15 February 2012


Berikut di bawah ini merupakan tips atau cara untuk merawat handphone layar sentuh, yang pada dasarnya handphone yang canggih seperti touchscreen itu harus memerlukan perawatan yang extra, Nah, berdasar pada hal itu, di bawah ini saya akan memberikan beberapa Tips Merawat Handphone Touchscreen yang di antaranya saya dapatkan dari sumber-sumber yang bisa di percaya.

Handphone layar sentuh atau touchscreen saat ini sudah tidak asing lagi di dunia elektronika bahkan sudah menjamur dikalangan masyarakat. Tidak hanya handphone saja, sekarang ada berbagai macam alat elektronika yang menggunakan layar sentuh seperti tablet. Dalam penggunaan handphone layar sentuh atau touchscreen kendalanya ada pada layarnya, karena layar handphone layar sentuh atau touchscreen itu menggunakan LCD. Sehingga jika kita melakukan kesalahan dalam menggunakan LCD tersebut akan mengakibatkan LCD itu cepat rusak. Maka dari itu kita harus mengetahui dan merawat LCD itu agar tetap awet dan terjaga.
Berikut ini cara merawat handphone layar sentuh atau touchscreen :

1. Gunakanlah screen protector atau plastik antik gores pada layar handphone.

2. Jauhkanlah handphone dari benda-benda yang mengandung medan magnet seperti radio, televisi,
dan benda-benda lain yang mengandung magnet.

3. Usahakan layar LCD tidak dalam keadaan kotor, dan jika layar itu kotor bersihkanlah dengan
menggunakan tissue atau kain yang halus.

4. Gunakanlah jari telunjuk untuk menggunakan layar, jangan menggunakan kuku untuk mengusap
layar ketika sedang menggunaka karena akan mengakibatkan layar tergores.

5. Hindarkan terkena sinar matahari secara langsung, karena akan merusak kualitas LCD tersebut.

6. Jangan menekan layar terlalu kencang, tekan layar sewajarnya saja.

7. Hindarkan dari tempat yang sempit dan menekan seperti saku celana jeans, karena akan cepat
merusak layar LCD jika terlalu sering menerima tekanan.

Nah itulah beberapa tips atau cara merawat handphone layar sentuh atau touchscreen. Hal yang perlu di ingat, hal apapun dan semahal apapun harganya sangat bergantung pada usaha-usaha kita dalam merawatnya. karena itu, rawatlah dengan baik.

Semoga bermanfaat.
sumber

13 February 2012


Mari kita lihat dan dengar apa yang terjadi hari-hari belakangan ini. Seluruh penjuru kota dan desa di banyak negara sedang dilanda kekisruhan. Di negeri kita sendiri, Indonesia tercinta, sedang lelah memikirkan penduduknya yang kian hari kian membandel. Manusia semakin hari semakin terbawa arus syaithan: duduk di pemerintahan kemudian korup, duduk di lembaga peradilan lalu menerima suap, bahkan dipercaya menyelenggarakan ujian nasional pun malah melegalkan contek massal. Kejujuran dilawan dengan kelicikan, kebenaran dirongrong oleh kesalahan, dan keadilan dikuya-kuya oleh kezhaliman.

Apa yang seharusnya kita lakukan?

“Dan hendaklah ada diantara kamu, segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang – orang yang beruntung” (Ali Imran [3] : 104)
Melalui ayat ini, Allah subhanahu wa ta’ala menyampaikan bahwa setiap muslim mempunyai kewajiban melakukan da’wah sesuai dengan kemampuan dan bidang keahliannya, apapun profesi, posisi dan jabatannya dan di manapun ia berada. Pada akhir ayat tersebut, Allah berfirman “merekalah orang-orang yang beruntung”, untuk semakin mempertegas bahwa da’wah itu wajib hukumnya bagi kita.

