06 February 2012


Merekayasa generasi Islam mendatang yang mampu membawa peradaban Islam ke puncak harus dimulai sejak tahap paling awal. Tahap paling awal bukanlah saat generasi lahir atau keluar dari rahim ibunya. Akan tetapi jauh sebelum itu, yaitu ketika dua orang yang berlawanan jenis menyatakan komitmen untuk membina keluarga. Keduanya harus mempersiapkan diri untuk menjadi dua orang yang mampu menjadi pendidik dan teladan bagi keturunannya. Oleh karenanya disini perlu penyadaran kepada pemuda-pemudi yang hendak menikah untuk memahami bagaimana seharusnya menjadi orang tua yang baik yang sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Kemudian selanjutnya adalah perlu adanya pemahaman bagi calon suami-istri perihal aturan-aturan/ hukum yang telah ditetapkan Allah mengenai keluarga Islam. Terutama permasalahan hak dan kewajiban suami istri dan juga Adab Islami dalam hubungan suami-istri.

Saat seorang generasi telah diciptakan dalam rahim ibu, maka saat itu peran seorang ibu sangat penting. Seorang ibu harus menjaga tindak tanduknya dalam berbuat, sebisa mungkin menghindari perbuatan-perbuatan yang masuk dalam kategori Akhlak tercela, karena secara tidak langsung generasi yang ada dalam rahimnya sedang melihatnya. Dalam hal ini bisa mencontoh cerita mengenai ibunda imam syafi'ie, yaitu saat beliau mengandung dan saat Syafi'ie mungil dalam buaiannya. Ibunda tidak pernah lelah untuk meperdengarkan ayat-ayat suci AL Qur'an. Sehingga sejak awal secara tidak langsung telah
mulai memahami Al Qur'an.

Lalu saat generasi beranjak balita, ibu dan Ayah harus bekerjasama untuk memperkenalkan sang anak kepada Tuhannya. Ajarkan kepad anak untuk berakhlak karimah dengan menjadi teladan baginya. Sering mengajak anak untuk ikut beribadah seperti sholah berjamaah di masjid dan ikut mengaji. Ceritakan kisak-kisah teladan saat anak mulai beranjak tidur.

Saat masuk usia sekolah, pilihkan anak di sekolah yang banyak mengajarkan dasar-dasar agama dan juga pelajaran untuk dunia. Saat remaja adalah saat yang penuh resiko. Orang tua harus benar-benar bijaksana. Tetap awasi pergaulan anak tetapi jangan mengekang. Nasehati anak jika telah mulai melewati batas-batas norma ajaran Islam.

Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan akan terbangun kepribadian Islami dalam diri sang anak. Sehingga pada saat dewasanya telah benar-benar berjiwa Islam.

sumber


Ini adalah sebuah judul buku karya Agus Purwanto, D.Sc. (ahli Fisika teoritis, Lulusan Universitas Hiroshima Jpeang serta Dosen Fisika ITS). Karyanya cukup penting, mencoba menafsirkan Ayat-ayat Kauniyah Al Quran dari perspektif Science.

Selama ini sebagian besar tenaga umat Islam habis untuk mengurusi masalah-masalah hukum. tetapi melupakan satu hal yang cukup penting bagi kemajuan peradaban Islam, yaitu masalah science. Seribu tahun yang lalu, ketika Islam berjaya di bumi ini, selain ada ilmuwan seperti Imam Maliki, Syafi'e, Bukhari dan muslim juga ada Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al KHawarizmi. Merekalah diantara muslimin yang telah mengagungkan nama Islam. Syafi'ie sebagai ahli fiqh sedangkan Ibnu Sina sebagai ahli science, sehingga menjadikan keseimbangan antara dunia dan akhirat.

Akankah Kejayaan Islam akan kembali lagi? Tentu saja, Di bidang hukum saat ini kami pikir telah mengalami kemajuan yang cukup berarti, akan tetapi dalam bidang science belum cukup. Kita hanya baru bisa mengambil sains barat yang sekuler. Sehingga tidak cocok dengan tujuan ilmu dalam Islam, yaitu Untuk mengenal Allah sehingga akan bertambah Iman dan ketakwaannya. Science barat alih-alih semakin menjauhkan manusia dari Tuhan. Dan pada akhirnya timbulah berbagai kekacuan dimuka bumi. Sehingga kita perlu membuat tandingan science barat yaitu memunculkan sceince Islam.

