Setidak-tidaknya di awal tahun 1989 ada dua kegiatan mengenai perbincangan masalah ilmu Pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berlangsung di Jakarta. Pertama : the Regional Islamic Science Conference for Asia Pacific, yang berlangsung pada tanggal 12-13 februari. kedua: seminar Ilmiyah tentang ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yang berlangsung pada tanggal 3 April, Seminar ini diadakan oleh Majlis Da'wah Islamiyah Pusat.
Minat beberapa lembaga mengadakan perbincangan mengenai IPTEK dikaitkan dengan Islam adalah sangat menggemabirakan kita mengingat bahwa Dunia Islam dalam hal IPTEK masih berkiblat kepada Eropa, AS dan Jepang, bahkan masih bergantung pada negara-negara tersebut.
Memang Al quran banyak yang mendorong Ummat agar mau memperhatika alam, dan DR. Maurice Bucaille, ilmuwan Perancis yang menulis buku La Bible, leCoran et la Science, menegaskan bahwa tidak ada satu pun dalam ayat Al Qur'an yang menjelaskan mengenai "alam semesta" ini bertentangan dengan hasil observasi dan penemuan Sains Modern.
Ada sekitar 750 ayat Al Quran (1/8-nya) yang mendorong umat Islam unutk melakukan observasi terhadap alam, melakukan eksplorasi dan eksploitasi lalu memanfaatkannya untuk rahmatan lil'alamin.
Jadi Bukanlah suatu kebetulan jika ummat Islam hampir selama lima abad sejak zaman tabi'in-tabi'in secara terusea) sedang mengalami abad kegelapan. Ummmat dulunya pernah menginsyafi bahwa manusia memang ditunjuk sebagai khalifah di muka bumi (Al an'am ayat 165), yang harus mengelola alam dan bumi ini sebaik-baiknya, oleh karena itu ia harus mengenal sifat dan kelakuan alam, langit dan bumi (Yunus: 101). Manusia juga diperiintahkan untuk melakukan penelitian secara seksama sebagaimana onta diciptakan, bagaimana langit ditinggikan, bagaimana gunung-gunung ditegakkan dan bagaimana bumi dihamparkan(Al Ghasiyah: 17-20), dan mereka jug adidorong untuk mau mempergunakan akal dan fikirannya ( Ali Imron: 190).
Hanya sekitar 100 tahun setelah wafatnya Rasulullah SAW, ummat Islam tampil memimpin ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, mereka pun mendirikan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan (Baitul Hikmah). Dan puncak kejayaan ummat di bidang IPTEk sekitar tahun 1000, zaman dimana hidup Ibnu Sina, Ibnu haitham, Al Birui dll.
Menurut Prof. Muhammad Abdus Salam, salah seorang cendekiawan Muslim kelahiran Pakistan (pememang hadiah Nobel bidang fisika tahun 1979), bahwa Ibnu Haitham adalaha merupakan fisikawan terbesar hingga saat ini. Beliaulah yang pertama kali menemukan dasar-dasar teori optik dan mekanika. Dia pula yang menerangkan prisnip "lintasan optik" lima abad sebelum ilmuwan Perancis Pierre de Fermat mempopulerkan prinsip tersebut. namun prinsip tersebut sekarang justru disebut sebagai hukum Fermat, diambil dari nama ilmuwan Perancis tersebut.
Begitu juga Ilmuwan Muslim, semacam Al Biruni(973-1048) yang hidup di Afghanistan, seperti hanya Inu haitham, iapun penemu konsepsi yang modern tentang sains, tidak kalah dengan Galilie yang hidup 500 tahun kemudian.
Orang Islam sendiri banyak mengira bahwa Sains di dunia Islam adalah jiplakan dari Sains Yunani, itu jelas tidak benar. Sebab karya-karya Al Biruni justru banyak menterang pendapat Ilmuwan Yunani seperti Aristoteles. Seorang ilmuwan barat semacam Brifault dan George Sarton malahan menyatakan bahwa "Ilmuwan-ilmuwan menggeneralisasikannya dan mensistematikannya, namun mereka tidak memiliki konsep eksperimen. Yang membangun dasar-dasar ekperimen, observasi dan pengukuran dalam sains adalah ilmuwan-ilmuwan arab (Islam). Dan merekalah yang mengajarkan dasar-dasar itu kepada Ilmuwan Eropa. Dan warisan atau sumbangan terbesar Islam bagi ilmu-ilmu pengetahuan adalah "esprit" ekperimental yang merupakan kegiatan sehari-hari orang-orang Islam sampai abad XII.
sumber
Minat beberapa lembaga mengadakan perbincangan mengenai IPTEK dikaitkan dengan Islam adalah sangat menggemabirakan kita mengingat bahwa Dunia Islam dalam hal IPTEK masih berkiblat kepada Eropa, AS dan Jepang, bahkan masih bergantung pada negara-negara tersebut.