Oleh karena da’wah diwajibkan kepada seluruh manusia dengan latar belakang yang berbeda-beda dan di manapun kita berada, maka cakupan da’wah tidak terbatas hanya dalam bentuk ceramah saja sebagaimana masyarakat umum memahaminya. Da’wah harus menyentuh semua sektor kehidupan yang nyata. Da’wah secara lisan, da’wah dengan tulisan, dan da’wah dengan amal perbuatan dengan contoh-contoh yang kongkrit adalah lahan garapan kita.

Sekarang, yang kita perlukan adalah kembali menguatkan komitmen da’wah kita (re-installing), agar da’wah tidak menghambar dan sering ‘hang’ digerogoti virus-virus.

Pertama, pahami bahwa da’wah itu fardhu, yang mengakibatkan konsekuensi dosa bagi orang yang tidak melakukannya. Perdebatan mengenai jenis fardhu ini, fardhu ‘ain ataukah fardhu kifayah sudah selesai, dengan kesimpulan bahwa siapaun kita harus turut serta menjalankannya. Kenyataannya adalah hingga kini ummat yang kita hadapi masih memerlukan sentuhan da’wah, sementara wahyu Allah yang memerintahkan untuk berda’wah telah sampai kepada kita.

Kedua, bersihkan memori kita dari pikiran yang kotor, nafsu kebebasan, dan paham yang menyesatkan. Ketika Anda menginstal computer, semua virus dan file aktif yang mencurigakan harus dibersihkan dulu, kalau tidak ingin instalasi Anda gagal karena software Anda kalah oleh virus itu. Orang menjadi enggan berda’wah ketika masih beranggapan bahwa semua agama itu sama benarnya, lalu terjerumus dalam prinsip kebhinekaan dan pluralisme yang salah kaprah.

Ketiga, tanamkan niat dan tujuan yang benar, ikhlas semata mengharap ridha Allah. Niat akan memengaruhi perolehan kita. Ketika kita berda’wah dengan niat karena Allah, niscaya Allah memberi bimbingan sesuai yang dikehendaki-Nya, dan tiadalah Allah berkehendak kecuali yang terbaik. Da’wah dengan niat mencari popularitas, merintis dukungan politik, mencari keuntungan finansial, dan sebgaianya akan menghasilkan apa yang ia niatkan. Tetapi tujuan utama da’wah, yaitu memperbaiki masyarakat, tidak akan terwujud, dan Allah akan memberi peringatan dengan cara-Nya kepada para da’i yang tidak lurus itu.

Keempat, katakan dengan ksatria : “Ini tugas saya”. Keberanian ini mendorong kita untuk mengambil tanggungjawab, mengemban amanah karena merasa terpanggil oleh seruan-seruan Allah. Komitmen da’wah sering lemah disebabkan oleh sebagian dari kita menganggap amanah da’wah adalah “tugas mereka”, yaitu tugas para da’i dan mubaligh yang sering tampil di TV, radio, masjid-masjid, atau pengurus organisasi keislaman.

Kelima, yakini bahwa amanah ini “HARUS”. Apapun juga, selama kita tidak menganggapnya “HARUS”, kita tidak akan tergerak untuk gigih memperjuangkannya. Selain karena alasan fardhu, keharusan berda’wah dilandasi oleh kenyataan bahwa kondisi umat sudah demikian terancam. Keyakinan ini logikanya seperti saat kita sedang berjalan jauh, lalu kelelahan dan duduk di emperan toko. Ketika pemilik toko menyuruh kita pergi, kita masih punya alasan ‘lelah’ untuk tidak melangkah dan tidak merasa harus. Tetapi ketika tiba-tiba anjing menyalak dan menyerang (kita merasa terancam), kita baru benar-benar berlari dan ternyata masih kuat. Kita kuat melakukan sesuatu karena meyakini sesuatu itu HARUS kita lakukan.

Keenam, tidak pernah merasa gagal. Apapaun yang terjadi adalah proses, dan kalaupun usaha kita berhasil, kita bukanlah penikmatnya. Allah dan rasul-Nya menilai apa yang kita perbuat dan niat kita, bukan keberhasilan simbolik yang menjerumuskan manusia pada riya dan ujub. Namun demikian, tidak merasa gagal bukan berarti selalu merasa berhasil. Satu kesuksesan dalam da’wah hanyalah hasil kecil yang akan terus disusul dengan amanah berikutnya.

