri. Dan tidak sedikit pula Kaum Muslimin yang memahami Al-Qur’an berdasarkan ’ KATANYA’

Hanya sedikit Kaum Muslimin yang memperlakukan Al-Qur’an sebagai MANUAL BOOK KEHIDUPAN yang harus terus menerus DICARI korelasinya dengan permasalahan kehidupan yang terus berkembang dan semakin komplek. Dan jawaban semua itu PASTI ADA DALAM AL-QUR’AN itu sendiri, tugas kita hanya MENCARI dengan dasar Ilmu Pengetahuan yang telah kita miliki dan BERTANYA kepada orang Yang KOMPETEN.

so...saat ini juga, pegang Al-Qur’an kita, perhatikan baik-baik lalu rasakan betapa kita telah banyak melupakannya bahkan menjauhinya, baca sedikiiiiit saja lalu renungi maknanya, hubungkan dengan kejadian-kejadian yang pernah kita alami dan yang pernah kita lihat, maka kita akan rasakan sebuah kesejukan mengalir indah dalam dada kita, ulangi lagi besok, besoknya lagi, lalu besoknya lagi sedikiiiit saja dan seterusnya, hingga saatnya nanti kita akan merasakan bahwa ternyata Al-Qur’an adalah RUH kita yang terlihat.,
sumber

Setelah lebih dari 100 tahun, sebuah surat rahasia yang ditulis oleh Khilafah Utsmani ke-27, Sultan Abdul Hamid II (18842--1918) kepada guru spiritualnya, Syaikh Mahmud Abu Shammat as-Syadzili, akhirnya ditemukan.Surat rahasia tersebut merupakan kisah dan curhatan sang Sultan kepada mentornya terkait sebab utama dibalik penjungkalan dirinya dari tahta kekhalifahan Ottoman pada tahun 1909 oleh sebuah gerakan militer untuk kemudian diasingkan ke wilayah Salonica (sekarang Yunani).


Dokumen penting bersejarah itu ditemukan oleh keluarga ahli waris Syaikh Abu as-Shamat yang kini menetap di Suriah. Ammar Abu Shammat, salah satu anggota keluarga ulama tersebut, kini telah menyerahkan naskah asli tersebut ke Presiden Suriah Bashar El-Assad.Kantor Berita Turki Cihan telah menyalin naskah dan meneliti keotentikannya.Surat tersebut dikirimkan secara diam-diam kepada mentor spiritualnya, Syaikh Shammat, yang juga Mursyid Tarekat Syadzuliyyah, lewat salah seorang penjaga istana pengasingan di Salonica. Isi surat tersebut ikut menjadi salah satu data penting bagi film dokumenter tentang Sultan Abdul Hamid II yang disutradarai oleh sineas terkemuka Turki, Mehmet Fudeil. Film tersebut pernah diputar di kanal Aljazeera Documenter.
sumber


Popular Posts