Memang Al quran banyak yang mendorong Ummat agar mau memperhatika alam, dan DR. Maurice Bucaille, ilmuwan Perancis yang menulis buku La Bible, leCoran et la Science, menegaskan bahwa tidak ada satu pun dalam ayat Al Qur'an yang menjelaskan mengenai "alam semesta" ini bertentangan dengan hasil observasi dan penemuan Sains Modern.
Ada sekitar 750 ayat Al Quran (1/8-nya) yang mendorong umat Islam unutk melakukan observasi terhadap alam, melakukan eksplorasi dan eksploitasi lalu memanfaatkannya untuk rahmatan lil'alamin.
Jadi Bukanlah suatu kebetulan jika ummat Islam hampir selama lima abad sejak zaman tabi'in-tabi'in secara terusea) sedang mengalami abad kegelapan. Ummmat dulunya pernah menginsyafi bahwa manusia memang ditunjuk sebagai khalifah di muka bumi (Al an'am ayat 165), yang harus mengelola alam dan bumi ini sebaik-baiknya, oleh karena itu ia harus mengenal sifat dan kelakuan alam, langit dan bumi (Yunus: 101). Manusia juga diperiintahkan untuk melakukan penelitian secara seksama sebagaimana onta diciptakan, bagaimana langit ditinggikan, bagaimana gunung-gunung ditegakkan dan bagaimana bumi dihamparkan(Al Ghasiyah: 17-20), dan mereka jug adidorong untuk mau mempergunakan akal dan fikirannya ( Ali Imron: 190).
Hanya sekitar 100 tahun setelah wafatnya Rasulullah SAW, ummat Islam tampil memimpin ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, mereka pun mendirikan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan (Baitul Hikmah). Dan puncak kejayaan ummat di bidang IPTEk sekitar tahun 1000, zaman dimana hidup Ibnu Sina, Ibnu haitham, Al Birui dll.
Menurut Prof. Muhammad Abdus Salam, salah seorang cendekiawan Muslim kelahiran Pakistan (pememang hadiah Nobel bidang fisika tahun 1979), bahwa Ibnu Haitham adalaha merupakan fisikawan terbesar hingga saat ini. Beliaulah yang pertama kali menemukan dasar-dasar teori optik dan mekanika. Dia pula yang menerangkan prisnip "lintasan optik" lima abad sebelum ilmuwan Perancis Pierre de Fermat mempopulerkan prinsip tersebut. namun prinsip tersebut sekarang justru disebut sebagai hukum Fermat, diambil dari nama ilmuwan Perancis tersebut.
Begitu juga Ilmuwan Muslim, semacam Al Biruni(973-1048) yang hidup di Afghanistan, seperti hanya Inu haitham, iapun penemu konsepsi yang modern tentang sains, tidak kalah dengan Galilie yang hidup 500 tahun kemudian.
Orang Islam sendiri banyak mengira bahwa Sains di dunia Islam adalah jiplakan dari Sains Yunani, itu jelas tidak benar. Sebab karya-karya Al Biruni justru banyak menterang pendapat Ilmuwan Yunani seperti Aristoteles. Seorang ilmuwan barat semacam Brifault dan George Sarton malahan menyatakan bahwa "Ilmuwan-ilmuwan menggeneralisasikannya dan mensistematikannya, namun mereka tidak memiliki konsep eksperimen. Yang membangun dasar-dasar ekperimen, observasi dan pengukuran dalam sains adalah ilmuwan-ilmuwan arab (Islam). Dan merekalah yang mengajarkan dasar-dasar itu kepada Ilmuwan Eropa. Dan warisan atau sumbangan terbesar Islam bagi ilmu-ilmu pengetahuan adalah "esprit" ekperimental yang merupakan kegiatan sehari-hari orang-orang Islam sampai abad XII.
sumber