Ketujuh, senantiasa menjaga dan memelihara ketika komitmen itu sudah tertanam. Penjagaan dapat kita lakukan dengan memperbanyak interaksi dengan Al Qur’an, meningkatkan amal sunnah, memohon kemantapan hati, dan berinteraksi dalam jamaah para da’i yang bersemangat dan optimis. Semangat dan optimisme itu dapat menular, demikian juga dengan kemalasan dan keputusasaan.

Kita hendaknya menjauhkan perasaan ‘sendiri’ dalam berda’wah, dengan cara bersinergi dan membangtun kekuatan kolektif. Misalnya untuk mendirikan TPA di masjid, kita dapat mengajak teman terdekat kita untuk sama-sama merintis. Atau ketika hendak menyelenggarakan aktivitas kerelawanan, kita dapat mengajak kerjasama organisasi relawan yang kita kethui komit terhadap islam.

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh” (Ash-Shaff [61]:4)

SUMBER

Dakwah facebook, sudah tak asing di telinga kita. Bahkan saya dan Anda mungkin sudah merasa berada di dalam istilah “dakwah facebook”.

Aktivitas dakwah memang seharusnya sudah menjadi keniscayaan bagi seorang mukmin dalam setiap aspek kehidupannya. Menyeru kepada kebenaran, mencegah kepada kemunkaran serta beriman kepada Allah layaknya ummat terbaik yang telah dipilih oleh Allah dalam Al-Quran, begitulah seharusnya seorang mukmin. Dan facebook sebagai bagian dari kehidupan sosial masa kini tentu saja seharusnya tak luput tersentuh oleh aktifitas dakwah, sebab di dalamnya berisi manusia-manusia yang notabene objek dakwah.

Semangat berdakwah lewat facebook memang oke, namun dari segi keberhasilan mencapai objek dakwah ternyata belum tentu sukses. Dakwah di facebook biasanya hanya menyasar lingkaran yang itu-itu saja, yang sepemahaman, yang saling menyetujui pendapat. Alhasil orang-orang yang masih dangkal pemahamnnya tentang Islam dan masih enggan untuk berislam secara sempurna pun tak tersentuh, apalagi mereka yang belum menjadi muslim.

Lantas apakah dakwah facebook harus terbatas kepada orang-orang yang sepemahaman, sefikroh, seilmu? Tidak salah memang mendakwahi atau saling mengingatkan kepada orang-orang yang sudah paham, yang sudah rajin mencari ilmu sendiri. Namun akankah pemahaman Islam akan berkembang kepada seluruh ummat dengan cara dakwah seperti ini. Apa bedanya dengan sebuah sekte eksklusif yang menyelamatkan golongannya sendiri ke surga, lantas menimpakan neraka kepada orang-orang di luar golongannya?

Jika aktivis dakwah facebook sekalian merasa bahwa ternyata apa yang terjadi memang benar seperti itu adanya, hanya berdakwah kepada rekan-rekan da’i yang sepemahaman, maka berubahlah mulai sekarang. Mari kita ubah metode dakwah facebook kita.

Berikut ini sedikit tips untuk mengoptimalisasi dakwah facebook Anda. Tidak harus dilakukan memang, jika Anda bisa ingin bertahan dengan cara dakwah Anda yang sekarang dengan cakupan yang terbatas. Akan lebih bagus juga jika Anda dapat menambahkan tips-tips dakwah Anda sendiri.

Jangan pilih-pilih teman

Jagat maya adalah dunia yang luas, luasnya sama dengan seluruh penduduk bumi yang mengaksesnya. Jadi jangan batasi dakwah kita dalam sempitnya organisasi dan keluarga kita – kecuali jika memang tujuannya hanya diperuntukkan bagi komunitas tertentu.