Menurut kami Indonesia memiliki kesempatan yang besar untuk andil dalam memunculkan Sains Islam. Indonesia memiliki kondisi yang relatif aman dan demokratis dibandingkan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim lainnya. Satu langkah awal adalah perlunya penyadaran bagi umat Islam akan pentingnya sains Islam bukan lagi sains modern barat seperti yang ada saat ini.

Dalam bukunya tersebut Agus Purwanto menulis:
" Adakah yang salah dari sains sekarang sehingga perlu dibangun sains Islam? Jika sains Islam memang ada, apa perbedaan utamanya dibandingkan dengan sains sekarang, sains modern? Seperti telah disebutkan di depan, sains adalah produk manusia karenanya membawa pandangan dunia manusia dibelakangnya. Sains modern membawa tata nilai peradaban modern, yakni materialisme dan isah tragis kematian Tuhan, sedangkan bangunan sains Islam secara keseluruhan harus berdasar dan merupakan pengejawantahan prinsip tauhid yang bersumber pada wahyu. (hal. 188)


Komentar terhadap buku ini:
Prof.Dr. jalaluddin rakhmat: " Dalam buku ini, Agus Purwanto ingin mengajak kaum muslimin untuk menaruh perhatian pada sains sebagai panggilan Illahi. Dia menunjukan dengan sagat fasih bukan saja perhatian Al Quran pada sains tetapi juga perintah Allah SWt kepada Umat Islam untuk mengembangkan sains dan teknologi. Bagi Agus Purwanto yang terlibat dalam fisika dalam misi sucinya, melakukan riset ilmiah adalah ibadah yang lebih utama dari pada shalat tahajud."

sumber

Bertolak dari beberapa ayat alquran antara lain surah AnNahl 79 dan AlAn'am 38, Sayid Abul A'la AlMaududy berkesimpulan bahwa Alquran adalah tuntunan yang lengkap dari seluruh hajat manusia sepanjang perjalanan hidupnya. Menurut identifikasi kenayatan yang dilakukan oleh Imam AlGhazali , dari seluruh ayat-ayat Alquran, kurang lebih 12% nya adalah ayat yang berkaitan langsung dengan keilmuan, yaitu 763 ayat.
Dengan demikian kita tahu, betapa intensnya Alquran mendorong ummat Islam untuk menekuni sains dan teknologi, demi kemaslahatan umat. Hanya perlu diingat, bahwa yang dimaksud bukan berarti alquran merupakan ensiklopedi bagi seluruh ilmu, tetapi seperti yang dinyatakan oleh Syekh Nadim Al-Jisri, bahwa seluruh dasar atau prinsip hak dan khair, satu pun tak ada yang dialpakan oleh Alquran. kaitan dengan ini, Khalifah Ali bin Abi Thalib ra. berkata: "Alquran itu lahirnya indah, batinnya dalam, tidak pernah sirna keajaibannya, tidak pernah habis kegharibannya dan tidak pernah tersingkap tabir kegelapan kecuali dengannya."

Dalam membuka tabir kegelapan sain dan teknologi, Alquran sering mengambil term perintah tidak langsung, yaitu perintah ibadah. Jadi berorientasi problem (problem oriented). Misalnya, dengan perintah shalat yang di waktu-waktu, Alquran menjadi animator bagi Abu Yunus Al Misry untuk menemukan astrolobe yang sekaligus menuju perkembangan jam; dan Ibnu AlSyatir menemukan teori heliosentris jauh sebelum Copernicuss. Dengan perintah menghadap ka'bah waktu menjalankan shalat. AlIdrisy menemukan kompas. Dengan perintah hajj ke baitullah Abbas Bin Fernas AlAndalusy membuat kapa terbang jauh sebelum Wright bersaudara dari AS, yaitu dua ratus tahun setelah wafat Rasulullah saw.

(Dicuplik dari artikel Drs. Muchttob dengan judul "Relativitas Penafsiran Al-Qur'an Lewat Sains")

sumber


Popular Posts