Maka approvelah sebanyak mungkin permintaan pertemanan, baik teman sepemikiran ataupun yang berseberangan. Jika kawan baru Anda ternyata hobi menulis status yang “tidak baik”, anggap saja sebagai aspirasi, toh manusia berbahasa sesuai dengan lingkungannya. Jika Anda takut dengan status-status yang “kurang baik” dari teman-teman baru Anda akan mengotori wall Anda, cukup sembunyikan saja, jangan putuskan hubungan pertemanan Anda. Tapi lebih disarankan untuk tidak menyembunyikannya, sebab guru harus selalu mendengarkan muridnya, terlebih jika mereka bertanya.

Semoga dengan demikian, dakwah Anda akan semakin bermanfaat, paling tidak sebagai sebuah informasi baru bagi orang-orang yang belum terlalu memahami Islam.

Manusiawilah!

Banyak aktifis dakwah facebook dalam kesehariannya selalu memposting ayat-ayat Al Quran atau hadist-hadist. Dengan alasan tak ingin berbicara sia-sia, ia hanya menampilkan firman-firman dan sabda-sabda saja di wallnya. Beruntunglah ada iklan dari online shop yang begitu rajin mengetagnya, sehingga wallnya sedikit bervariasi.

Saudaraku, siapakah sebenarnya Anda ini? Jangan-jangan Anda adalah sebuah software yang secara otomatis memposting ayat-ayat Al Quran dan hadits-hadits!? Tak lelahkah mengetik ayat yang sangat panjang sampai muncul tulisan “read more”? Orangpun malas untuk mengkliknya. Itu baru sekali, lha kalau berkali-kali?

Sebab Anda berdakwah kepada sesama manusia, maka manusiawilah! Biarkan teman-teman facebook Anda tahu, bahwa Anda adalah seorang manusia. Anda melakukan pekerjaan seperti manusia lainnya, Anda menghadapi masalah seperti yang lain, maka buatlah status tentang itu, namun yang berwarna islam, beraroma dakwah.

“Sudah dhuha, shower dulu ah… Allahumma inni a’udzubika minal khubusi wal khobaa’its,” ini contoh sederhana status manusiawi, seperti yang biasa oleh dilakukan orang-orang lain, namun tetap diwarnai.

Tentu saja tak salah mengeluarkan amunisi kata-kata mutiara dari hadits dan Qur’an, serta kata-kata indah lainnya, namun tidak harus terus-menerus. Warnai dengan warna manusia yang anda miliki.

Setiap orang memiliki masalah, solutiflah!

Jika Anda sudah menjadi da’i yang beruntung, maka siaplah untuk mendapatkan hadiah berupa pertanyaan. Pertanyan itu perlu jawaban, jika Anda sebagai da’i tidak mau menjawab, mungkin saja sang penanya akan bertanya ke tempat yang salah.

Maka jawablah sesuai dengan kondisi si penanya, jawaban tidak harus selalu ideal atau saklek. Misalnya ada seorang remaja puteri yang dilarang orangtuanya memakai jilbab, jangan suruh ia untuk melawan orangtuanya, apalagi menghujat, berikan solusi yang kreatif. Jika anda tak mampu menjawab, coba browsing segera (ingat, internet bukan melulu facebook, maka manfaatkanlah!), dan berikan link jawaban yang kira-kira tepat dengan kondisi sang penanya.

Kebanyakan teman-teman facebook anda berasal dari sumber yang sama, teman dari teman, teman dari keluarga, atau istilah facebooknya “mutual friends”. Artinya ada kemungkinan masalah yang dihadapi sama. Maka tak ada salahnya anda membagikan jawaban Anda dalam sebuah catatan, tentu saja tanpa menyebutkan identitas sang penanya.

Jika Anda tak ditanya, maka anda bisa melihat status-status “galau” di wall Anda. Status-status itu sebenarnya adalah masalah yang tak ditanyakan. Anda juga bisa membuat catatan solutif tentang itu, dan bagikan.

Semoga kita bisa memperluas lingkaran dakwah kita, serta menyebarkan Islam seluas-luasnya di dunia maya untuk semua, bukan hanya golongan yang sepaham dengan kita.

Wallahua’lam bisshowwab
sumber


Popular Posts